dua puluh satu

15.5K 722 13
                                    

Assalamualaikum....

Happy reading...







Side story Rich-Hellen

"Nanti aku hubungi lagi ya , El? Rest well ..."

Perempuan bersurai  pirang itu segera menutup panggilan dan meletakkan ponselnya di nakas samping tempat ia berbaring. Usia kehamilan memasuki trisemester akhir membuatnya sering kepayahan.

Ia mengelus lembut perut bulatnya yang diperkirakan akan lahir beberapa hari lagi. Ia akan menjadi ibu dari anak laki-laki, ya, anaknya berjenis kelamin laki-laki.

"Sayang, beberapa bulan setelah kau lahir, kau akan mendapat saudara lagi. Semoga saja perempuan, hehe..." gumamnya sembari terkikik.

"Kenapa tertawa sendiri?" suara itu membuat perempuan yang sedang hamil besar itu mengalihkan pandangannya ke pintu kamar. Senyumnya semakin lebar saat melihat sosok suami tampannya sedang membawakan sarapan.

"Telpon siapa tadi?" tanya lelaki itu setelah duduk di samping istrinya.

"Elisa" jawab Hellen tanpa mengalihkan pandangannya dari berbagai sandwich yang menggugah selera nya.

Diam-diam Rich tertawa geli melihat binar dimata istrinya ketika melihat makanan. Setelah diketahui hamil, Hellen seperti monster jika sedang menatap makanan. Itu tak jadi masalah untuk rich, ia sangat mencintai istrinya. Meskipun masa lalu itu selalu mengganggu ingatannya.

"Apa kabar jagoan Daddy hari ini?" ucap Rich sembari mengecup lembut perut bulat istrinya. Hellen yang melihat itu langsung berkaca-kaca, selera makannya yang sedari tadi menguasai hilang seketika. Titik bening itu mengalir perlahan, dan tak luput dari pandangan suaminya.

"Hei, kenapa menangis?"

"Kenapa kau begitu baik Rich?" Hellen tidak menjawab justru mengutarakan pertanyaan. Rich tersenyum penuh pengertian, meski ia sosok fun, eassy going tapi percayalah, ia sempat down bahkan benar-benar hancur mengetahui kekasihnya dahulu mengalami kejadian mengerikan hingga membuat dirinya mengambil keputusan besar dengan menikahi perempuan yang sekarang menangis di hadapan nya.

"Karena aku suamimu Hellen Alexander" jawab nya mantab .

"Bahan aku tidak pantas menggunakan nama Alexander" ujar Hellen parau

"Tidak ada yang lebih pantas dari seorang Hellen untuk mendapatkan nama belakang Alexander dan mendampingi seorang Richard Phillip Alexander" Hellen semakin terisak, dan langsung mendapatkan pelukan hangat dari suaminya.

Hellen memang sosok yang ceria, cerewet. Namun di dalamnya ia rapuh, apalagi sejak kejadian mengerikan beberapa bulan yang lalu, sebelum ia menjadi istri seorang Rich Alexander. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri, Rich terlalu baik untuknya.

"Sudah sayang, jangan menangis. Malu sama baby,"
"Aku mencintaimu Rich"

"Kau tau jawabannya sayang tanpa aku harus membalasnya sayang" ucap Rich seraya mengeratkan pelukan mereka.

Dug....

Pelukan langsung terlepas saat mereka merasakan tendangan lembut dari perut buncit itu . mereka saling menatap dan tersenyum.

"Hei boy, kau iri melihat daddy memeluk mommy? Cepatlah keluar nak, kita akan pelukan bersama-sama"

Hellen hanya terkikik mendengar celotehan suaminya.

Suaminya memandang dirinya dengan pandangan lembut penuh cinta. Tangan Rich terulur menyentuh pipinya dan turun menuju lengan hingga pergelangan tangan kirinya. Mengelus bekas luka sayatan itu. Dan membawa bekas luka itu untuk dicium dengan bibirnya.

"Jika dulu kau tidak terselamatkan, mungkin aku sekarang sudah di rumah sakit jiwa, Sayang" ucap Rich dengan sendu, matanya berkaca-kaca.

"Maaf, aku hanya merasa kotor saat itu Rich" jawab Hellen parau menahan tangis

"Aku tidak peduli, Hellen, yang aku pedulikan hanya dirimu mendampingi ku sampai aku mati. Hanya itu!"

Hellen tersenyum sambil menangis. Ia tak menyangka akan menikah dengan sahabatnya, sahabat yang diam-diam ia cintai sedari dulu, namun ia tidak berani mengungkapkan, ditambah lagi dengan keadaan nya saat itu, ia tak pernah berani bermimpi dapat menjadi istri lelaki luar biasa di hadapannya itu.

"Terimakasih menerima anakku" ucap lirih Hellen dengan pipi basah air mata.

Rich membungkam bibir istrinya dengan bibirnya, melumat nya dengan segenap perasaan. Ia hanya ingin meyakinkan bahwa Hellen sangat berarti untuknya.

"Ia juga anakku, darah daging ku" ucap Rich setelah pagutannya terlepas.

Hellen menggeleng.

"Dengar Hellen, siapapun yang dulu menanam benih di rahimmu, aku tidak peduli, yang aku pedulikan hanyalah, bayi ini adalah anakku, tidak ada yang bisa menyangkal itu" Rich mengucapkan dengan sungguh-sungguh.

"Bagaimana jika orang lain tau Rich? Aku malu"

"Tidak ada orang yang tau Hellen, ia anakku, semua akan tau itu"

"Rich..."

"Cukup! Aku tidak mau selalu membicarakan hal ini sayang, lupakan itu semua. Tanamkan diingatanmu, sekarang kau bahagia dengan suamimu ini dan kita sedang menanti kehadiran putra pertama kita. Oke?"

Hellen mengangguk dan kembali memeluk suaminya.

"Kita sarapan?" tanya Rich.

Hellen menggeleng. Dahi Rich mengerut.

"Tapi aku ingin 'sarapan' " ujar Hellen sembari membuka kemeja yang dikenakan suaminya. Rich langsung memegang tangan nakal istrinya. Merasa heran, hormon kehamilan bisa merubah seseorang seperti sulap.

"Hellen, tapi kita belum sarapan. Aku takut kau sakit sayang"

Hellen seakan tidak mendengar itu dan meneruskan membuka kemeja suaminya hingga badan tegap itu terekspos, setelah bagian atas suaminya polos, ia meloloskan celana suaminya namun langsung dicegah suaminya.

"Not now baby, we started with appatizer" ujar Rich berat, karena ia langsung bergejolak dengan gairah.

Rich menyeringai dan langsung menyambar bibir istrinya. Melucuti pakaian istrinya, dan shit!

Istrinya hanya memakai pakaian luar tanpa pakaian dalam.

"Naughty wife" ucap Rich sebelum mengekplorasi tubuh istrinya demi kenikmatan bersama-sama hingga menuju puncak.

Bersambung....









Pacitan, 15 April 2017

Semua karena Allah(ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang