Assalamualaikum...
Happy reading....
"Bagaimana?" tanya lelaki itu dengan wajah harap-harap cemas.
Elisa, perempuan yang ditanya hanya tersenyum sendu dan menggeleng lemah. Wajah Joe berubah, namun tak ingin menambah kesedihan istrinya, ia membawa tubuh istrinya dalam dekapan hangatnya.
"It's okay. Masih banyak waktu. Mungkin Tuhan masih menginginkan kita untuk mesra-mesraan dulu" ujar Joe setengah menggoda, meski ia tak memungkiri bahwa ada salah satu sudut hatinya yang kosong.
Elisa mengurai pelukan suaminya. Dan tersenyum lemah.
"Ya. Nanti jika sudah saatnya" ujar Elisa lirih.
Mau tak mau, senyum terbit dari wajah tampan suaminya.
"Sekarang, kita makan kue, aku lapar El" ujar Joe bersemangat.
"Ya, Abi duluan, aku mau mandi dulu"
Dengan meninggalkan kecupan hangat di dahi istrinya, Joe meninggalkan kamar dan menutup pintu. Tepat saat pintu tertutup, ia langsung masuk kamr mandi, dan air mata Elisa yang sedari tadi ditahan akhirnya luruh.
"Maaf. Maaf, Nak" gumam Elisa pilu, sembari mengelus lembut perutnya. Matanya melirik deretan testpack yang menunjukkan hasil sama. Positif.
*****
"Kau pucat El?" tanya Hellen
Setelah menyelesaikan sarapan, Joe dan Elisa bergegas menuju HP building untuk bertemu Rich dan Hellen yang sudah menunggu pasangan suami istri itu.
"Iya Llen, aku agak nggak enak badan" jawab Elisa yang saat ini terbalut dengan gamis dan hijab warna hijau pastel.
Elisa tampak memperhatikan Hellen yang kesulitan untuk duduk, dikarenakan kandungannya yang sudah membesar.
"Llen bagaimana kabar jagoan?" tanya Elisa,
"Hehehe, baik, sangat baik malah. Cuma Rich aja yang sedikit kerepotan" jawab Hellen sembari nyengir
Elisa tampak tertarik.
"Memangnya kenapa?"
"Walaupun udah 8 bulan tetap aja, dia ingin yang aneh-aneh di tengah malam" ujarnya sembari menggaruk tengkuknya.
Elisa tersenyum haru. Alangkah bahagianya Hellen memiliki suami yang mencintainya, benar-benar mencintainya. Karena sampai detik ini Joe belum sama sekali mengatakan cinta pada dirinya. Kue yang tadi pagi bertuliskan I love U dan I'm sorry tak lantas mememberikan ketenangan dalam benak Elisa. Ia tahu, ia telah berdosa membohongi suaminya, imamnya, perihal kehamilannya. Ya, Elisa hamil. Bukan maksud Elisa menyembunyikan, tapi Elisa merasa kurang lengkap jika suaminya tahu dirinya mengandung sedangkan suaminya belum sama sekali menyatakan cinta padanya.
"El, kemarin aku melihatmu di depan sedang berbincang dengan Brian" ucapan Hellen membuyarkan lamunan singkat Elisa.
Hellen tahu Brian dari cerita dan foto yang didapatkannya dari media sosial. Keingintahuannya yang besar akan sosok mantan kekasih Elisa yang kejam, membuatnya melakukan apapun untuk menyelidiki lelaki itu.Elisa hanya mengangguk.
"Maaf El, aku langsung bilang Rich, well, Rich langsung menghubungi Joe" terang Hellen tidak enak, karena Elisa hanya diam tak bersuara.
"Joe belum mengatakan apapun?" tanya Hellen.
"Abi belum menceritakan apapun Llen, aku juga belum bertanya. Eh, ngomong-ngomong, Rich dan suamiku kenapa lama sekali ya?"
"Cieeee....suamiku katanya" goda Hellen, kontan wajah Elisa memerah.
"Apaan sih Llen"
"Cie...nyonya Alexander malu"
"Halooooo... Dirimu juga nyonya Alexander, Hellen Rough"
"Hehehe... Entahlah, mereka bilang mau menyelesaikan kasus sabotase novelmu El, semoga cepat selesai"
"Aku heran, padahal isi novelku biasa aja, nggak ada hal-hal negatif, kenapa disabotase nggak bisa diedarkan ya?"
"Semua ada kemungkinannya El,..."
Belum selesai ucapan Hellen, pintu ruangan itu diketuk, dan tak lama asisten Hellen masuk untuk memberikan amplop coklat besar .
"Maaf Mbak Hellen menganggu, ada titipan untuk Mbak Elisa. Ini " uajr asisten itu dan menyerahkan amplop besar pada Elisa.
"Terimakasih Vina" ucap Elisa dan Hellen hampir bersamaan.
Elisa langsung membuka dan isinya adalah undangan cantik berwarna biru laut.
"Reuni?" ujar Elisa tercekat.
Bersambung....
Pacitan, 07-03-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua karena Allah(ENDING)
RomanceCinta yang aku jaga dalam hati lebih dari 3 tahun harus kandas karena dia lebih memilih untuk mempersunting gadis pondok, semua karena Allah~Elisa Harun Hidupku bebas, hingga aku bertemu sosok yang memakai pakaian serba tertutup, hidupku berubah...