dua puluh dua

15K 800 23
                                    

Assalamualaikum...

Maaf ya, lamaaaaaaa updatenya, ahahaha, soalnya lagi beneran sibuk, ini aja lagi pulang kerja, trus ada yang komen tanya kapan update, aku jadi terharu nggak nyangka ada yang mau baca dan menantikan ceritaku #hiks... *peluksatusatu
Jadi aku update, tapi maaf ya kalo feel-nya kagak dapet, hehehe...

Happy reading......

~~~~~~

"Assalamualaikum Hellen, apa kabar?" ujar seorang perempuan berhijab dengan ponsel tertempel di telinga kanannya.

"Waalaikumsalam, baik El, gimana keadaanmu?" tanya seorang dari seberang

"Alhamdulillah Llen, tapi ya itu, aku cuma bisa di tempat tidur, nggak boleh kemana-mana sama Abi" jawabnya sembari cemberut

Terdengar kekehan dari seberang...

Dua perempuan itu terus saling menanyakan kabar dan bercerita hingga mereka mengakhiri sambungan telepon.

Elisa menghela nafas, dia sudah kembali ke rumah seminggu ini, dan perlahan sudah mengurangi pemikirannya tentang kejadian mengerikan itu. Namun selama berada di rumah, ia tak diperbolehkan kemana-mana oleh suami tampannya. Mengingat itu ia kembali bersungut-sungut, bukankah ia baik - baik saja.

"Assalamualaikum istri tercintanya Joe Alexander"

Suara maskulin itu merenggut kesadaran Elisa yang sejak tadi merenung memikirkan nasibnya. Ia hanya menatap suaminya sekilas sebelum menjawab.

"Waalaikumsalam"

Joe tampak mengerutkan keningnya dan bergegas menghampiri istrinya yang berada di tempat tidur.

"Kau kenapa sayang?" tanya Joe lembut

Hening. Istrinya hanya diam sembari menunduk.

"Jawab sayang, ada apa?"

Elisa menggeleng dan hanya diam

"Apa aku ada salah?" tanya Joe kesekian kalinya

Elisa mengangguk dan menggeleng. Joe semakin bingung.

"Kau butuh sesuatu?"

Elisa mengangguk.

"Apa sayang? Katakan. Nanti ada yang akan aku bicarakan juga denganmu"

"Aku bosan" jawaban lirih Elisa membuat Joe membeku.

Bosan?

"Bosan?"

Elisa mengangguk.

"Kau bosan....denganku?" tanya Joe tercekat.

Elisa langsung menegakkan kepalanya dan melebarkan matanya. Selanjutnya terdengar suara mengaduh dari mulut Joe. Ya, istrinya mencubit lengan suaminya.

"Kebiasaan. Kalau mikir jangan negatif terus Bi, cepet tua" ujar Elisa.

Joe terkekeh ringan.

"Lantas, istriku ini sedang bosan dengan apa?"

"Bosan sama kamar, aku pengen keluar Abi. Aku udah sembuh. Yayayayayayayayayaya??????"

Jo mengerutkan keningnya (lagi), tampak geli dengan nada bicara istrinya.

"Sejak kapan istriku ini manjanya berlipat ganda?" tanya Joe masih tampak geli

"Sejak kau hamili"

Joe tersedak ludahnya sendiri saat istrinya mengatakan hal itu tanpa beban, walaupun tak dipungkiri pipi istrinya mengeluarkan semburat merah di pipi gembilnya.

"Nanti kalau sudah benar-benar sembuh, kau bisa kemana saja El, bahkan keliling dunia" Elisa mencebik, mendengar kalimat sombong suaminya.

"El, ada hal yang aku sampaikan"

"Apa?"

"Tentang kematian almarhum ayahmu" Joe tampak berhati-hati saat mengatakan itu. Benar dugaan Joe, reaksi istrinya langsung berubah tegang. Wajahnya memucat.

"Aku akan bercerita, tapi janji kau harus kuat El, please!"

Elisa mengangguk kaku, ia sendiri tak yakin akan kuat mendengar hal tentang almarhum ayahnya.
Joe tampak menghela nafas sebelum menjelaskan.

"Ayahmu dulu bekerja di perusahaan yang ternyata atasannya adalah Briando Wijaya. Kau tau?"

Elisa menggeleng.

"Wajar kalau kau tak tau El, karena Brian memang sengaja tidak pernah sekalipun menampakkan dirinya, namun diam-diam ia selalu mengawasi keluargamu"

Elisa menahan nafas saat mendengar penjelasan itu. Briando benar-benar psycho, batin Elisa.

"Tepat saat ayahmu menceritakan dengan rekan kerjanya mengenai lelaki yang sedang dekat denganmu, barulah Briando beraksi"

"Maksudnya ayah menceritakan tentang Mas Syarif?" tanya Elisa mencoba tegar

Joe mengangguk. Elisa memejamkan matanya sejenak.

"Hingga puncaknya, Brian menemui ayahmu. Ia memberi lihat video dan foto-foto ...." Joe menggantungkan penjelasannya

"Video dan foto apa Bi?" tanya Elisa waspada

"Kau dan Brian"

Bagaikan tersambar petir, Elisa semakin tergugu, semakin pucat... Astaghfirullah.... Masa kelam itu seolah langsung tergambar di benak Elisa, ia sungguh kotor. Elisa merasakan kehangatan saat suaminya memeluknya erat.

"Sudah sayang, kau janji untuk kuat. Lagipula, sekarang si keparat itu sudah mendekam di penjara"

Elisa masih menangis, ia menyesal, ia merasa kotor, hina.

"Lantas apa yang dilakukan Brian selanjutnya?" tanya Elisa setelah sedikit tenang.

"Dulu keterangan dari polisi apa tentang kematian ayah?" tanya Joe.

Elisa menelan ludahnya susah payah

"Jatuh dari tangga dan pendarahan otak"

Joe tersenyum getir.

"Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata pendarahan otak ayah itu karena shock setelah melihat itu dan beliau terserang stroke, kebetulan ia sedang di tangga. Dan..."

"Dan apa Bi?" cecar Elisa.

"Dan...Brian..." Joe tak kuasa menjawabnya.

Tangis Elisa pecah. Bahkan meraung-raung. Ia tak menyangka, bahwa ayahnya yang ia hormati, ia cintai meninggal karena dirinya secara tidak langsung. Dicelakai oleh mantan kekasihnya, dan itu adalah pukulan telak untuk Elisa.

Joe kembali memeluk istrinya. Ia juga tak menyangka, masa lalu istrinya luar biasa menyakitkan.  Bahkan Rich yang saat itu ikut menjadi tim detektif sempat ternganga.

"Ada satu lagi El"

Ucapan Joe membuat Elisa kembali mendongakkan wajahnya yang sudah basah karena air mata.

"Brian menemui bahkan mengancam keluarga Syarif"

Elisa menggeleng-gelengkan kepalanya tidak menyangka, semua seperti kejutan. Pastinya kejutan menyakitkan.
Elisa kembali memeluk suaminya. Namun tak berapa lama, Joe merasakan pelukan Elisa mengendur. Joe langsung waspada. Elisa pingsan di dekapannya.

"Astaga, El, bangun. Sayang, kau dengar aku?" panggil Joe panik, joa lantas mengangkat Elisa dan akan dibawa ke rumah sakit. Namun tepat saat akan mengangkat tubuh istrinya, matanya terbelalak melihat ada darah yang merembes dibagian bawah istrinya.

"Jangan...please El, astaghfirullah"

Bersambung....

Pacitan, 25 April 2017

Elz_

Semua karena Allah(ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang