delapan belas

14.5K 777 30
                                    

Assalamualaikum....

Happy reading...

Ps. Mulmednya Alexander twins, Joe lebih keliatan mateng, kalau Rich itu orangnya santai,

Joe

Pagi ini terasa begitu indah dan membahagiakan, setelah semalam dihabiskan dengan mereguk momen manis nan menggairahkan dengan istriku. Perempuan yang tak pernah aku bayangkan akan kunikahi, karena menikah tak ada dalam kamusku saat itu.

Setelah mengucapkan kalimat 'sakral' itu, aku merasakan perbedaan dan perubahan Elisa, ia lebih menerima dan terbuka dengan semua sentuhan dan perlakuan ku.

Aku membayangkan lagi adegan demi adegan semalam, dan shit!!! , pusat gairahku kembali mengeras.

Damn!

Aku bergegas mengguyurkan air dingin di tubuhku. Berharap baby boy segera kembali turun. Huft...

Aku berjalan menuju ruang makan, sarapan pertama kami di rumah baru. Rumah yang menyebabkan Elisa terbengong-bengong sesaat. Aku tersenyum mengingat ekspresi nya.

"Assalamualaikum, Abi" suara lembutnya langsung menyergap indera pendengaran ku

"Waalaikumsalam, istriku sayang" jawabku yang seketika membuat rona merah terpancar dari wajahnya yang gembul.

Gembul?

Entahlah, aku merasa setelah hampir sebulan tidak bertemu ada perubahan di pipinya dan beberapa tempat -hanya aku yang tahu letaknya.

"Kau yakin akan datang El?" tanyaku setelah menyelesaikan sarapan

Ia menghentikan kegiatan mengumpulkan piring kotor sejenak sebelum menjawab ku.

"Insyaallah, Bi. Lagian perginya juga sama Abi kan?" jawabnya seraya tersenyum lembut, membuat pertahanan ku runtuh. Secepat kilat aku langsung meraihnya di pelukan ku dan menghujani bibirnya yang menggoda dengan long-deep-kiss...

Drrtt.... Drtt... Drtt...

Kegiatanku diinterupsi getar ponsel di saku jasku. Aku berdecak sebelum mengangkat panggilan. Elisa tersenyum malu, wajahnya semakin memerah.

"Halo" sahutku ketus, dan mendapat cubitan manis plus pelototan imut dari istriku.

"Joe. Aku sudah dapat informasi"

"Tentang?"

"Ck... Siapa lagi yang kita selidiki, dude!"

Ekspresi ku langsung berubah dingin.

"Oke. Bisakah nanti saja, Rich?"

"No! Ini penting! Menyangkut mendiang ayah mertuamu juga"

"Maksudmu?"

"Akan aku jelaskan si apartemen ku. Sekarang!"

Klik...

Rich langsung mematikan sambungan telepon.

"Ada apa Bi?"

"El, sepertinya kita tidak jadi pergi"

"Kenapa?"

"Aku harus menyelesaikan masalah"

Elisa tersenyum dan mengusap lembut lenganku.

"Aku pergi sendiri saja Bi"

"Tidak!!!" sergahku cepat.

"Tapi aku sudah konfirmasi untuk hadir, Bi"

Demi Allah. Aku merasakan akan terjadi sesuatu. Tapi...

"Baiklah. Berjanjilah kau baik-baik saja. Aku segera menyusul"

****

Setelah aku mendapat penjelasan hasil penyelidikan dari Rich dan timnya, aku benar-benar tidak menyangka, pria keparat itu sangat berbahaya. Dan sekarang Elisa berada di tempat yang sama dengan keparat itu.

Rich memutuskan untuk menemani ku, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.

Aku mempercepat langkahku setelah tiba di sekolah Elisa dulu. Aku langsung berlari menuju hall setelah diberitahu oleh panitia di pintu masuk utama.

Nafasku tercekat setelah dihadapkan dengan pemandangan kerumunan orang, entah sedang apa, aku pun tidak tahu. Perasaanku semakin tidak karuan. Kerumunan itu langsung aku terobos dan....

Rahangku mengeras ketika melihat istriku, entah bagaimana aku menggambarkannya. Baju yang dikenakannya lusuh. Hijabnya tidak karuan bentuknya. Kemurkaanku mencapai batas ketika melihat bibir Elisa lebam dan ada darah disudut bibirnya.

"Singkirkan tangan kotormu, keparat!!!" ucapku lantang.

Semua langsung hening, semua menatapku. Begitu juga dengan bidadari hatiku, wajahnya tidak karuan. Aku menatap tajam sembari mengepalkan tangan ketika si keparat itu melihatku.

"Mr. Rich?" si keparat bertanya sedikit terkejut, seolah tak percaya.

"Rich?" ulangku

"Rich disini. Dia bukan Rich, tapi dia kembaranku" tiba-tiba Rich sudah berada di sampingku.

"Kenapa bisa?" tanya si keparat dengan masih mencengkeram lengan Elisa.

Aku semakin mengeraskan rahang.

"Singkirkan tanganmu dari Elisa, Briando" pinta Rich.

"Ada urusan apa kau dengan jalang ini?" tanyanya semakin kurang ajar

"Aku tidak kuasa untuk menahan amarah. Aku ingin merangsek ke arahnya dan menghujani pukulan hingga mati, tapi Rich menahanku.

" tenang Joe" bisik Rich.

"Lepaskan dulu dan aku akan menjelaskan" Rich masih mencoba berbicara dengan nada tenang

Setelah memikirkan, si melarat itu langsung melepaskan kasar Elisa. Aku langsung berlari kearah Elisa dan memeluknya.

Suara pekikan tak percaya tak aku hiraukan sama sekali.

"Maaf sayang. Maaf" bisikku sembari mencium puncak kepalanya yang terbalut hijab.

"Abi... Abi... Abi..." racauan dan isakannya membuat hatiku perih. Aku semakin erat memeluknya.

Suara deheman Rich, membuat semua terdiam kembali

"Aku jelaskan. Briando, CEO Wijaya Production, yang semula bernama Brawijaya Production..."

Rich sengaja menggantung sejenak. Raut wajah Briando sedikit terkejut namun segera ia kuasai.

"Perkenalkan saudara kembar ku. Joshua Phillip Alexander, founder sekaligus CEO Alexander's Group yang selama ini menjadi penyalur investasi utama rumah produksimu. Ia adalah suami dari perempuan yang kau aniaya dan kau sebut jalang tadi"

Semua menganga mendengar penjelasan Rich. Aku masih diam, aku percayakan semua pada Rich.

"Tidak mungkin!"

"Apanya yang tidak mungkin?" kini akulah yang berbicara

"Kerjasama akan aku hentikan, dan saya tunggu anda di pengadilan menyangkut kejadian ini dan kejadian setahun lalu, tentang percobaan pembunuhan" ucapku lagi ketika tidak ada tanggapan dari keparat itu.

Aku langsung membalikkan badan, membawa serta Elisa di gendonganku.

"Jika Elisa tidak bisa menjadi milikku. Maka siapapun juga tak akan pernah memiliki nya" desisan tajam itu masih aku dengar hingga...

DOOORRRR!!!!!














Bersambung....

Makin kayak gini ya masalah mereka... Btw, kok aku kesemsem sama Rich ya #HellenNgasahGolok

Kabuuurrr!!!! 😂😂😂😂😂😂
Wkwkwkwkwkw

Sign love,
Elz_

Pacitan, 21 Maret 2017

Semua karena Allah(ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang