enam belas (a)

14.5K 812 5
                                    

Assalamualaikum....


Happy reading...





Joe tampak menghela nafas sembari menatap pemandangan Berlin pagi hari dari balkon apartemennya. Sudah sebulan sejak kepulangan istrinya, dan sedikit permasalahan. Ya menurut Joe itu hanya sedikit permasalahan, tadinya. Tapi ternyata, hal itu justru menyita seluruh pikiran nya, bahkan semua hampir kacau karena dirinya tidak profesional seperti biasa.

Elisa...

Ya, hanya satu nama itu yang selalu menghantui pikiran nya akhir-akhir ini. Ia merindukan sosoknya, merindukan pelukan nya, merindukan tatapan teduhnya, merindukan senyumnya, merindukan wangi tubuhnya, merindukan ....

Semua... Ia merindukan semua yang ada pada Elisa Maulidina Harun, Elisa Alexander, istrinya.

Getar ponsel menyadarkan  pikiran kalutnya.

"Ada apa?" sapanya

"Mau berapa lama kau jadi pengecut Joe?"

"Aku bukan pengecut, aku bekerja. Banyak pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan"

"Apa pekerjaan lebih penting dari nasib istri yang sedang dikejar mantan kekasih?"

Kening Joe mengerut.

"Apa maksudmu Rich?" cexaenya tak sabar

Rich tampak terkekeh dari seberang

"Istrimu sepertinya sedang tidak aman, sebaiknya kau cepat ke Indonesia" tutup Rich sembari menutup line telpon.

Rahang Joe mengeras. Tangannya terkepal.


***

Setelah pertemuan tak terduga dengan mantan kekasihnya hari kemarin, Elisa tampak syok. Ketakutan itu masih menjalar di setiap sendinya. Badannya masih lemah, entah kenapa akhir-akhir ini badannya mudah lelah.
Ia memutuskan untuk keluar kamar. Setelah menunaikan shalat Subuh tadi, ia kembali merebahkan diri di ranjang.
Langkahnya tiba-tiba terhenti, saat matanya menangkap sesuatu di meja makan apartemen yang selama sebulan ini ditinggali sendiri.

Ia mendekat dan menatap sesuatu itu lebih dekat.
Sebuah kue tart coklat dengan hiasan krim warna pink, tak ayal mampu membuat Elisa meneteskan air liur. Namun bukan itu yang menjadi fokus Elisa, melainkan tulisan yang dibentuk oleh krim itu "I love u, I'm sorry ". Seingatnya ia hanya sendiri dan ia tak merasa memesan atau membuat kue cantik nan lezat ini. Lantas siapa?

Belum usai keterkejutannya akan darimana asal kue itu, ditambah dengan sepasang lengan kekar yang melingkari perutnya lembut. Elisa hafal siapa pemilik lengan kekar dan aroma tubuh ini. Meskipun ia tidak membalikkan tubuhnya. Ia hafal. Ini adalah suaminya, lelaki yang sebulan ini mengisi mimpi sepinya, serasa roboh karena erangan kerinduan.

Air mata Elisa tak dapat dibendung lagi, satu lolos dan mengenai lengan kekar itu. Secara otomatis, tubuhnya dibalikkan dan langsung bersibobrok dengan wajah tampan dan arogan yang diam-diam sudah memenuhi hatinya.

" Hey, are you okay?" tanya sosok itu

Elisa hanya mengangguk dan air mata semakin mengalir deras dari kelopak matanya.

"Aku merindukanmu" ucap Joe sepenuh hati

"Aku juga, bahkan aku sangat merindukanmu, suamiku"

Mereka berpelukan dengan erat, saling melepas kerinduan. Menyalurkan perasaan masing-masing.

Meskipun enggan, Joe melepas pelukannya, dan menatap wajah ayu di depannya.

"I'm sorry, my wife"

Elisa mengangguk dan kembali ke dekapan hangat suaminya.

"Aku juga minta maaf, aku ...."

Belum selesai Elisa menyelesaikan ucapannya, dia langsung melepas pelukan dan berlari menuju wastafel terdekat untuk memuntahkan isi perutnya yang bergejolak.

Joe yang melihat itu langsung menghampiri dan memijat lembut tengkuk istrinya. Pikirannya langsung melanglang buana, istrinya muntah di pagi hari. Morning sickness. So, she's pregnant? Really?

Senyum terbit dari bibir seksi lelaki tampan itu, tanpa aba-aba setelah istrinya selesai mengeluarkan isi perutnya, langsung memeluk dan menggendongnya.

"Hey Bi, turunkan aku, aku nanti pusing dan muntah lagi" ucap Elisa panik.

"Kau hamil El, kau hamil anakku"

"Ha??!?" Elisa melongo mendengar ucapan Joe ...

Hamil????


Bersambung....

Pacitan, 06-03-2017

Semua karena Allah(ENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang