Instinct -4

11.8K 1.4K 44
                                    

   "Lo naksir sama Iqbaal?!" Feby menggebrak meja dengan keras saking terkejutnya atas pernyataan Sasa barusan yang mengatakan dia menyukai Iqbaal sejak pertama kali bertemu di warung gado-gado.

Airin menarik Feby untuk duduk kembali dan tidak berisik. "Suara lo toa! Diem!" sungutnya.

"Iqbaal yang kayak kutub utara itu?" kali ini Lea yang bertanya.

Sasa menghela napas dan mengangguk. "Dia itu ganteng banget sumpah!" mata Sasa menerawang membayangkan wajah Iqbaal yang begitu tampan di matanya.

Airin menaikkan kedua bahunya dan mencomot wafer yang sejak tadi berada di tengah meja. Airin mengunyah wafer yang penuh di mulutnya sambil terus mendengarkan Sasa bercerita tentang perasaan dan pengalamannya pulang bersama dengan Iqbaal kemarin.

"Tapi, dia cuek banget sama gue, kalo ngomong sama gue nggak ada senyum-senyumnya. Apalagi tadi malem pas gue beli nasi goreng dia main ngilang gitu aja. Padahal, gue sempet denger dia nyanyi dan suaranya itu baguuuusss banget!" Sasa bercerita dengan bibir mengerucut gemas, ia ingat ketika Iqbaal tiba-tiba menghilang dari balkon dan dia histeris mencari kemana-mana tapi tidak menemukan Iqbaal yang tiba-tiba menghilang dari balkon.

Padahal, Iqbaal cuma masuk ke kamar bukan hilang.

"Katanya sih ya, yang gue denger dari temen-temennya, Iqbaal itu berubah aneh sejak kelas dua SMP. Dulu, Iqbaal itu sama kayak anak cowok yang lain." jelas Feby dengan tangan yang masih sibuk memoleskan bedak di wajahnya yang mulus. Semulus jalan tol.

"Emang apa yang aneh dari Iqbaal? Yang gue liat dia sama aja sama yang lain, cuma dia lebih cuek aja." balas Sasa.

Airin menenggak air minumnya sampai sisa setengah. "Dia emang cuek sih, Sa. Tapi, setiap pulang sekolah itu dia baru pulang sekitar jam tiga. Dia bukan anak OSIS, dia juga nggak ikut ekskul, dan yang gue tau, dia selalu ke gudang setiap sepuluh menit habis bel pulang berkumandang dengan indahnya." timpal Airin.

Sasa diam mendengar penjelasan Airin yang cukup detail. Terdengar ada yang aneh dari penjelasan Airin. Dan ingatan Sasa kembali ke hari kemarin, dimana ia ikut pulang bersama Iqbaal. Saat itu, Sasa melihat Iqbaal baru akan pulang ketika sekolah sudah sangat sepi.

"Tapi gue nggak tau ini bener apa enggak. Katanya, dulu pas SMP itu Iqbaal punya pacar terus pacarnya itu meninggal waktu perjalanan liburan sama keluarganya, sejak itu dia jadi nggak ceria lagi, jadi pemurung, jadi menutup diri kayak sekarang." jelas Lea.

"Tapi kan SMP masih anak kecil, masa kehilangan pacar sampe bisa berubah sikap sama sifat gitu?" tanya Sasa. Alisnya bertaut penasaran tapi bibirnya mengerucut tanda ia tidak suka.

"Ya kita kan nggak tau perasaan orang, Sa. Iqbaal itu sama pacarnya udah kenal dari kecil banget, udah bareng dari kecil, mungkin itu yang bikin Iqbaal ngerasa kehilangan banget waktu pacarnya meninggal." kata Lea.

Mendengar penjelasan dari Lea membuat Sasa merasa sangat cemburu karena ia jadi tahu kalau di dalam hati Iqbaal ada gadis lain yang begitu dicintai sampai bisa membuat Iqbaal yang ceria berubah menjadi Iqbaal yang dingin dan sulit sekali disentuh.

"Mau kemana lo?" tanya Feby saat melihat Sasa beranjak dari duduknya.

Sasa melirik Feby dengan senyum penuh arti, "Mau ketemu jodoh." jawabnya.

Instinct [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang