Rizky menarik kursi plastik berwarna biru dan meletakkan nampan berisi makanan lengkap dengan teh manis andalannya. Sudut bibir Rizky terangkat melihat Aldi yang sibuk menyisir rambutnya.
Sejak keluar kelas tadi memang Aldi sibuk dengan kaca dan sisir. Katanya sih mau ketemuan sama CP alias calon pacar.
"Rambut lo udah klimis Al, nggak usah disisir terus," kata Rizky tepat saat kentang goreng masuk ke mulutnya.
"Gue udah ganteng kayak Jefri Nichol belum sih? Apa kayak Rizky Nazar, Ammar Zoni, Caesar Hito, Dimas Anggara? Gue harus cakep nih di depan Ai kayak cowok-cowok favorite Ai itu," tanya Aldi heboh sambil menaik turunkan alisnya dan entah untuk keberapa kalinya, Aldi kembali meraih kaca, lalu menyisir rambutnya yang super klimis.
Katanya, klimis itu keren. Tapi, Aldi nggak tau kalau di mata Airin klimis itu miskin alias nggak modal.
Rizky mengangguk dengan mulut penuh kentang goreng. Susah payah dia menelan kentang goreng di mulutnya, lalu melarutkannya dengan es teh manis. "Lo udah mirip banget kok... sama bekatan."
"Sialan lo!" Aldi melemparkan tisu dengan kesal karena ucapan Rizky barusan. "Orang ganteng kayak Jefri Nichol, manis kayak Rizky Nazar, cowok banget kayak Ammar Zoni, romantis kayak Dimas Anggara, lo samain sama bekantan."
Rizky tertawa keras mendengar apa yang baru saja dikatakan Aldi. Rizky geli mendengarnya dan tidak bisa berhenti tertawa sampai hampir dua menit. Rizky menatap Aldi lekat dan tawanya kembali meledak.
"Lo udah bukan mirip bekantan lagi, tapi sekarang mirip bekantan banget!" Rizky benar-benar tidak bisa berhenti tertawa karena teringat ucapan Aldi. Benar-benar menggelitik perutnya.
Aldi melengos dengan wajah kesal. "Ledek aja terus!"
"Gitu doang ngambek. Gue cuma pesimis kalo Airin bakal nerima lo. Secara, Airin cewek cantik, bapaknya keturunan korea, mana mau dia sama model pasar senen kayak lo."
"Puas-puasin lo ledek gue! Nanti kalo gue jadian sama Ai, nggak mau gue ngasih lo PJ."
"Ya jangan gitu lah!" protes Rizky langsung.
"Bodo."
***
"Serius lo mau ketemu sama sahabat mantannya Iqbaal?" Airin langsung duduk di depan Sasa yang baru saja mengutarakan niatnya untuk bertemu Pika.
Lea melipat tangannya di meja, menunggu apa yang akan dikatakan Sasa. Sementara Feby sibuk dengan maskara dan eyeliner yang dia gariskan dengan sangat teliti, karena sebentar lagi Feby akan membuat vlog untuk youtube channel-nya.
Sasa mengangguk disertai helaan napas. "Gue rasa dia tau apa yang bikin Iqbaal bisa luluh, siapa tau gue bisa belajar kan sama dia dari pengalaman Naya yang dia tau, biar Iqbaal bisa luluh sama gue."
"Lo itu niat banget sumpah! Lo sampai cari itu siapa sahabat deketnya si Naya cuma buat nanya tips apa yang bisa bikin Iqbaal luluh?" Lea menggeleng tak percaya. "Gokil banget lo."
"Menurut kalian, cara gue ini salah nggak sih?" tanya Sasa menatap ketiga temannya satu per satu.
"Nggak kok, kalo menurut gue ini malah bagus banget. Iya kan, Le?" Airin menyenggol lengan Lea meminta Lea mengangguk.
Sasa tersenyum mendengar Airin dan Lea mendukungnya untuk bertemu dengan Pika. sasa merasa lebih semangat dan yakin.
Sasa meraih ponselnya, dia teringat Iqbaal yang hari ini sakit. Dia harus mengirim pesan agar Iqbaal cepat sembuh. Mungkin saja Iqbaal sakit karena merindukannya, Sasa tersenyum geli karena pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Instinct [Completed]
Fanfiction"Kanker otak stadium akhir." Ketika mendengar vonis dokter, Iqbaal sudah tahu dunianya akan berubah sepenuhnya. Terlebih ketika ia mencoba bertanya lebih tentang penyakit itu dan penjelasan dokter semakin membuatnya jatuh. Iqbaal mencoba kuat, tapi...