Instinct -9

10.1K 1.4K 64
                                    

"Iqbaal belum pulang?" alis Sasa bertaut ketika mendengar jawaban Rike yang mengatakan kalau Iqbaal belum pulang dari sekolah.

"Bukannya tadi pulang sama Teh Ody ya, Tante?" Sasa bertanya lagi.

"Dia memang sering kayak gini Sa, kamu nggak usah khawatir, biasanya lima belas menit lagi Iqbaal pulang," ucap Rike diiringi dengan senyum lembut yang menenangkan.

Sasa tersenyum kecil. "Ya udah kalo gitu Tante, saya permisi dulu. Assalamualaikum..." Pamitnya, lalu meraih tangan Rike dan mencium punggung tangannya.

"Walaikumsalam," balas Rike dengan senyum lembutnya, lalu kembali menutup pintu setelah Sasa melangkah pergi.

***

Sasa menghela napas berat, kakinya melangkah begitu saja melewati rumahnya. Mendengar Iqbaal belum pulang membuat hatinya dilanda rasa cemas. Pasalnya, yang ia tahu Iqbaal sedang sakit dan butuh istirahat.

Sambil sesekali membenarkan tas ransel yang menggantung di kedua pundaknya, Sasa memesan driver ojol untuk mengantarnya kesuatu tempat yang ia yakin ada Iqbaal di sana.

Dering ponselnya terdengar nyaring dan nyaris membuatnya melemparkan ponsel di tangan saking terkejutnya. Sekali lagi, helaan napas keluar dengan berat dari hidung dan mulutnya, lalu menggeser tombol berwarna hijau di layar ponselnya.

"Apa, Rin?" Sasa langsung melemparkan pertanyaan pada Airin.

"Lo di mana woy?! Ini gue, Lea, sama Feby udah nungguin lo di Ma Petit."

Sasa menepuk jidatnya, ia lupa kalau tadi ada janji dengan Airin, Lea, dan Feby untuk pergi ke resto Ma Petit. "Aduuh! Sorry gue lupa!" pekiknya panik.

"Aelah, gimana sih lu? Ya udah buruan sini. Bedaknya Feby ntar keburu abis."

Terdengar seruan tidak terima dari Feby di seberang sana ketika Airin lagi-lagi mengomentari make up-nya.

"Gue nggak bisa!" balas Sasa cepat.

Hening sesaat. Tidak ada sahutan dari Airin. Tapi, beberapa saat kemudian Airin kembali membuka suara.

"Kenapa?" tanya Airin.

"Bunny gue belum pulang, dia lagi sakit, gue harus nyari dia dulu," jawab Sasa dengan suara sendu. Wajahnya kini tertekuk dengan mata sedih mengingat Iqbaal belum pulang, padahal sudah hampir jam lima sore.

"Serius amat lo sama Iqbaal, palingan juga lagi di rumah Aldi atau nggak Rizky." Celetuk Airin santai.

"Pokoknya gue harus cari dia dulu." Sasa kekeuh ingin menemui Iqbaal dulu.

Gadis itu menjenjangkan lehernya ketika melihat seorang driver ojol mendekat. "Udah ya, ojol gue udah dateng."

Tanpa menunggu Airin membalas kalimatnya, Sasa segera memutuskan sambungan telepon dan naik ke atas motor ojol, lalu memberitahukan alamat yang akan ia tuju.

Entah kenapa, Sasa merasa Iqbaal ada di sana.

***

Airin menaikkan kedua bahunya menjawab tatapan Lea dan Feby setelah ia selesai menelepon Sasa.

"Sibuk nyariin ayang Iqbaal," ujar Airin sembari meletakkan ponselnya ke dalam tas.

"Emang Iqbaal kemana?" tanya Feby, sibuk memoles bedak yang ia rasa kurang memuaskan di wajahnya.

"Tau," jawab Airin asal.

"Jadi kita cuma makan bertiga? Nggak asik banget." Lea mendengus kesal dan meminum orange jus pesanannya.

Instinct [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang