"Kok tumben si Iqbaal baik banget sama lo? Sering senyum juga hari ini. Kesambet apaan dia?" tanya Feby bingung melihat perubahan sikap Iqbaal hari ini yang sangat aneh baginya.
"Ya bagus dong kalau dia kayak gini? Paling nggak, gue bisa liat senyumnya dan ngerasa semangat," jawab Sasa senang.
"Tapi, ini itu m-i-s-t-e-r-i-u-s tau nggak?"
Sasa berdecak dan menatap Feby dengan bibir mengerucut. Feby merusak moodnya yang sedang bagus karena sifat dan sikap manis Iqbaal dengan pertanyaan-pertanyaan yang Feby tanyakan.
"Yang penting Iqbaal makin deket sama gue dan tanggal jadian menanti di depan mata." ketus Sasa.
Feby mendecih. "Emang mau Iqbaal sama lo? Selama ini juga dilepeh kek makanan basi." ucap Feby pedas
"Congor lu bacot amat!" balas Sasa lebih ketus dari sebelumnya.
"Emang kenyataan kan?" Feby terkekeh meremehkan.
"Lo tuh temen apa hatters gue sih?" Sasa menghentakkan kakinya kesal. Sementara Feby tertawa puas.
Tengah asik adu mulut dengan Feby, pandangan Sasa beralih menatap Iqbaal yang baru saja sampai di kantin. Senyumnya mengembang, lalu beranjak dari duduknya meninggalkan Feby.
"Bunny." Sasa berseru dengan penuh semangat. "Gue boleh kan duduk di sini?" tanya Sasa sambil menunjuk bangku yang berhadapan dengan Iqbaal.
Iqbaal membalas sapaan Sasa dengan senyum lembut yang sebelumnya terasa sangat langka bagi Sasa. "Duduk aja." katanya, memberikan izin padan Sasa untuk duduk di tempat yang gadis itu mau.
Sasa senang bukan main dan langsung duduk manis di kursi yang tadi dia tunjuk. Ia benar-benar melupakan Feby yang kini menggeleng-gelengkan kepalanya dengan ekspresi kesal.
"Lo tunggu di sini, ya? Gue mau pesenin makanan." Iqbaal beranjak dari duduknya. "Eh, lo mau pesen apa? Biar gue bawain sekalian,"
"Jus Alpukat aja, tadi gue udah makan sama Feby," jawab Sasa.
Iqbaal mengangguk mengerti dan meminta Sasa menunggu sejenak. Tidak sampai sepuluh menit, Iqbaal kembali dengan nampan berisi bakso, orange jus, dan jus alpukat pesanannya.
"Ini pesenan lo." Iqbaal meletakkan jus alpukat yang tadi dipesan Sasa di atas meja tepat di depan gadis itu.
Sasa tersenyum senang dan mengatakan terima kasih pada Iqbaal yang langsung dibalas dengan anggukan serta senyum manis.
"Nanti malam mau nemenin gue nggak?" tanya Iqbaal sambil menuang sambal ke dalam baksonya.
"Kemana?"
Iqbaal menatap Sasa. "Acara ulang tahunnya Rian, temen SMP gue."
Sasa mengangguk mengerti dan kembali meminum jus alpukatnya dari sedotan.
"Jam tujuh gue jemput, pake dress yang cantik. Oke?"
Mendengar itu Sasa langsung senyum malu. Iqbaal ingin dirinya terlihat cantik.
"Oke!" Sasa menunjukkan jempolnya di depan Iqbaal.
"Tapi, pulang sekolah nanti temenin gue jalan-jalan dulu. Gue bosen di rumah sendirian, hari ini Mama lagi ada arisan sama temen-temen sosialitanya, kalau Papa lagi meeting di luar kota."
"Mau jalan kemana? Gue temenin. Ke mall? Pantai? Makan? Nonton? Toko buku? Taman? Ancol? Dufan? Atau kemana? Gue temenin pokoknya," tanya Iqbaal antusias.
Sasa menaikkan kedua alisnya mendengar pertanyaan Iqbaal. Gadis itu mencoba meyakinkan dirinya kalau dia tidak salah dengar. Hari ini Iqbaal benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat. Iqbaal di hadapannya terlalu hangat dan mudah ditaklukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Instinct [Completed]
Fanfiction"Kanker otak stadium akhir." Ketika mendengar vonis dokter, Iqbaal sudah tahu dunianya akan berubah sepenuhnya. Terlebih ketika ia mencoba bertanya lebih tentang penyakit itu dan penjelasan dokter semakin membuatnya jatuh. Iqbaal mencoba kuat, tapi...