Iqbaal selesai mengikat tali sepatunya dan segera meraih kunci motor. Matanya masih terlihat mengantuk karena baru tidur jam tiga pagi. Itupun karena sakit kepalanya kembali datang dan memaksanya untuk terjaga sepanjang malam.
Saat turun dari tangga, Iqbaal bertemu dengan Herry yang bersiap ke kantor. "Sarapan dulu, Baal."
"Nanti aja dii sekolah, Yah." balas Iqbaal, mencium punggung tangan Herry dan Rike secara bergantian kemudian mengucapkan salam.
Iqbaal membuka pintu dan saat itu juga wajahnya berubah datar disertai helaan napas. Sasa sudah berdiri tepat di depan pintu dengan senyum lebarnya yang sangat menyebalkan.
Cewek ini maunya apa?! batin Iqbaal berteriak kesal.
"Morning husband!" sapa Sasa dengan penuh semangat.
Iqbaal melengos, seolah tidak melihat keberadaan Sasa di depan matanya. Iqbaal meraih helm dan segera naik ke atas motor. Terserah dengan Sasa, ia tidak peduli.
Motor Iqbaal terasa berguncang dan dua tangan mencengkram bahunya cukup erat. Iqbaal menoleh kebelakang dan melihat Sasa sudah duduk manis di jok belakang.
"Ngapain lo?!" tanya Iqbaal ketus.
"Ya berangkat sekolah, lah. Gimana sih lo," jawab Sasa, tangannya melingkar di perut Iqbaal dengan senyum tertahan.
Iqbaal menyentil lengan Sasa yang melingkar di perutnya. "Turun lo!"
"Nggak mau, gue mau nebeng ke sekolah." balas Sasa.
"Lo bisa nggak sih, sehari aja nggak bikin gue darah tinggi?" tanya Iqbaal. Ia kesal karena sejak bertemu Sasa beberapa hari yang lalu, gadis itu benar-benar mengganggu hidupnya.
Sasa mengerucutkan bibirnya, wajahnya menunduk dan tangannya yang semula melingkar di perut Iqbaal kini terlepas. "Yaudah, gue turun." dan Sasa akhirnya turun dari motor Iqbaal.
Sasa menghela napas, melangkah keluar dari halaman rumah Iqbaal dan membukakan pagar untuk Iqbaal. Sebelum keluar, Sasa sempat menatap Iqbaal lagi.
"Nanti di jalan jangan mikirin gue. Kalo misalnya lo falling in love sama gue juga jangan salahin gue. Tapi, itu emang gue yang nyumpahin." kata Sasa, lalu melangkah pergi.
Iqbaal berdecak kesal. Kenapa harus sumpah itu lagi, sih?!
"Heh, Idiot!! Lo boleh bareng gue!" teriak Iqbaal dan di akhiri dengan dengusan kesal.
Senyum Sasa langsung lebar mendengar teriakan Iqbaal.
"Takut juga sama sumpah gue," gumamnya. Ia berbalik dan berlari kecil menghampiri Iqbaal. Tanpa menunggu di suruh, Sasa langsung duduk manis di jok belakang motor Iqbaal.
"Ayo jalan, Bang!" seru Sasa penuh semangat.
"Bang, Bang. Emang gue kang ojek apa!" balas Iqbaal ketus.
"Ojek cintanya Sasa," cetus Sasa asal.
Iqbaal menghela napas dan menggeleng kesal. Gadis itu benar-benar menjengkelkan, selalu mengancamnya dengan sumpah falling in love dan selalu mengganggu ketenangannya dari pagi sampai malam.
***
Feby kembali menambal bedak di wajahnya yang dia rasa kurang rata. Hal kecil semacam itu tentu saja membuatnya merasa tidak percaya diri dan merasa dirinya kalah cantik dari Airin yang memang kenyataannya jauh lebih cantik dari dirinya.
Tiba-tiba saja matanya membulat ketika melihat dari kaca bedaknya, sebuah motor Kawasaki memasuki gerbang sekolah dengan gagah dan di atas motor itu duduk dua orang yang membuat jantungnya seperti lepas dari tempatnya saking terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Instinct [Completed]
Fanfiction"Kanker otak stadium akhir." Ketika mendengar vonis dokter, Iqbaal sudah tahu dunianya akan berubah sepenuhnya. Terlebih ketika ia mencoba bertanya lebih tentang penyakit itu dan penjelasan dokter semakin membuatnya jatuh. Iqbaal mencoba kuat, tapi...