Instinct -22

9.8K 1.3K 69
                                    

Aku terdampar di sini, tersudut menunggu mati.
(Sheila On7-Berhenti berharap)

***

Sasa turun dari mobil Raffi, kemudian tersenyum manis pada laki-laki itu. Sejak dua hari yang lalu, Sasa memang tidak lagi berangkat atau pulang dengan Iqbaal. Dia selalu diantar jemput Raffi, seperti pagi ini.

"Nanti siang aku jemput, ya." Raffi menatap Sasa dengan senyum lembut yang langsung mendapat balasan dari gadis itu berupa anggukan dan senyuman yang jauh lebih manis.

Sas mundur satu langkah saat mobil SUV hitam metalic itu melaju perlahan meninggalkan sekolahnya.

Senyum yang semula menghiasi wajah cantiknya, seketika lenyap saat Iqbaal melewatinya begitu saja menuju parkiran untuk memarkirkan motornya. Dadanya terasa sesak saat Iqbaal tidak menoleh kearahnya, atau hanya sekedar melirik saja. Dulu memang dia biasa saja dengan sikap dingin Iqbaal, tapi sejak kejadian hari itu semua berubah.

Ungkapan cinta Iqbaal tidak membuat hubungannya dengan Iqbaal menjadi lebih romantis, malah menjadi lebih buruk dibanding sebelumnya.

Sasa hanya diam dengan mata berkaca saat Iqbaal melihat kearahnya dan tersenyum tipis. Senyum yang sejak dulu ia idam-idamkan dari sosok Iqbaal. Dan sekarang, senyum itu terasa menyakitkan untuknya.

"Seandainya gue tau, kalau ungkapan cinta lo malah bikin hubungan kita kayak gini... gue lebih milih kayak kemarin, Baal, gue nggak mau denger lo bilang I love you ke gue. Karena ternyata, kata I love you yang lo ucapin ke gue itu rasanya sakit." gumamnya lirih.

Sasa menunduk dan menepis lelehan air mata dengan jemarinya. Sudah dua hari dia merasa kecewa, sesak, sakit, bahkan lebih dari semua itu. Semua ini karena hari itu. Hari yang menurut Sasa membahagiakan sekaligus membunuhnya di rawa-rawa bersama Hayati.

Ayunda Salsabila patah hati.

***

"Nanti malam ada konser rock, lo mau ikut gue sama Rizky nonton? Kalo iya, gue beliin tiketnya langsung pulang sekolah," tanya Aldi setelah sebelumnya menggebrak meja, sengaja membuat Iqbaal berjingkat kaget.

Iqbaal menggeleng malas. Aldi sudah tahu dia tidak suka dengan kebisingan, tapi malah diajakin nonton konser rock. Iqbaal akan lebih milih makan nasi goreng bareng Sasa di depan rumah, meskipun gadis itu cerewetnya minta ampun.

Ngomong-ngomong nasi goreng, Iqbaal jadi ketagihan nasi goreng Bang Mus. Entah ketagihan nasgornya atau ketagihan dengerin celoteh yang pesenin dia nasgor. Yang pasti, daripada konser rock, rok mini, hotpants, kolor, cangcut, atau sarung nggak jelas itu, Iqbaal akan milih makan nasi goreng Bang Mus lengkap dengan si pemesan terbawel yang doyan cabe-cabean dua puluh sendok.

"Ah, Iqbaal mah nggak asik," gerutu Aldi. Dia kecewa.

"Lo ngajakin Iqbaal itu jangan nonton konser rock, ajak main barbie aja ntar girang nggak ketulungan dia," celetuk Rizky asal.

Iqbaal melemparkan tutup pulpen kearah Rizky. "Sialan lo, Ky!"

Rizky tertawa pelan dan membentuk jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V, lalu mengembalikan tutup pulpen milik Iqbaal. Rizky menarik kursi dan duduk di samping Aldi sambil mencomot kuaci yang dituang Aldi di atas meja Iqbaal.

"Tapi, Baal, yang gue denger si Sasa mau nonton konser juga," ucap Aldi sambil menggigit-gigiti kulit kuaci untuk mengeluarkan isinya yang cuma seucrit dan kadang zonk alias nggak ada isinya.

"Sama si Raffi, Om lo," timpal Rizky.

Iqbaal diam beberapa detik, lalu menganggukkan kepalanya lengkap dengan senyum yang bisa dibaca Rizky dan Aldi.

Instinct [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang