Jilid 3

1.1K 18 0
                                    

Tetapi usianya yang sudah tinggi itu bukannya tidak meninggalkan bekas. Sedang di sebelah sana Ma ceecu sudah mulai berada di atas angin, To Pek Swee justeru sudah mulai terdesak. Ia lebih banyak menangkis, daripada melancarkan serangan-serangan. Juga keadaan To Cu An — yang seorang diri harus melayani dua musuh — sudah agak menguatirkan. Harapan satu-satunya adalah agar Ma ceecu dapat cepat-cepat merobohkan The Sam Nio untuk kemudian lekas-lekas memaksa Him Goan Hian meninggalkan Cu An dan melayani ia. Jika satu lawan satu, rasanya Cu An tidak akan menampak kesukaran untuk menjatuhkan si hweeshio.

Sungguh malang, agaknya The Sam Nio telah mengerti, bahwa, jika ia bertahan lebih lama, "To Si Hu Cu" pasti akan roboh binasa berturut-turut. Maka ia segera berganti siasat, pembelaan diri sekarang diutamakannya dan sepasang goloknya diputarkan untuk melindungi tubuhnya rapat-rapat, sehingga betapa hebat juga serangan-serangan Ma ceecu, ia ini belum dapat menyentuh apalagi melukakan The Sam Nio.

Setelah lewat beberapa puluh jurus, biar bagaimana juga The Sam Nio mulai merasakan beratnya tekanan musuh. Berkali-kali ia harus mundur dan napasnya sudah mulai tersengal-sengal. Tentu saja Ma ceecu tidak mau memberikan ketika untuk bernapas kepadanya, ia bahkan menyerang dengan lebih ganas pula.

Pada suatu saat ia melihat gerakan golok The Sam Nio agak terlambat dan di antara penjagaannya terdapat suatu lowongan. Ia tak mau mengabaikan kesempatan baik ini dan dengan girang ia segera maju menyerbu dengan sepasang martilnya untuk menyelesaikan si nyonya.

Tetapi, sungguh di luar dugaan, mendadak ia merasakan kakinya kehilangan landasan — ternyata ia telah menginjak lobang persembunyian Him Goan Hian dan kawan-kawan yang sebelah atasnya masih tertutup salju, sehingga seketika itu juga ia jatuh terperosok ke dalamnya.

Inilah hasil siasat The Sam Nio yang cerdik, dalam keadaannya yang terdesak ia telah sengaja memancing Ma ceecu ke jurusan lobang tersebut dan dalam kegirangannya Ma ceecu telah berlaku lengah dengan akibat terperosoknya ke dalam guha bikinan itu.

Di dalam lobang itu Ma ceecu mengeluh, "Celaka!" Dengan hati penasaran ia berusaha meloncat keluar. The Sam Nio telah berjaga-jaga di tepi lobang dan ketika badan Ma ceecu terapung, ia segera membacok. Tanpa dapat dicegah lagi, lengan Ma ceecu telah dipisahkan dari tubuhnya. Dengan memperdengarkan jeritan yang mengerikan, ia jatuh lagi dalam keadaan pingsan. The Sam Nio tidak berhenti sampai di situ saja, ia segera menyusul turun ke dalam lobang dan dengan membacok sekali lagi ia menghabiskan riwayat Ma ceecu.

Demi mendengar jeritan Ma ceecu, To Cu An lantas saja mengerti betapa buruknya keadaan bagi fihaknya pada saat itu. Tetapi, apa yang dapat dibuatnya? Dikerubuti Him Goan Hian dan Ceng Ti, ia sudah hampir kehabisan daya.

Setelah membinasakan musuhnya, The Sam Nio mengaso sebentar sambil membereskan rambutnya. Kemudian, setelah selesai mengikat kepalanya dengan sehelai saputangan putih ia maju pula ke medan pertempuran untuk membantu Lauw Goan Ho mengerojok To Pek Swee. Tak usah dikatakan lagi bagaimana buruknya keadaan kedua orang, bapak dan anak itu.

Kalau saja To Pek Swee masih duapuluh tahun lebih muda, dalam pertempuran satu lawan satu tadi, Lauw Goan Ho sekali-kali bukan tandingannya. Di masa yang lampau jago tua itu terkenal karena tenaganya dan daya serangannya yang benar-benar dahsyat sekali. Tetapi pada saat itu, dalam usianya yang sudah lanjut, melawan Lauw Goan Ho seorang saja sudah dirasakannya berat sekali. Ditambah dengan turut sertanya The Sam Nio yang saban-saban melancarkan serangan demi ada ketikanya, keadaannya benar-benar sangat berbahaya.

Mendadak Lauw Goan Ho membentak, "Kena!" Ketika itu, dengan gerakan "Liong Siang Hong Bu" (Naga Melingkar Burung Hong Menari), dua-dua gaitannya telah menyerang bersama-sama.

Buru-buru To Pek Swee menangkis, tetapi dalam pada itu The Sam Nio juga menyerang dari samping. To Pek Swee tentu saja tak dapat menangkis empat batang senjata yang datangnya berbareng itu.

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang