Jilid 44

398 12 0
                                    

"Waktu itu aku baru berusia dua tahun," Yok Lan sambung penuturannya dengan suara sedih. "Sambil mendukung aku, malam-malam ayah mengubar. la tak makan dan tak tidur. Sesudah mengubar tiga hari dan tiga malam, ia dapat menyandak. Melihat ayahku, Tian Kui Long berlutut dan minta-minta ampun. Selagi ayah mau turunkan tangan, ibu menyelak dan menubruk. Melihat ibu benar-benar sudah berobah pikiran dan menyintai lelaki itu, ayah menghela napas panjang berulang-ulang dan segera berlalu sambil mendukung aku. Begitu pulang, ia sakit berat, hampir-hampir ia mati. Ayah pernah kata, kalau bukan kasihan aku yang bakal jadi sebatang kara dalam dunia yang lebar ini, benar-benar ia sudah bosan hidup. Tiga tahun, ayah tak pernah melangkah pintu. Kadang-kadang, sambil mendongakkan kepala, ia mengeluh, Ah, Lan! Lan! Kenapa kau begitu gila!' Seperti aku, ibu pun bernama 'Lan.'"

Menutur sampai di situ, mukanya Yok Lan mendadak merah Pada jaman itu, namanya seorang wanita adalah suatu rahasia, orang luar cuma mengetahui she-nya (nama keluarga). Kecuali kepada orang yang sangat dekat, rahasia nama tak dapat gampang -gampang dibuka. Maka itu tidaklah heran jika si nona menjadi jengah, ketika tanpa merasa, ia sudah memberitahukan namanya kepada Ouw Hui.

Mendengar penuturan si nona, bukan main terharunya Ouw Hui. Ia terharu berbareng merasa berterima kasih, oleh karena si nona sudah mempercayai rahasia rumah tangga yang begitu besar, kepadanya. Dan hatinya jadi semakin bergoncang, ketika mendengar si nona memberitahukan namanya sendiri.

"Biauw Kouwnio," kata ia. "Tian Kui Long adalah manusia yang berhati sangat busuk. Aku rasa, ia bukan benar-benar mencintai ibumu."

"Ayah pun pernah mengatakan begitu," jawabnya. "Belakangan, sering-sering ayah sesalkan diri sendiri. Ia kata, jika ia tidak bersikap terlalu tawar terhadap ibu, pastilah ibu tidak kena digoda orang. Maksud sebenarnya dari orang she Tian itu memang juga adalah untuk menggaet satu peta bumi dari suatu harta karun. Peta bumi itu adalah warisan leluhur keluarga Biauw. Akan tetapi, meskipun ia berhasil membikin rumah-tangga ayah jadi berantakan, meskipun ia berhasil membikin aku jadi anak tanpa ibu, pada akhirnya usahanya yang busuk itu gagal sama-sekali. Sesudah hidup beberapa lama dengan ia ibuku mengetahui maksud tujuannya yang busuk. Maka itulah, pada waktu mau menutup mata, ibu telah memesan, supaya satu tusuk konde mutiara kepala burung hong dipulangkan kepada ayah. Dalam tusuk konde itulah tersimpan peta bumi yang dicari-cari oleh Tian Kui Long."

Sesudah itu, Yok Lan segera menceritakan segala pengalamannya Lauw Goan Ho waktu ia bersembunyi di kolong ranjangnya Tian Kui Liong. Akhirnya ia tuturkan, cara bagaimana peta bumi itu sudah dirampas oleh kawanan Po Si, yang dengan membawa golok komandonya Cwan Ong, sedang berusaha mencari harta karun itu.

"Yah, orang she Tian itu bukan main jahatnya" berkata Ouw Hui.

"Lantaran jeri terhadap ayahmu dan juga sebab gagal merampas peta, ia sudah coba menggunakan tangannya pembesar negeri untuk membekuk ayahmu, supaya bisa paksa ayahmu mengeluarkan peta bumi itu. Tapi ia tak dapat melawan maunya Tuhan. Hai! Gara-gara harta karun itu, tak tahu berapa banyak orang sudah mesti mengorbankan jiwa ." Ia berhenti sejenak dan kemudian berkata pula, "Tapi ... tapi, justru lantaran gara-gara harta karun itu, ayah dan ibuku jadi terangkap jodoh."

"Apa?" menanya nona Biauw dengan perasaan sangat ketarik. "Hayo, ceritakan!" Ouw Hui mesem sembari mengawasi si nona yang paras mukanya bersinar gembira. "Kau tahu siapa ibuku?" menanya ia. "Ia adalah saudari misanan dari Touw Sat Kauw!"

Yok Lan jadi terlebih heran lagi "Sedari kecil aku sudah kenal Touw pehpeh, tapi ayah belum pernah memberitahukan hal itu," katanya.

"Aku mengetahui hal itu dari surat-surat peninggalan ayah," menerangkan Ouw Hui. "Mungkin sekali, ayahmu tak tahu rahasia ini. Sudah lama sekali Touw chungcu mendapat endusan, bahwa harta karun itu tersimpan di punyak Giok Pit Hong. Maka itulah, ia sudah berdirikan rumah di puncak tersebut dan tak hentinya berusaha untuk mencarinya. Akan tetapi, lantaran otak tumpul dan juga sebab tak berjodo, usahanya itu tinggal sia-sia. Di lain pihak, ayah yang menyelidiki secara diam-diam, ada lebih beruntung. Waktu masuk ke dalam guha harta, ia dapat lihat ayahnya Tian Kui Long dan ayahnya Hoan Pangcu binasa bersama-sama. Pada ketika ayah mau menyongkel harta itu, ibu mendadak datang.

Kepandaian ibuku banyak lebih tinggi daripada Touw chungcu. Melihat beberapa hari beruntun, ayah berkeliaran di sekitar tempat itu, hatinya lantas saja bercuriga dan lalu menguntit. Hari itu, ia turut masuk ke dalam guha harta dan bertempur dengan ayahku. Sebagai buntut dari pertandingan itu, kedua belah pihak saling mengagumi dan di situ juga ayah meminang ibuku. Ibu memberitahu, bahwa sedari kecil ia dipelihara oleh kakak misannya, yaitu Touw chungcu, sehingga jika ayah ambil harta itu, ia merasa tidak enak terhadap kakaknya itu. Oleh karena begitu, ibu suruh ayah memilih satu antara dua, ia atau harta. Ayah hanya bisa mendapat satu, tak mungkin mendapat dua-duanya. Ayah tertawa terbahak-bahak dan mengatakan, bahwa walaupun di hadapannya berjejer sepuluh laksa gudang harta, tanpa bersangsi ia akan memilih ibu. Ayah lalu menulis sebuah tulisan yang menuturkan segala kejadian itu dan menempel tulisan tersebut di dalam guha. Di bawahnya tulisan itu, ayah dan ibu masing-masing menulis satu syair, supaya di kemudian hari, orang yang menemukan gudang harta tersebut dapat mengetahui, bahwa di dalam dunia kini, yang paling berharga bukannya harta, akan tetapi kecintaan yang suci-murni."

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang