Jilid 47

377 12 0
                                    

Mendengar teriakannya Po Si, Biauw Yok Lan jadi tak tega.

"Manusia itu memang jahat sekali, tapi rasanya sudah cukup ia mendapat hajaran," berbisik si nona. "Ampunilah padanya!"

Menurut kebiasaannya Ouw Hui, dalam membasmi kejahatan, ia selalu membasmi sampai ke akar-akarnya. Apalagi terhadap satu musuh besar yang sudah mencelakakan kedua orang-tuanya. Akan tetapi, entah kenapa, begitu dengar perkataan nona Biauw, hatinya lantas saja membenarkan, bahwa manusia itu sudah cukup mendapat hajaran dan harus diberi ampun. Ia segera turunkan tangan kanannya dan ayun tangan kirinya yang menyekal belasan batu permata. Bagaikan kilat batu-batu itu menyambar dan menancap dalam sekali di dinding guha. Semua orang yang menyaksikan pada leletkan lidah. Satu saja mengenakan badannya Po Si, rohnya tentu akan lantas menghadap Giamkun.

Ouw Hui mendelik dan menyapu semua orang dengan matanya yang luar biasa tajam. Mereka semua menundukkan kepala dan keadaan dalam guha jadi sunyi-senyap. Biarpun sekujur badannya sakit, Po Si juga tidak berani merintih. Selang beberapa saat, Ouw Hui membentak dengan suara angker, "Kau orang begitu menyintai emas-permata, biarlah kau orang terus berdiam di sini, menemani harta karun itu!" Sehabis berkata begitu, sambil menuntun tangannya Yok Lan, ia segera berjalan keluar.

Semua orang jadi girang bukan main. Mereka tak nyana si Rase Terbang sudah melepaskan mereka secara demikian. Sesudah tindakan Ouw Hui dan Yok Lan kedengaran jauh di lorong guha. mereka lalu kasak-kusuk dan mulai mengantongi lagi emas-permata itu.

Tiba-tiba di lorong guha keluar suara luar biasa. Bermula mereka tak tahu suara apa adanya itu, akan tetapi, beberapa saat kemudian, muka mereka jadi pucat bagaikan mayat.

"Celaka!" berseru mereka.

"Dia tutup mulut guha!" berteriak satu orang.

"Hayo! Mati atau hidup, kita mesti lawan padanya!" berseru seorang lain.

Dalam bingungnya mereka jadi nekat dan lalu memburu ke mulut guha. Benar saja, batu raksasa penutup guha sudah dipindahkan kembali oleh Ouw Hui ke tempat asalnya.

Sebagaimana diketahui, mulut guha itu sempit luar biasa. Di sebelah luar, orang dapat bergerak leluasa untuk menggunakan tenaganya, akan tetapi di sebelah dalam, lorong guha yang sempit hanya dapat memuat badannya satu orang. Begitu lekas batu raksasa itu menutup lubang, air es yang terdapat di sekitarnya lantas saja membeku, sehingga jika tidak ditolong oleh orang luar, mereka yang berada di dalam tak usah harap bisa keluar lagi.

Nona Biauw kembali tak tega hatinya "Apa kah kau ingin binasakan mereka semua?" ia menanya.

'Apakah di antara mereka terdapat manusia baik-baik yang dapat diampuni jiwanya?" Ouw Hui balas menanya.

"Yah," berkata si-nona sambil menghela napas. "Di sebelahnya ayah dan kau, aku memang tak tahu apa dalam dunia ini masih ada manusia baik. Akan tetapi, kau tidak boleh membunuh begitu banyak orang."

Si Rase Terbang agak terkejut. 'Apa aku terhitung manusia baik?" ia menanya.

Perlahan-lahan Yok Lan angkat kepalanya. 'Aku tahu, kau adalah seorang baik," katanya dengan sorot mata yang suci-murni. 'Aku sudah tahu, sebelum bertemu muka toako (kakak)! Apakah kau tahu, semenjak kapan aku sudah menyerahkan hatiku kepadamu?"

Mendengar perkataan "toako" yang dikeluarkan dengan suara menyinta, Ouw Hui tak dapat menahan perasaannya lagi. Dengan rasa cinta yang suci, ia memeluk si nona, yang lalu menyandarkan kepalanya di dada Ouw Hui, dengan hati penuh kebahagiaan. Lorong guha itu sempit dan kecil. Akan tetapi, bagi mereka tempat ini merupakan tempat yang paling indah dalam dunia ini.

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang