Jilid 17

601 12 1
                                    

Tetapi, sesaat kemudian Po Si sudah mengambil-alih tugas nona itu dan ia mulai bercerita dengan menerangkan, bahwa, karena berperasaan halus, Yok Lan tentu tak dapat mengatasi perasaannya, jika ia harus menceritakan kejadian yang memilukan itu. "Maka, biarlah loolap yang melanjutkan cerita ini," katanya.

"Sejak awal permusuhan itu, karena orang she Ouw itu dikutuk kalangan Kang Ouw, sebagai penjual majikan karena tamak kemewahan, maka turunannya selalu harus menempati kedudukan terpencil yang sangat tidak menguntungkan. Mereka tak pernah mendapat simpati kalangan Kang Ouw, bahkan selalu mereka dianggap sebagai sampah. Betapa tinggi juga kepandaian mereka, karena dalam pertempuran sengit selalu tidak ada yang berfihak kepada mereka, dengan sendirinya mereka jadi sudah kalah angin."

"Hanya berkat kepandaian mereka yang benar-benar tiada taranya, mereka selalu masih dapat mewujudkan cita-cita mereka. Pula hampir setiap tingkat keturunan mereka tentu mempunyai seorang yang luar biasa. Di waktu tiba saatnya ia bertindak untuk memenuhkan pesan orang tuanya, tak perduli menang-kalahnya, tentu akan terjadi banjir darah."

"Meskipun ketiga keluarga Biauw, Hoan dan Tian berjumlah lebih banyak dan dapat menghimpun tenaga lebih besar, lagi pula mendapat dukungan seluruh kalangan Kang Ouw, walaupun mereka selalu berjaga-jaga dengan sangat telitinya, tetapi dengan kecerdikan dan kepandaian serta kesabaran mereka, anak-cucu keluarga Ouw selalu dapat membobolkan penjagaan mereka dan melaksanakan pembalasan sakit hati turun-menurun itu."

"Setiap kali salah-satu fihak berhasil membinasakan musuhnya, golok kebesaran Cwan Ong berpindah tangan. Begitulah semasa pemerintahan Khong Hi, empat keluarga itu terus-menerus berebut golok pusaka tersebut, juga antara keluarga Biauw, Hoan dan Tian sendiri kemudian terbit percekcokan karenanya. Di masa itu, justeru di fihak keluarga Ouw muncul dua orang yang berkepandaian luar biasa tingginya. Dalam suatu pertempuran sengit, dua saudara itu telah berhasil membunuh dan melukakan dua puluh tiga orang dari fihak lawannya. Tentu saja tiga keluarga yang asalnya berdiri sefihak dan kemudian bercekcok sendiri itu menjadi sangat cemas. Adalah keluarga Tian yang kemudian berhasil mengumpulkan sokongan dari banyak sekali orang-orang Kang Ouw. Berkat bantuan mereka itu, dengan beramai-ramai mengeroyok dua saudara Ouw itu, akhirnya dapat juga dua saudara itu dibinasakan. Setelah itu, semua orang gagah dari seluruh negeri berkumpul di Lokyang untuk membentuk perserikatan dan dalam pertemuan itu pula diputuskan, bahwa selanjutnya golok pusaka tersebut akan berada di bawah penilikan keluarga Tian. Selain itu, juga ditetapkan, bahwa bila saja keluarga Ouw berani datang untuk coba merebut kembali golok tersebut, maka keluarga Tian akan mengangkat golok tersebut sebagai pertanda untuk kalangan Kang Ouw, supaya berbondong-bondong datang membantu menghadapi musuh itu, tidak perduli mereka sedang menghadapi urusan pribadi yang betapa penting juga."

"Pertemuan itu terjadi lebih kurang seratus tahun yang lalu, dan sedikit demi sedikit, sudah mulai terlupa sehingga sekarang sudah hampir tiada yang mengetahui lagi hal ini, hanya Ciang Bun Jin dari Thian Liong Bun yang masih menganggap golok itu penting sekali. Tetapi kemudian Thian Liong Bun sendiri terpecah menjadi cabang selatan dan utara. Kabarnya, setiap sepuluh tahun sekali kedua cabang tersebut saling menggantikan menyimpan golok tersebut. Whi heng dan In heng, benarkah kabar yang loolap dengar itu?"

"Benar," jawab Whi Su Tiong dan In Kiat hampir bersama.

Po Si tertawa. Ia senang sekali, mendapat kenyataan, bahwa perkataannya benar sesuai dengan kenyataan.

"Sebagai tadi telah kukatakan, lambat-laun orang sudah lupa akan soal sebenarnya dan karena tidak tahu, anak-murid Thian Liong Bun kemudian menganggap golok tersebut sebagai pusaka partai mereka, tanpa mengetahui asal-usulnya. Tetapi dalam suatu hal, loolap masih berada dalam kegelapan, mengenai hal ini rasanya hanya Co heng yang dapat menerangkan."

"Soal apa?" tanya Hun Ki dengan lantang.

"Sependengaran loolap, saban kali terjadi penggantian Ciang Bun Jin, Ciang Bun Jin yang lama selalu menceritakan asal-usul golok tersebut kepada penggantinya, tetapi mengapa Co heng yang sekarang menjadi Ciang Bun Jin tak dapat menjawab pertanyaan loolap mengenai golok itu, tadi? Apakah Tian Kui Long telah melupakan kebiasaan ini?"

Tak tahu Hun Ki, bagaimana ia harus menjawab. Seluruh mukanya menjadi merah padam dan ia sudah hampir melontarkan kata-kata keras sekena-kenanya, untuk menutup malunya Tetapi dalam pada itu Tian Ceng Bun sudah keburu menyelak.

"Kejadian ini telah disebabkan kemalangan keluarga kami. Sebelum bisa menjelaskan hal itu kepada Co suheng, ayahku mendadak sudah keburu dicelakakan orang," katanya

"Pantas, pantas. Kali ini adalah untuk kedua kalinya aku melihat golok ini. Yang pertama kali adalah duapuluh tujuh tahun yang lalu."

Mendengar ini, Ceng Bun menarik kesimpulan, bahwa kata-kata Po Si itu tepat dengan cerita Yok Lan. Pikirnya, "Tadi nona Biauw mengatakan, bahwa kejadian yang menyedihkan itu telah terjadi sepuluh tahun sebelum ia dilahirkan, sedang usianya sekarang kira-kira tujuh belas tahun. Tentunya hweeshio ini telah melihat golok itu untuk pertama kalinya ketika terjadinya peristiwa yang dimaksudkan nona Biauw."

Sementara itu, Po Si sudah meneruskan ceritanya.

"Ketika itu, loolap belum memeluk agama dan sedang menjalankan pekerjaan tabib di desa dekat kota Congciu. Penduduk Congciu rata-rata menyukai ilmu silat, tua-muda, hampir semua laki-laki di situ tentu sudah pernah mempelajari sejurus-dua jurus ilmu silat dan ketika itu, pekerjaan loolap adalah menyembuhkan luka-luka atau keseleo terkena pukulan atau karena jatuh. Juga loolap mengerti sedikit ilmu silat ajaran guruku dahulu."

"Karena desa itu agak terpencil letaknya dan penduduknya hanya bilang ratus orang saja, maka penghasilan loolap sebagai tabib tentu tak mencukupi untuk dapat mendirikan rumah tangga. Pada suatu malam di akhir tahun itu, loolap sedang enak tidur sendiri, ketika mendadak saja loolap dikejutkan gedoran pada pintu rumah loolap. Di luar angin sedang bertiup dengan kencangnya, perapian dalam rumah sudah lama padam, maka dapat dimengerti, jika loolap jadi segan bangun menempuh hawa sedingin waktu itu. Akan tetapi, yang menggedor pintu itu, agaknya jadi kalap dan memukul semakin keras sambil berteriak-teriak, 'Hai! Tabib, tabib! Bangun!' Kian lama gedorannya juga teriakannya semakin keras. Dari suaranya loolap tahu, bahwa orang itu tentu bukan orang setempat, lagu suaranya sebagai lagu suara Kwansay (daerah perbatasan barat). Karena kuatir, jika pintu rumahku akan hancur, maka loolap lekas-lekas mengenakan baju dan hendak membuka pintu. Tetapi sedang tanganku baru mengangkat palangnya, pintu itu sudah menjebelak karena didorong entah dihajar dengan kerasnya dari sebelah luar. Jika bukannya aku masih keburu berkelit, tentu kepalaku sudah menjadi korban dan sedikitnya sudah akan menjadi benjol."

"Orang yang menerjang masuk itu membawa obor. Di bawah penerangan apinya, loolap melihat wajahnya yang sangat gugup. Dan ketika itu ia masih saja berteriak, 'Tabib! Tabib!' Loolap segera menanyakan, mengapa ia begitu gugup dan membangunkan diriku tengah malam buta-rata."

"Walaupun terang-terang ia sudah melihat, bahwa loolap sudah berdiri di hadapannya, masih saja ia menjawab dengan berteriak sekuat suaranya. Katanya ada yang sakit keras dan loolap harus berangkat seketika itu juga. Kata-katanya ditutup dengan melemparkan sepotong uang perak di atas meja. Yang dilontarkannya itu berjumlah tidak kurang daripada duapuluh tahil. Selama mengobati orang-orang sedesaku, paling banyak loolap menerima upah berapa ratus bun (sen) dan seumur hidupku aku belum pernah memiliki uang sebanyak itu. Loolap tentu saja menjadi sangat terperanjat tetapi juga girang. Tanpa ayal pula kubereskan uang itu dan segera berangkat mengikutinya. Selama tanya-jawab tadi aku telah memperhatikan mukanya. Di wajahnya kelihatan sifat-sifat kesatria, sikapnya agak kasar dan agaknya ia beruang, tetapi tingkah-lakunya pada saat itu mencerminkan kekuatirannya yang sangat besar. Agaknya ia sangat tergesa-gesa, karena sebelum loolap selesai merapikan pakaian, ia sudah mengulurkan tangannya dan menyeret loolap sambil menyambar peti obatku dengan sebelah tangannya lagi. Loolap minta perkenan untuk menutup pintu dulu, tetapi ia segera menekankan agar loolap jangan kuatir, karena apa saja yang tercuri selama kepergianku akan digantinya semua. Ternyata ia membawa loolap ke penginapan "Peng An Khek Tiam," satu-satunya penginapan di desa itu. Meskipun penginapan itu tidak terlalu kecil, tetapi keadaannya sangat kotor lagi gelap. Loolap menjadi agak heran. Pikirku, mengapa orang beruang sepertinya, mau menginap di tempat seburuk itu. Loolap tak sempat berpikir panjang-panjang, ia sudah segera menyeret loolap ke sebuah ruangan yang terang karena banyaknya lilin yang dinyalakan di situ. Loolap melihat empat-lima orang laki-laki berdiri di situ, agaknya sedang menantikan kembalinya. Seketika melihat kembalinya dengan membawa loolap, mereka tampak girang dan segera, beramai-ramai, menghantar diriku ke sebuah ruangan di sebelah timur."

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang