Jilid 4

878 13 0
                                    

Sementara itu To Cu An juga sudah mengetahui siapa pendatang baru itu, ialah Co Hun Ki.

Lekas-lekas ia coba memberikan keterangan. "Co suheng, janganlah kau salah mengerti," katanya.

Bersabar memang bukan pembawaan Co Hun Ki. Ia, yang berkepala batu, mana mau mendengarkan keterangan orang yang dianggapnya sebagai musuh itu. Dengan mata melotot ia membentak pula, "Salah mengerti apa!" Bersama dengan diucapkannya perkataan ini ia melancarkan serangan, sehingga To Cu An juga tidak dapat berbuat lain daripada segera mengangkat goloknya untuk menangkis pedang saingannya.

Baru berapa jurus mereka bertempur, ketika mendadak — di antara gemerincing senjata beradu — terdengar tindakan kaki dan sesaat kemudian kelihatan The Sam Nio berlari secepat angin menghampiri mereka.

"Perempuan bangsat, anjing, keparat, kau selalu hendak merintangi saja!" terdengar serentetan caci Hun Ki yang sudah tak dapat menguasai napsunya lagi. Ia benar-benar sebal melihat perempuan itu yang selalu membuntuti dan menghalang-halangi segala gerak-geriknya. Tanpa membuang-buang tempo lagi, ia menyerang si nyonya. The Sam Nio tidak tinggal berpeluk tangan, ia menangkis dan goloknya yang sebelah lagi segera membalas serangan lawan.

Pada saat itu, dari jurusan lain golok To Cu An juga sudah melayang ke arahnya dengan gerak tipu "Ciu Liang Hoan Cu".

Meskipun ia kini harus melawan dua musuh, Hun Ki tidak menjadi gentar karenanya, bahkan ia menganggap ini sebagai ketika yang baik sekali untuk mempamerkan ketangkasannya di hadapan gadis pujaannya, maka ia mengerahkan seluruh kepandaiannya dan bertempur dengan mati-matian Ketangkasannya menimbulkan kekaguman di hati To Cu An. "Kiam hoat bagus!" pujinya. Tetapi pada saat yang sama juga ia menyerang selangkang Co Hun Ki dengan gerakan "Siang Po Liauw Im" sambil setengah berjongkok.

Menurut dugaan The Sam Nio, Co Hun Ki tentu akan mengangkat senjatanya ke atas untuk menangkis dan penjagaannya di sebelah bawah akan terluang. Sungkan menyia-nyiakan ketika yang baik ini, ia segera membacok dengan kedua-dua goloknya. Tak pernah ia menyangka, bahwa To Cu An akan berganti siasat secara tiba-tiba sekali. Dengan gerak tipu "Twe Po Cam Ma To" dan gerakan pergelangan tangan, goloknya bukan mengenai Co Hun Ki, tetapi sebaliknya melukakan paha The Sam Nio. "Roboh!" bentak Cu An berbareng dengan itu.

Sungguh keji tipu ini dan benar-benar di luar dugaan datangnya serangan ini, sehingga seorang ahli yang berkepandaian jauh lebih tinggi daripada The Sam Nio, juga tak akan dapat mengelakkan serangan Cu An ini. Maka dapat dimengerti jika The Sam Nio roboh seketika itu juga. Belum puas dengan hasil ini, To Cu An masih memburu maju lagi dan sudah akan menabas leher nyonya celaka ini.

Tetapi pada detik yang sangat berbahaya bagi The Sam Nio itu, mendadak Co Hun Ki menyelak dan menangkis golok Cu An.

"Kau tidak takut kehilangan muka?" tanya Hun Ki mengejek.

"Dalam pertempuran tidak ada soal tipu-menipu, dalam hal ini aku hanya ingin membantu kau!" jawab Cu An dengan tertawa.

Sebelum Hun Ki dapat menjawab pula, Lauw Goan Ho, In Kiat, To Pek Swee, Whi Su Tiong dan yang lain-lain telah datang semua.

Agaknya mereka semua mempunyai pikiran yang sama. Setelah melihat Tian Ceng Bun kabur sambil menggondol kotak besi itu, mereka serentak kehilangan napsu bertempur dan segera menyusul beramai-ramai.

"Ayah, Thian Liong Bun adalah sahabat kita, janganlah bertempur lagi dengan Whi susiok!" teriak To Cu An kepada ayahnya.

Sebelum To Pek Swee menjawab seruan anaknya itu, Co Hun Ki sudah keburu menyelak dan mengatakan, "Kau telah mencelakakan suhu, tak sudi aku menjadi sahabatmu!" Tanpa menunggu kata-katanya habis diucapkan, ia sudah melancarkan lagi serangan-serangan bertubi-tubi.

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang