Jilid 23

586 15 0
                                    

"Ouw It To mengiakan dengan tertawa, dan menceritakan, bahwa untuk itu ia bahkan telah menyebabkan tewasnya beberapa ekor kuda, karena ia pun tak mau mengingkari janjinya untuk melanjutkan pertempuran hari itu. Kurasa, bahwa semua orang yang mendengar itu harus tercengang. Yang paling jelas, adalah, bahwa keherananku tak kepalang. Jarak antara Congciu dan Bu Teng Koan tak kurang dari tiga ratus li. Benar mengherankan, bahwa ia bisa menyelesaikan perjalanan pergi-pulang itu dalam waktu semalam. Lebih mengagumkan pula, karena sebelum bisa pulang, ia harus membunuh dulu seorang jago silat yang sangat disegani di daerah utara. Entah dengan cara apa ia telah bertindak, sehingga semua itu dapat diselesaikannya demikian cepat."

"Agaknya, 'Kim Bian Hud' menganggap semua itu biasa saja. Perhatiannya ternyata lebih tertarik kepada soal lain. Tanyanya, 'Dengan bagian ilmu silatmu yang mana, kau telah membunuhnya?' Ouw It To menjawab, bahwa ia tidak menggunakan ilmu silat golok. Menurut kesannya, kepandaian Siang Kiam Beng benar-benar sudah sukar dicarikan tandingan, dan hanya dengan tipu serangan Ciong Thian Ciang So Cin Pwee Kiam' akhirnya ia bisa juga mengalahkannya."

"Baru setelah mendengar cerita ini 'Kim Bian Hud' tampak heran. 'Bukankah tipu-serangan itu salah satu bagian dari ilmu silat keluargaku?' tanyanya. Lagi-lagi Ouw It To tertawa, kemudian ia berkata, bahwa ia memang telah merobohkan Siang Kiam Beng dengan sebilah pedang. Kulihat, bahwa wajah 'Kim Bian Hud' kini memperlihatkan rasa terima kasih yang sangat besar dan itu pun segera dinyatakannya dengan jujur. Ouw It To tak mau menerima pemberian hormat serta terima kasih 'Kim Bian Hud', karena menurut pendapatnya sendiri, ia hanya telah mewakilkan Biauw Tayhiap Lebih lanjut, ia menyatakan, bahwa yang berjasa adalah ilmu silat keluarga Biauw, yang disebutnya sebagai tiada taranya dalam dunia."

"Jelaslah semua bagiku sekarang. Sungguh kagum aku dibuat dua orang itu. Meskipun mereka bermusuh, bahkan sudah bertekad untuk bertempur terus sehingga salah satu jatuh tak bernyawa, keduanya tak menyembunyikan rasa kagum masing-masing kepada lawannya. Bahwa Ouw It To tidak menggunakan goloknya untuk mengambil kepala Siang Kiam Beng, sudah merupakan bukti, bahwa ia sangat menghormati 'Kim Bian Hud'. Bahwa sebagai musuhnya, 'Kim Bian Hud' mau menerima budi Ouw It To yang sebesar itu, juga merupakan bukti, bahwa sebaliknya ia menghormat Ouw It To tinggi-tinggi."

"Tetapi, aku masih lebih kagum kepada Ouw It To. Benar tak kusangka, bahwa dengan wajah sebengis itu, hatinya sebenarnya sangat mulia. Dengan caranya, ia telah mengangkat derajat ilmu silat keluarga Biauw. Jika ia telah membunuh Siang Kiam Beng dengan kepandaiannya sendiri, ia akan memberikan kesan, bahwa ia bukannya hendak berbuat baik, bahkan akan tampak sebagai hendak menyombongkan ilmu silat keluarganya sendiri. Sungguh mulia hatinya, tetapi lebih mengherankan pula, bahwa dalam sehari saja ia sudah bisa memahamkan ilmu silat 'Kim Bian Hud' yang belum pernah dilihatnya, bahkan sudah bisa menggunakannya dengan sempurna. Juga tak kurang mengagumkan tindakannya dengan menyerahkan hasil pekerjaannya semalam itu, setelah menyelesaikan pertempuran hari itu. Bila pagi itu, sebelum bertempur, ia sudah menyerahkan kepala Siang Kiam Beng, mungkin sekali orang akan menyangka, bahwa ia hendak menunda kematiannya, dan bermaksud menempatkan 'Kim Bian Hud' dalam kedudukan yang tak memungkinkannya membunuh sang lawan."

"Jalan pikiranku itu agaknya sama dengan jalan pikiran Hoan Pangcu dan Tian siangkong. Kulihat mereka saling memberi isyarat, kemudian melangkah pergi dengan bersama. Biauw Tayhiap tak mengikuti dua kawannya itu. Sesaat ia memandang putera Ouw It To. Tiba-tiba ia membuka bungkusan kuning yang tak pernah ketinggalan di punggungnya. Sedari saat pertama aku melihat bungkusan itu rasa ingin tahuku sudah timbul, maka aku segera memperhatikannya dengan dua-dua mataku dibuka lebar-lebar. Aku menjadi kecewa, karena isinya ternyata hanya berapa potong baju, baju biasa yang tak ada keistimewaannya."

"Ternyata bukannya isinya yang istimewa, justeru kain pembungkus itu sendiri yang bukannya barang biasa. Di sebelah dalamnya, kain itu bersulamkan delapan huruf gelar Biauw Tayhiap. Dengan suara kecil 'Kim Bian Hud' mengejanya satu demi satu. Kemudian ia mengulurkan sepasang tangannya, untuk menggantikan nyonya Ouw mendukung anak itu. Setelah berada dalam dukungannya, anak itu segera diselimutkannya dengan kain kuning tersebut. Kemudian ia berpaling kepada Ouw It To. 'Ouw heng, jika sampai terjadi sesuatu dengan dirimu, kau boleh berpulang dengan hati tenang karena kujamin, bahwa tak seorang akan berani menghina puteramu,' katanya. Berbalik Ouw It To yang kini menghaturkan terima kasih berulang-ulang sedang 'Kim Bian Hud' sibuk menolak dengan kata-kata merendah."

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang