Jilid 21

558 12 0
                                    

"Sebelum ia selesai, dari jauh terdengarlah derap kaki kuda yang kian mendekat. Sekali ini, Ouw It To bahkan tertawa mendengar kedatangan musuhnya. Ia hanya berpesan, supaya isterinya kelak menyampaikan kepada puteranya, bahwa ia mengharapkan, agar dalam segala tindakannya, putera itu dapat berlaku lebih keras dan bisa pula turun-tangan secara lebih kejam dari ia sendiri."

"Njonya Ouw memberikan janjinya Kemudian ia bersenyum dan berkata, bahwa ia juga sangat berminat melihat macam jago yang tak ada tandingannya itu, Biauw Tayhiap."

"Ia tak usah menunggu terlalu lama, karena sebentar pula Biauw Tayhiap sudah muncul dengan diapit Hoan Pangcu dan Tian siangkong dan diikuti berpuluh penunggang kuda. Tanpa menoleh, Ouw It To menyilakan mereka makan bersama undangannya disambut tanpa ragu-ragu oleh Biauw Tayhiap, yang tanpa sungkan-sungkan lantas duduk berhadapan dengannya dan segera mengangkat semangkuk arak. Agaknya, Tian siangkong terperanjat melihat perbuatan Biauw Tayhiap itu."

"Dengan gugup ia coba mencegah. Dikatakannya, bahwa mereka (Ouw It To suami-isteri) mungkin telah mencampurkan racun ke dalam semua hidangan dan arak itu. Biauw Tayhiap tak menghiraukan nasihatnya, dan berkata bahwa Ouw It To, menurut pendapatnya, tak mungkin berbuat demikian rendah. Segera juga ia sudah makan-minum dengan lahapnya, sebagai juga tuan rumahnya, hanya caranya lebih halus."

"Nyonya Ouw telah memperhatikan Biauw Tayhiap dengan seksama. Tiba-tiba ia berkata, 'toako, memang selain Biauw Tayhiap, tak ada lagi yang bisa menandingi kau, dan begitu pun sebaliknya. Kepercayaan, keteguhan hati dan keberanian yang barusan kalian perlihatkan benar-benar tak dapat ditiru orang lain.' Tertawalah Ouw It To sebagai sambutan atas pujian isterinya, dan ia juga membalasnya dengan pujian, bahwa di antara semua wanita, nyonya Ouw tiada tandingannya."

"Kemudian, nyonya Ouw berpaling kepada Biauw Tayhiap dan mengatakan, bahwa ia akan puas bila suaminya kelak tewas di bawah senjata Biauw Tayhiap. Menurut pendapatnya, mati terbunuh Biauw Tayhiap bukannya kematian yang mengecewakan. Ia juga mengharapkan, agar Biauw Tayhiap juga akan berperasaan demikian. Pada akhirnya kata-katanya, ia mengajak Biauw Tayhiap sama-sama mengeringkan secawan arak."

"Agaknya, Biauw Tayhiap bukannya seorang yang suka membuang banyak kata-kata. Dengan singkat ia menjawab, 'BAIK,' dan segera juga sudah akan mengeringkan arak yang disuguhkan kepadanya oleh nyonya itu. Kali ini Hoan Pangculah yang buru-buru menyelak, mencegahnya meminum arak itu dengan berkata, bahwa ia sebaiknya berhati-hati, karena biasanya, wanitalah yang paling kejam."

"Wajah Biauw Tayhiap agak berubah, jelaslah, bahwa ia kurang senang akan cegahan kawannya. Tanpa mengatakan suatu apa, ia segera menghabiskan arak itu."

"Kemudian nyonya itu berbangkit, dan sambil menimang anaknya ia berkata lagi, 'Biauw Tayhiap adakah urusan yang masih belum terselesaikan olehmu? Bila ada, agaknya, bila kau kelak tewas katakanlah kepadaku, karena di bawah golok suamiku, kawan-kawanmu itu belum tentu mau menguruskannya.' Selama berapa saat, Biauw Tayhiap tampak bimbang, tetapi akhirnya ia bercerita, bahwa empat tahun sebelumnya, untuk mengurus suatu keperluan ia telah pergi ke Leng Lam. Sedang ia tak berada di rumah, datanglah seorang yang mengaku bernama Siang Kiam Beng dari Bu Teng Koan di Shoatang."

"Agaknya si nyonya mengenal orang itu, dan menanyakan, apakah orang itu bukan tokoh utama dari Pat Kwa Bun yang terkenal lihay dengan Pat Kwa To-nya. 'Kim Bian Hud' mengiakan, dan segera melanjutkan ceritanya. Katanya, karena mendengar gelarnya 'Menjelayah Kemana-mana Tidak Ada Tandingannya' orang itu datang untuk coba-coba bertanding dengannya. Agaknya ia tak puas, karena tidak dapat berjumpa dengan Biauw Tayhiap. Orang iiu berlaku kasar dan kemudian bercekcok dengan saudara Biauw Tayhiap. Dalam pertempuran vang kemudian terjadi, orang itu lelah menggunakan suatu tipu, dan berhasil membunuh kedua saudara Biauw Tayhiap. Tak puas dengan itu saja, ia juga membunuh adik perempuan Biauw Tayhiap sekalian."

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang