Jilid 12

704 16 0
                                    

Seluruh muka Hun Ki menjadi merah, sepatah pun ia tak dapat menjawab, tangannya yang tadi sudah diangsurkan untuk menyambut, segera ingin ditariknya kembali, tetapi karena malu, ia membatalkan niatnya dan menurunkannya dengan perlahan-perlahan.

Hun Ki memang tidak tahu apa yang berada di dalam peti itu. Pengetahuannya hanya terbatas pada ujar gurunya yang mengatakan bahwa barang itu adalah milik partainya dan tak boleh diperlihatkan kepada sembarangorang. Selama hidupnya, gurunya selalu menyimpan dan menjaga barang itu dengan teliti. Belum pernah ia melihat kotak itu dibuka dan belum sekali gurunya menceriterakan apa dan dari mana asal-usul kotak itu. Bukan saja Hun Ki, bahkan In Kiat dan Whi Su Tiong yang tergolong tokoh-tokoh tertua dalam lingkungan Thian Liong Bun, hanya dapat saling memandang dengan terlongong-longong.

Sedang mereka membungkam dalam seribu bahasa, mendadak Ciu Hun Jang menyeletuk, "Tentu saja kita mengetahui isinya, yaitu golok mustika!"

Dalam lingkungan Thian Liong Bun kepandaian Ciu Hun Jang hanya termasuk golongan kedua. Gurunya juga tidak terlalu menyayang padanya, sedang otaknya juga tidak seberapa cerdas. Oleh karena itu, tak heran jika Whi Su Tiong dan rekan-rekan separtainya semua terkejut.

"Kau tahu apa? Lebih baik kau diam saja!" bentak mereka di dalam hati.

Sungguh mereka tidak menyangka, bahwa justeru mereka yang keliru. Sesaat kemudian Po Si sudah membenarkan kata-kata Hun Jang.

"Benar, memang isinya bukan lain daripada golok mustika. Tetapi tahukah kau siapa pemiliknya yang sah dan bagaimana barang itu bisa terjatuh ke dalam tangan Thian Liong Bun?"

Keheranan Whi Su Tiong dan rekan-rekannya tak dapat dilukiskan, terkaan Hun Jang yang jitu itu benar-benar di luar dugaan mereka. Maka menghadapi pertanyaan Po Si yang terakhir ini, dengan penuh pengharapan mereka menantikan jawaban Hun Jang. Tetapi sekali ini, Hun Jang sendiri melongo tanpa dapat menjawab sepatah saja.

"Barang itu adalah pusaka Thian Liong Bun, sudah berapa turunan menjadi peraturan partai kami, bahwa siapa yang mendapatkan golok itu akan diangkat menjadi Ciang Bun Jin," akhirnya tercetus juga dari mulutnya secara dipaksakan.

"Salah, salah besar! Memang sudah kuduga, bahwa kau tak akan dapat menerkanya," kata Po Si sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Sebaliknya, kau sendiri tahu apa?" tanya Hun Jang dengan penasaran.

"Lima puluh tahun yang lalu, aku mendengar cerita ini dari chungcu tempat ini. Justeru gara-gara ini, ia harus berselisih dengan Soat San Hui Ho. Jika bukan karena kalian sedikit maupun banyak masih ada sangkut-pautnya dengan soal ini, guna apa loolap mengajak kalian naik kemari," demikian Po Si mulai menerangkan.

Demi mendengar kata-katanya, tanpa kecuali, semua hadirin jadi sangat terkejut. Menurut anggapan mereka, hari itu mereka telah terjebak semua dalam perangkap si hweeshio yang ingin mengangkangi pusaka itu, dan setelah berada di situ, agaknya sukar untuk mereka dapat berlalu dalam keadaan hidup.

Seakan-akan sudah dijanjikan lebih dahulu, dengan serentak mereka menghunus senjata dan bertindak maju, mengurung Po Si di tengah-tengah. Juga mereka, yang sebagai Whi Su Tiong, sudah kehilangan senjata karena dikuningi dua bocah tadi, memungut sisa atau lebih benar reruntuk senjata mereka untuk turut mengepung.

Po Si tak menjadi gentar karenanya. Sambil bersenyum ia berjalan mengelilingi garis kepungan itu, laksana seorang jenderal yang sedang memeriksa barisan.

"Kalian hendak mengeroyok loolap?" tanyanya dengan lantang.

Walaupun mereka semua mendengar pertanyaannya yang diucapkan dengan nyaring, tetapi seorang jua tiada yang berani menjawab atau segera membuka serangan Mereka hanya memandangnya dengan beringas.

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang