Jilid 14

582 12 0
                                    

"Dalam kekalapan mereka, tanpa memperdulikan segala apa, mereka segera menerjang si kakak. Dalam pada itu, para pengawal istana itu sudah datang membanjiri halaman di sekitar ruangan itu. Karena yakin, bahwa mereka tak akan dapat melawan begitu banyak orang, mereka menerjang keluar dengan membuka jalan darah. Tetapi dalam peristiwa itu, yang menyamar sebagai kuli itu telah tertawan. Gouw Sam Kwi memeriksa sendiri perkaranya. Karena ia tidak mau mengaku dan tetap membungkam terhadap segala pertanyaan, maka atas perintah si pengkhianat ia dihajar habis-habisan dan kedua tulang kakinya dipatahkan, kemudian ia dimasukkan ke dalam penjara."

"Mungkin karena menyesal atas perbuatannya sendiri, secara diam-diam kakak angkat mereka itu kemudian menolongnya secara diam-diam. Setibanya kembali di antara saudara-saudaranya, si kuli dan kedua saudara itu saling merangkul dengan mengucurkan entah berapa banyak air-mata. Di samping kegirangan mereka, karena dapat berkumpul lagi, mereka juga merasa sangat sedih, karena ternyata, bahwa kakak angkat yang sangat dipuja itu, telah menakluk kepada musuh dan menggagalkan usaha mereka yang telah disiapkan sekian lama dengan memeras sekian banyak keringat. Mengingat perubahan jiwa si kakak itu — dari seorang pahlawan menjadi seorang budak musuh — hati mereka dirasakan pedih sekali. Sebagai juga semua pengalaman ini belum cukup menyiksa mereka, tak lama kemudian mereka bahkan mendapat tahu terang halnya si kakak angkat bahwa kakak angkat itu telah membinasakan sendiri junjungan mereka, ketika sudah sekian lama, sia-sia menantikan kedatangan mereka kembali dengan bala bantuan. Kemudian ia telah menakluk kepada musuh dan karena dianggap berjasa, ia telah diberi pangkat yang tinggi dan sampai pada hari itu, pangkatnya sudah menanjak menjadi tootok (penguasa perang di suatu daerah tertentu). Kemudian, setelah mendapat kepastian akan kebenaran berita ini, mereka memutuskan untuk pertama-tama membuat perhitungan dengan bekas rekan ini dan baru setelah itu berusaha membunuh si penghianat lagi."

Pada saat itu semua hadirin agak terkejut. Sepanjang pendengaran mereka, memang benar, bahwa Cwan Ong telah tewas karena penghianatan salah seorang sebawahannya, tetapi mereka sama-sekali tidak pernah menyangka, bahwa yang berhianat itu adalah "Hui Thian Ho Li", pengawal Cwan Ong yang sangat dipercaya.

Setelah menghela napas panjang-panjang, Biauw Yok Lan melanjutkan pula kisah itu.

"Karena memang sedari semula mereka sudah bukan tandingan si Rase terbang," tentu saja, setelah salah seorang di antara mereka bercacad, mereka tak dapat melawan bekas rekan itu. Tetapi ketika mereka sedang memikirkan akal untuk melaksanakan maksud mereka, si Rase Terbang telah mengirimkan surat undangan kepada mereka untuk datang di telaga Tinti pada tanggal 15 bulan tiga, untuk bersama-sama meminum arak.

"Mereka beranggapan, bahwa undangan itu hanya tipu muslihat si kakak, tetapi mengingat, bahwa daerah itu berada di bawah kekuasaannya, sehingga tidak mungkin mereka dapat menghindari kejarannya. Maka, apa boleh buat, walaupun harus menghadapi bahaya yang bagaimana besar juga, mereka berangkat menjumpainya. Tetapi, diam-diam mereka membekal senjata. Ternyata si Rase Terbang sudah menantikan mereka. Agaknya ia hanya datang seorang diri tanpa membawa kawan, pakaian yang dikenakannya juga terbuat dari kain kasar, sebagai dahulu, ketika mereka masih bersama-sama menunaikan tugas dalam tentara rakyat. Segera setelah berkumpul, mereka membeli makanan dan minuman untuk bekal bertamasya di telaga di bawah sinar bulan purnama. Dilihat sepintas lalu, mereka sebagai juga sudah berbaik kembali seperti di masa bersama-sama berjuang."

"Sambil menikmati arak dan makanan bekal mereka dan juga menikmati hawa sejuk di bawah sinar bulan purnama, mereka mengobrol, mengenangkan kembali segala sesuatu yang menggembirakan di masa yang lampau. Si kakak angkat sama sekali tidak menyebut-nyebut hal junjungan mereka. Ketiga saudara itu pun tidak berani menanyakan hal itu dan mereka juga hanya membicarakan hal-hal yang menyenangkan saja. Semangkuk demi semangkuk, si Rase terbang minum terus dan setelah lama sekali, setelah sang bulan naik tinggi, ia mendadak mendongak dan berseru, 'Saudara-saudara, sepuluh tahun kita berpisah dan baru sekarang kita dapat berkumpul lagi. Hari ini, aku merasa sangat berbahagia!"

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang