Jilid 31

506 13 0
                                    

Maka itulah, ia kaget tak kepalang ketika dengan mendadak ia merasa sambaran angin di punggungnya. Pada detik bencana, ia masih keburu menggunakan ilmu Tiat Pan Kio dan badannya tiba-tiba rebah ke depan.

Tiat Pan Kio adalah serupa ilmu yang sangat lihay untuk menolong diri dari serangan senjata rahasia. Senjata rahasia biasanya menyambar cepat, sehingga, kadang-kadang orang yang diserang tidak keburu berkelit atau melompat. Dalam keadaan begitu, dengan ilmu Tiat Pan Kio, ia merebahkan badannya, yang dibikin kaku bagaikan mayat, ke belakang dengan kedua kaki tetap menancap di tanah. Dengan demikian, senjata rahasia itu akan lewat di atas tubuhnya Makin tinggi ilmunya seseorang, makin dekat tubuhnya kepada tanah. Ilmu itu dinamakan Tiat Pan Kio sebab kaki bagaikan besi (tiat), badan kaku seperti papan (pan) dan tubuh rebah seakan-akan jembatan (kio). Tapi Tiat Pan Kio yang digunakan Po Si agak berbeda dengan yang biasa. Sebaliknya daripada rebah ke belakang, yaitu rebah celentang, ia rebah ke depan, rebah tengkurup, sehingga sebagian badannya berada di tengah udara, di luar tebing.

Dalam serangan itu, Whi Su Tiong dan Co Hun Ki menggunakan seantero tenaganya Melihat si pendeta tidak bersiap-siaga, mereka kegirangan, tapi hampir pada detik itu juga, hati mereka mencelos sebab mereka sudah memukul angin. Whi Su Tiong yang berkepandaian lebih tinggi dapat menolong diri. Dengan berjumpalitan, ia berhasil melompat ke samping. Tapi Co Hun Ki menyelonong terus dan "bluss!" tubuhnya roboh ke dalam jurang!

Semua orang berteriak. Dengan tangan memegang tasbih, Po Si berkata, "Omitohud! Takdir! ... sudah takdir." Tian Ceng Bun roboh pingsan dan To Cu An buru-buru membangunkannya. Yang lain mengawasi ke bawah, mengawasi tubuh Co Hun Ki yang tinggi-besar melayang ke kuburannya!

Mendadak, mendadak saja, si baju putih menggaetkan kedua kakinya kepada tambang, tangan kirinya menolak tembok puncak dan bagaikan orang main ayunan, tubuhnya terbang ke arah Co Hun Ki. Waktu dan tenaga yang digunakan semua tepat. Dengan sekali menjambret, ia sudah menyengkeram punggung Co Hun Ki.

Di luar dugaan, dengan suara "bret!" baju Co Hun Ki lobek, badannya terlepas dari cengkeraman si baju putih dan terus melayang ke bawah. Hal ini sudah terjadi sebab tubuh Co Hun Ki sangat berat, ditambah lagi dengan tenaga jatuhnya yang sangat hebat. Hampir berbareng, kedua kaki si baju putih juga terlepas dari tambang dan badannya sendiri jatuh ke bawah. Pada detik yang sangat, sangat berbahaya, tangan si baju putih kembali menjambret dan ia berhasil menangkap kaki kanan Co Hun Ki. Dengan mata membelalak, semua orang mengawasi kedua orang itu yang terus melayang ke bawah. Dengan tambang berada dalam jarak kira-kira setombak, biarpun si baju putih berkepandaian lebih tinggi lagi, ia pasti tak akan bisa menolong jiwanya. Untuk menolong sesama manusia, ia mesti korbankan jiwa sendiri!

Di luar dugaan, tangan kanannya mendadak terangkat dan seperti orang menyabetkan senjata, ia menyabet tambang itu dengan tubuh Co Hun Ki.

Ketika itu Co Hun Ki sudah berada dalam keadaan lupa-ingat. Begitu menyentuh tambang, kedua tangannya segera menyengkeram tambang itu. Bagaikan seorang yang kelelep tiba-tiba bertemu dengan sebatang rumput, ia mencekel tambang mati-matian. Dalam waktu biasa, tenaga Co Hun Ki tak cukup besar untuk menahan tenaga jatuhnya dua orang dari tempat yang begitu tinggi. Tapi dalam menghadapi kebinasaan, entah dari mana, tenaganya bertambah berlipat ganda Di lain saat, tambang itu terayun ke kiri dengan dua tubuh manusia yang menggelantung.

Dengan meminjam tenaga tambang, si baju putih mengerahkan lweekang pada pinggangnya. Tubuhnya lantas saja terangkat naik dan tangan kirinya segera mencekel tambang itu. Sambil menepuk pundak Co Hun Ki, ia berbisik, "Naiklah ke atas."

Mendengar bisikan itu, Co Hun Ki tersadar. Cepat-cepat ia menarik tambang dengan kedua tangannya dan memanjatnya dengan menggunakan Seantero tenaga.

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang