Jilid 42

403 12 0
                                    

Bukan main hebatnya si Rase Terbang! Sebelum kedua kakinya hinggap di lantai, kedua tangannya sambar dua si wi dan benturkan kepala yang satu dengan kepala yang lain. Seketika itu juga, dua batok kepala remuk dan roh mereka bersama-sama pergi menemui Giamkun!

Semua orang kaget bagaikan disambar geledek. Dalam kagetnya, Say Congkoan memutar badan, goloknya yang mau digunakan membacok Biauw Jin Hong, urung turun. Di lain saat, Ouw Hui sudah merubuhkan dua orang lain.

Kamar itu adalah kamar yang tidak seberapa besar. Di pihaknya Say Congkoan ada delapan belas orang, dua antaranya sudah binasa. Ditambah dengan Ouw Hui dan Biauw Jin Hong, jumlah manusia dalam kamar itu tetap delapan belas dan dapatlah dimengerti, bahwa di tempat yang begitu sempit, dengan jumlah manusia yang begitu banyak, tak ada satu pun yang dapat mengeluarkan kepandaiannya.

Ouw Hui terus kasi kerja kedua tangannya dengan cepat sekali. Dengan tangan kanan, ia hantam satu si wi yang lantas saja terpelanting, sedang tangan kirinya menyodok seorang musuh lain. Ouw Hui agak terkejut, sebab tangan kirinya "terpleset," seperti juga menghantam benda yang licin. Ia mengawasi musuh itu yang ternyata adalah seorang tua yang jenggotnya panjang dan mukanya bersinar merah. Dengan segera ia mengetahui, bahwa orang itu adalah satu ahli lweekee (ilmu dalam) yang tak boleh dibuat gegabah, dan memang juga benar begitu, oleh karena orang tua tersebut bukan lain daripada Chio lookunsu.

Ouw Hui sudah mendapatkan gelaran "Soat San Hui Ho" oleh karena bukan saja ilmu silatnya sangat tinggi, tapi juga sangat berakal-budi. Di antara belasan musuh itu, jika satu melawan satu, semuanya bukan tandingannya. Akan tetapi, jika mereka mengerubuti, ia bakal jadi berabe sekali.

Memikir begitu, lantas saja ia mendapat suatu daya. Bagaikan kilat, ia menendang dadanya Leng Ceng Ki Su.

Leng Ceng Ki Su adalah ahli gwakee (ilmu luar). Melihat sambaran kaki, ia segera membabat dengan tangannya. Ouw Hui yang memang hanya menggertak, segera menarik pulang kakinya, dan pada saat itu, di luar dugaan orang, satu tangannya menyambar dadanya Touw Sat Kauw, sedang lain tangannya menyengkeram kempungannya Hian Beng Cu. Ia angkat badannya dua musuh itu, yang segera digunakan sebagai senjata, untuk menghantam rombongan musuh yang berkumpul. Oleh karena kuatir mencelakakan kedua kawannya, mereka tidak berani turun tangan ramai-ramai, lalu mundur ke pojok kamar.

Melihat keadaan yang jelek bagi pihaknya, Say Congkoan menjejek kedua kakinya dan badannya lantas melesat keluar dari antara kawan-kawannya. Ia pentang sepuluh jerijinya untuk menyengkeram kepalanya Ouw Hui.

"Soat San Hui Ho" yang justru ingin Say Congkoan berbuat begitu, lantas saja loncat mundur beberapa tindak dan tertawa terbahak-bahak" Ah, loo Say,' ia berkata dengan suara menjengek. "Sungguh aku tak nyana, mukamu begitu punya tebal!"

Say Congkoan gusar tercampur kaget. "Kenapa?" ia menanya tanpa merasa.

Dengan kedua tangan tetap menyengkeram jalanan darahnya Touw Sat Kauw dan Hian Beng Cu, Ouw Hui berkata dengan suara nyaring, "Dengan belasan orang dan dengan menggunakan akal busuk yang sangat rendah, barulah kau berhasil membekuk 'Kim Bian Hud'. Tapi apa kau tak malu? Kau, seorang yang katanya jagoan nomor satu di istana Kaisar!"

Mendengar cacian itu, yang sangat tajam, paras mukanya Say Congkoan jadi merah-padam. Ia mengebas tangannya dan kawannya lantas saja berpencar ke empat penjuru untuk mengurung Ouw Hui.

"Apa kau 'Soat San Hui Ho'?" ia membentak.

"Yah, itulah aku!" jawab Ouw Hui. "Sudah lama aku dengar, bahwa di Pakkhia terdapat satu orang yang dipanggil Say Congkoan. Ketika itu, aku menduga, bahwa dia sedikitnya adalah satu manusia. Tapi tak dinyana, dia hanyalah satu siauwjin (manusia rendah) yang tak mengenal malu. Di sebelahnya bermuka tebal, dia ternyata tak lebih dari segentong nasi dan telur busuk! Ah, loo Say! Loo Say! Lebih baik kau pulang saja dan empo-empo orok."

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang