Jilid 43

380 11 0
                                    

Serangan itu, yang dikirim dengan kegusaran hebat, bukan main dahsyatnya. Ouw Hui terkesiap dan segera loncat untuk menyingkirkan diri. Dengan suara "buk", tinjunya Biauw Jin Hong menghantam punggungnya satu kiamkek (ahli pedang) undangannya Touw Sat Kauw. Dalam Rimba Persilatan, kiamkek tersebut kesohor kuat kakinya, kuda-kudanya tak terkisar, walaupun ditarik belasan orang. Jotosan Biauw Jin Hong, yang dikirim dengan tenaga dalam yang sepenuhnya, sebenarnya ditujukan untuk Ouw Hui. Akan tetapi, si Rase Terbang yang gerakannya cepat luar biasa, sudah dapat kelit pukulan itu, yang secara tepat menyasar ke punggungnya kiamkek tersebut. Begitu kepukul, kedua kakinya cukup teguh, adalah punggungnya tidak sekuat kaki. Dengan suara "krek", punggungnya patah dua, badannya segera doyong bagaikan pohon rubuh, tapi kedua kakinya masih tetap berdiri tegak!

Melihat dahsyatnya Bi.iuw Jin Hong, semua orang lalu berpencaran untuk menyingkirkan diri.

Sesaat itu, "Kim Bian Hud" sudah mengirim pula satu tendangan hebat ke arah Ouw Hui.

Melihat Biauw Yok Lan yang rebah di atas ranjang tanpa berdaya, si Rase Terbang lantas saja mengambil satu putusan untuk menyelamatkan dirinya nona Biauw yang suci-bersih. Begitu kakinya Biauw Jin Hong bergerak, ia sambar badannya satu si wi yang digunakan sebagai tameng, sedang ia sendiri loncat ke depan pembaringan. Cepat bagaikan kilat, ia menggulung tubuhnya nona Biauw dengan selimut, dan sebelum orang dapat melihat tegas gerakannya, badannya sudah melesat keluar dari lubang dinding.

"Binatang! Lepaskan anakku!" berteriak Biauw Jin Hong sekeras suara. Ia segera mengenjot badan untuk mengubar, akan tetapi, oleh karena sempitnya kamar dan serangannya beberapa jagoan, untuk sementara "Kim Bian Hud" tak dapat menoblos keluar.

Melihat kegusaran dan keangkeran Biauw jin Hong, Ouw Hui merasa agak gentar. Sambil mendukung Yok Lan ia tak berani hentikan tindakannya. Begitu tiba di tebing, dengan satu tangan mencekal tambang is segera merosot turun dari puncak.

Ia mengetahui, di dekat situ terdapat satu guha yang jarang didatangi manusia. Lantas saja ia mengerahkan tenaga dalamnya dan berlari-lari ke guha itu dengan menggunakan ilmu entengkan badan.

Kira-kira seminum teh, tibalah mereka di guha itu. Hati-hati Ouw Hui senderkan badannya Yok Lan di dinding guha.

Dalam pada itu, Ouw Hui berada dalam keadaan serba salah. Untuk membuka jalanan darahnya Yok Lan, tak dapat tidak ia harus menyentuh badannya si nona. Jika tidak segera ditolong, nona Biauw bisa mendapat luka di dalam oleh karena ia sama sekali tidak mengerti ilmu silat. Dalam sangsinya, ia segera mengeluarkan bahan api dan menyulut sebatang cabang kering.

Di bawah sinarnya api yang remeng-remeng, ia merasa parasnya si nona jadi terlebih cantik lagi. "Biauw Kouwnio," kalanya "Aku sesungguhnya tidak berani berlaku kurang ajar terhadapmu. Akan tetapi, untuk membuka jalanan darahmu, aku harus menyentuh sebagian badanmu. Bilanglah, cara bagaimana aku harus berbuat?"

Biauw Yok Lan tak dapat menggerakkan anggauta badannya, tapi dari sorot matanya dapatlah diketahui, bahwa si nona sedang kemalu-maluan, tercampur dengan rasa berterima kasih. Ouw Hui jadi merasa sangat girang dan lalu membuka jalanan darah nona Biauw dengan jerijinya.

Perlahan-lahan, kaki-tangannya dapat bergerak pula. "Terima kasih," katanya dengan suara tertahan.

Sesaat itu, "Soat San Hui Ho" yang tidak gentar menghadapi musuh yang bagaimana tangguh, jadi tergugu di hadapannya si gadis yang lemah lembut.

Lama, lama sekali ia berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata. Akhirnya, sesudah berhasil memulihkan ketenangannya, barulah ia berkata dengan suara perlahan, 'Aku adalah seorang kasar. Barusan, dengan tidak disengaja, aku terpaksa melanggar adat sopan-santun. Kebersihan hatiku, Langit dan Matahari menjadi saksinya. Mohon nona sudi memaafkannya."

"Aku mengerti," jawab si nona sembari menundukkan kepala.

Banyak sekali perkataan ingin diucapkan oleh kedua orang muda itu, akan tetapi semua perkataan tak dapat keluar dari tenggorokan. Lama sekali, bagaikan sepasang manusia gagu, mereka duduk berhadapan di tempat gelap itu. Di luar guha luar biasa dingin dengan es dan saljunya, akan tetapi di dalam guha dirasakan hangat oleh karena hati mereka adalah hangat.

Akhirnya, kesunyian dipecahkan oleh Biauw Yok Lan. "Tak tahu bagaimana nasibnya ayah," kata ia.

"Ayahmu adalah seorang gagah yang tiada tandingan dan kawanan manusia itu sama sekali bukan tandingannya," jawab Ouw Hui dengan suara menghibur. "Legakanlah hatimu."

Nona Biauw menghela napas panjang. "Kasihan ayah," katanya. "Ia anggap kau ... kau berlaku tak baik terhadapku."

"Kita tak dapat menyalahkan ia," kata Ouw Hui. "Kita tak dapat merobah keadaan itu."

Tiba-tiba paras mukanya Yok Lan berobah merah dan berkata dengan suara jengah, "Oleh karena hati ayah pernah terluka hebat, maka ia gampang sekali tersinggung. Mohon Ouw ya tidak menjadi gusar."

'Ada urusan apa yang membikin luka hatinya?" menanya Ouw Hui. Sesudah mengeluarkan perkataan itu, barulah ia merasa sudah keterlepasan bicara. Ia ingin sekali menyimpangkan pembicaraan, tapi tak tahu harus berkata apa. Demikianlah, "Soat San Hui Ho" yang terkenal cerdas, jadi seperti manusia tolol di hadapannya Biauw Yok Lan.

"Walaupun soal ini adalah soal yang sangat memalukan, akan tetapi aku boleh tak usah menutupi terhadapmu," kata Yok Lan. "Soalnya adalah soal ibuku."

"Ah!" Ouw Hui keluarkan seruan tertahan.

"Ibuku telah membuat satu kesalahan besar,'' kata si nona.

"Mana ada manusia yang tidak pernah salah?" kata Ouw Hui. "Soal kesalahan janganlah terlalu dibuat pikiran."

Biauw Yok Lan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kesalahannya terlalu besar," katanya sambil menghela napas. "Seorang wanita tak dapat membuat kesalahan begitu. Lantaran kesalahannya, ia harus mengorbankan jiwa, dan malahan ayahku, hampir-hampir ia turut membuang jiwa,"

Ouw Hui berdiam tapi hatinya sudah menduga duduknya persoalan.

"Ayahku adalah seorang gagah dari kalangan Kang Ouw, sedang ibuku adalah satu ciankim siocia, puterinya satu pembesar negeri," menerangkan Yok Lan. "Satu waktu, secara kebetulan ayah menolong keluarga ibu dan oleh karena adanya budi itu, mereka lalu menikah. Mereka sungguh tidak sembabat. Tapi itu masih tidak mengapa. Yang lebih hebat, ayah telah berbuat satu kesalahan besar. Di hadapan ibu, sering-sering ia memuji ibumu!"

"Ibuku?" Ouw Hui menegasi dengan suara heran.

"Benar," jawabnya. "Pada waktu ayah pibu (bertanding) dengan ayahmu, ibumu telah mengasi lihat suatu sifat yang melebihi laki-laki jantan. Kalau sedang omong-omong, sering sekali ayah sebut-sebut untung ayahmu yang dikatakan baik sekali. 'Ouw It To hidup sehari dengan didampingi isterinya, lebih beruntung dari lain orang yang hidup seratus tahun,' demikian sering-sering ayah berkata. Ibuku tidak kata apa-apa, tapi hatinya semakin lama jadi semakin mendongkol. Belakangan Tian Kui Long, dari Thian Liong Bun, mengunjungi kami sebagai tetamu. Ia adalah seorang lelaki yang berparas cakap sekali dan di sebelahnya itu, pandai benar ia mengambil-ambil hati wanita. Dalam kekhilafannya, ibuku mengikut dia lari."

"Ada kejadian begitu?" kata Ouw Hui dengan kaget sekali.

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang