Jilid 25

526 11 0
                                    

"Kata Ouw pehpeh, Aku sudah melayani kiam hoatmu dalam ribuan jurus dan sedikit pun aku tidak menemui bagian yang lemah. Tapi mengapa sebelum kau menjalankan jurus 'Te Liauw Kiam Pek Ho Su Sit', punggungmu bergerak dan agak menaik, sehingga isteriku dapat melihat kelemahanmu?' Ayah menghela napas dan menjawab, 'Waktu mengajar ilmu silat pedang kepadaku, sianhu (mendiang ayahku) berlaku sangat keras terhadapku. Waktu aku berusia sebelas tahun, selagi ayah mengajar jurus itu, tiba-tiba punggungku digigit kutu busuk. Punggungku gatal, tapi aku tidak berani menggaruknya. Jalan satu-satunya ialah menggerak-gerakkan otot-otot di punggungku untuk coba mengusir kutu itu. Tapi makin lama rasa gatal jadi makin hebat. Beberapa saat kemudian, sianhu telah melihat gerakan-gerakanku yang aneh dan ia menganggap, bahwa aku tidak bersungguh hati. Dengan bengis, ia memukul aku. Mulai waktu itu, setiap kali mau menggunakan jurus 'Te Liauw Kiam Pek Ho Su Sit', aku merasa punggungku gatal dan menggerak-gerakkannya. Mata hujin sungguh awas."'

"Ouw pehpeh tertawa. 'Dengan mendapat bantuan isteriku, tidak boleh dianggap aku memperoleh kemenangan,' katanya. 'Sambutlah!' Seraya berkata begitu, ia melontarkan goloknya kepada ayah.

'Ayah menyambuti golok itu dengan perasaan heran, karena ia tak tahu apa maksudnya Ouw pehpeh. Seraya mengambil pedang ayah, Ouw pehpeh berkata, 'Biauw heng, setelah bertempur empat hari, kau dan aku sudah saling mengenal ilmu silat masing-masing. Begini saja, kita bertanding lagi dengan aku menggunakan Biauw Kee Kiam Hoat (ilmu pedang keluarga Biauw dan kau menggunakan Ouw Kee To Hoat (ilmu golok keluarga Ouw). Dengan demikian, tak perduli siapa yang menang, siapa kalah, nama tidak mendapat kerugian.'

"Ayah lantas saja mengerti maksudnya. Sedari seratus tahun lebih yang lalu, semenjak beberapa turunan, keluarga Biauw dan keluarga Ouw telah bermusuhan. Sebelum bertempur, ayah dan Ouw pehpeh belum pernah mengenal satu sama lain. Antara mereka pribadi sebenarnya tidak ada permusuhan apa pun jua. Kakekku telah meninggal dunia di lain tempat dan ayah Tian Kui Long sioksiok meninggal dunia dengan mendadak. Menurut desas-desus dalam kalangan Kang Ouw, mereka berdua telah dibinasakan oleh Ouw It To. Tapi ayah masih tetap tidak percaya. Kali ini, atas ajakan keluarga Hoan dan Tian, ayah pergi ke Congciu untuk mencegat dan menantang Ouw It To. Tujuan pencegatan itu adalah untuk membalas sakit hati orang tua. Tapi di samping tujuan itu, ayah juga telah mengambil keputusan untuk menanyakan benar-tidaknya desas-desus kepada Ouw pehpeh sendiri.

"Belakangan, ternyata memang benar, bahwa kakekku dan Tian kongkong telah dibinasakan oleh Ouw pehpeh. Meskipun ayah menyayang Ouw pehpeh sebagai seorang gagah yang lurus-bersih, sakit hati orang tua tentu saja tidak bisa tidak dibalas. Tapi ayah pun tidak ingin permusuhan antara keempat keluarga berlarut -larut dan terus menyeret -nyeret anak-cucu. Maka itu, jika mungkin, ia ingin sekali membereskan permusuhan yang sudah berjalan lebih seabad itu. Maka itulah, usul Ouw pehpeh untuk saling menukar senjata disambut dengan girang oleh ayah, karena usul itu cocok dengan keinginan hatinya. Dengan penukaran senjata itu, andaikata ayah yang menang, maka ia mengalahkan Biauw Kee Kiam Hoat dengan Ouw Kee To Hoat. Kalau Ouw pehpeh yang menang, ia mengalahkan Ouw Kee To Hoat dengan Biauw Kee Kiam Hoat. Dengan demikian, menang-kalah hanya mengenai pribadi dan tidak bersangkut dengan ilmu silat kedua keluarga.

"Sesudah saling menukar senjata, mereka lantas saja bertempur lagi. Pertandingan hari itu berbeda dengan empat hari yang lalu, sebab biarpun kedua-duanya ahli silat kelas utama, senjata mereka bukan yang biasa digunakan dan mereka pun belum dapat menyelami jurus-jurus yang harus digunakan. Sungguh tak mudah untuk mereka berkelahi dengan menggunakan ilmu silat pihak lawan yang baru didapat selama berlangsungnya pertandingan dalam empat hari. Menurut katanya ayah, pertempuran itu adalah yang terhebat dalam pengalamannya. Ouw pehpeh kelihatannya seperti seorang kasar, tapi sebenarnya ia seorang yang cerdas luar biasa. Ia bersilat dengan Biauw Kee Kiam Hoat secara lincah sekali, seolah-olah ia sudah mempelajarinya selama beberapa tahun. Otak ayah tidak secerdas Ouw pehpeh. Untung juga, ia sudah mahir dalam menggunakan delapan belas rupa senjata dan di waktu kecil, ia pernah belajar ilmu silat golok. Maka itu, meskipun baru berkenalan dengan Ouw Kee To Hoat, ia masih dapat melayani Ouw pehpeh secara berimbang."

Si Rase Terbang dari Pegunungan Salju - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang