Ezi yang duduk dibangkunya tidak menyadari keberadaan Putri di sampingnya dari tadi.
Hingga bel pulang sekolah, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Putri. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya tetapi dia tidak tahu apa itu. Apakah ini cinta? Itu yang dipikirkan Putri saat hampir tiba di Kos.
David, Huda, dan Dika juga tidak seperti biasanya. Mereka tidak mengucapkan satu kata pun di perjalanan pulang. Dika yang biasanya selalu cerewet dan suka bercanda juga memilih untuk diam. Mereka bertiga tahu apa yang sedang Ezi pikirkan dan rasakan.
Saat sampai dirumah, Ezi langsung masuk ke kamarnya. Tidak seperti Ezi, ketiga saudaranya itu berkumpul di satu kamar, Di kamar David.
"Apa kita ngasih tau Opah aja tentang hal ini?" Tanya Dika yang saat ini sedang melepas seragamnya itu.
Tak disangka, tiba-tiba pintu kamar David terbuka. Dan Opahlah yang membuka pintu itu.
"Hayoo.. Ngerumpiin apa? Pasti masalah cewek ini.." Goda Opah sambil menghampiri cucunya itu.
"Loh? Opah nggak ke kantor? Kok Opah di rumah sih?" Tanya David pada Opah.
"Pak Jun yang gantiin opah di kantor. Opah hari ini tahu apa yang ada di pikiran kalian. Ini tentang Ezi kan?" Kata Opah sambil menunjuk Dika yang saat ini hampir telanjang.
"Kamu tuh kebiasaan. Kalo ganti baju itu di kamar mandi. Jangan di kamar kayak gini. Untung kamu masih jomblo. Apa kata cewek mu nanti. Dika.. Dika.." kata opah sambil geleng-geleng.
"Terus kita sekarang harus gimana opah? Ezi mungkin nggak akan keluar dari kamarnya sampai besok, lusa, mungkin juga seminggu." Kata David dengan ekspresi takut.
"Apa kalian kenal seseorang yang mungkin pernah ngomong sama Ezi? Seseorang yang pertama kali diajak bicara Ezi setelah dari Singapura. Selain kalian, setelah kematian Nana, Ezi nggak pernah bicara dengan orang lain kan? Coba kalian ingat-ingat. Orang asing yang pernah diajak ngomong sama Ezi." Kata Opah sambil menunjuk Dika yang belum pakai baju.
"Ada!" Kata Dika yang membuat semua orang di kamar itu terkejut.
"Itu. Si anak kodok. Cewek yang di panggil Ezi Kecebong. Dan dia manggil Ezi Grandong.." Kata Dika antusias.
"Iya, bener opah. Dia bahkan sengaja nabrak Ezi pakek sepeda karena Ezi ngelempar botol bekas minuman ke dia di jalan." Sahut David yang juga antusias.
"Kecebong? Grandong? Nama apa itu? Tapi gapapa. Mungkin dia bisa buat Ezi nggak terpuruk masa lalunya lagi. Kalian tahu dimana dia tinggal?" tanya opah.
"Di kosan depan rumah kita, opah. Dia juga murid beasiswa di Shinwa. Dia juga duduk sebangku dengan Ezi." Kata Huda sambil melihat HPnya.
"Kok kamu tahu?" tanya Opah pada Huda.
Belum sempat Huda menjawab pertanyaan opah, kedua saudaranya sudah menjawab.
"Nih gue browsing .." jawab Dika dan David serentak.
"Eh, itu kan ciri kas gue. Napa lo ambil sih.." Gerutu Huda kesal.
Seisi ruangan pun tertawa melihat Huda yang sedang kesal.
Sementara itu, Ezi yang ada di kamar sendirian sedang terpaku dengan Foto cewek yang ada di HPnya. Dia memandangi foto cewek itu dengan tatapan bersalah.
"Maafin gue. Gue nggak tahu hal itu bakal terjadi sama lo. Maafin gue.." kata Ezi yang matanya di penuhi air mata lagi.
Putri yang saat itu baru tiba di rumah langsung ganti baju, mandi dan langsung pergi ke Toko Pak Amir. Kali ini dia berpencar dengan Megha karena barang yang mereka harus kirim ada banyak.
Pikiran Putri yang saat ini masih tertuju ke Ezi membuat Putri hampir menangis di perjalanan. Dia bingung kenapa dia merasakan sakit yang dialami Ezi. Dia bahkan tidak tahu Ezi menangis karena apa. Tetapi air mata yang turun dari mata Ezi itu membuat Putri sedih.
"Lo beneran nggk suka gue?" gerutu Putri sambil mengayuh sepeda.
"Gue pengen deket sama lo. Gue mungkin udah jatuh cinta sama lo. Dan jatuh cinta ini nggk beralasan. Karena cinta yang tak beralasan itu lah yang justru akan bertahan lama." pikir putri dalam hati.
"A'elah.. Napa gue jadi melow gini sih.. Puitis banget deh gue.." Lanjut Putri.
~~~
"Zi? Lo di dalem? Makan malem udah siap nih.. Lo nggak makan? Ditunggu opah di bawah.." panggil David dari depan kamar Ezi.
David terus memanggil nama Ezi tapi tidak ada jawaban dari Ezi. Karena khawatir Ezi mungkin pingsan atau apa, David langsung mencoba membuka kamar Ezi. "Nggak dikunci?" itu pikirnya. Setelah membuka kamar Ezi, David terkejut karena Ezi tidak ada di dalam kamar, bahkan di kamar mandi Ezi tidak ada.
David yang menyadari Ezi tidak ada di kamar langsung turun ke bawah dan memberitahu Opah serta Huda dan Dika.
"Apa?!" teriak Opah.
"Kok bisa dia nggak ada di kamar."
"Coba kalian telefon!"David, Huda, dan Dika lalu mencoba menelfon Ezi. Tapi HP Ezi tidak aktif.
"Lo dimana sih?!" Kata David cemas.
"Hpnya nggak aktif opah." kata Huda menimpali.
Karena HP Ezi yang tidak aktif, opah menyuruh cucu-cucunya itu pergi keluar mencari Ezi.
Tapi tak disangka, saat mereka mau keluar tiba-tiba hujan turun. Hujan pertama di bulan ini. Padahal langit malam hari itu cerah walau tanpa bintang.
"Yaahh.. Kok hujan sih.. Gimana dong? Kita lanjut?" tanya Dika.
"Hujan pertama di bulan ini sob. Berkah ini mah. Jadi harus di syukuri bukan di ratapi.." jawab Huda.
"Lo pada ada jas hujan kan. Pakek itu aja. Lo pada nggak inget? Nana kecelakaan waktu hujan kayak gini. Gue takutnya Ezi kenapa-napa di jalan. Kita harus buru-buru nemuin Ezi!" Kata David dengan nada cemas.
Sementara itu, Putri yang sudah hampir selesai mengantar barang tiba-tiba berhenti karena hujan turun. Dia juga terkejut kenapa hujan turun cepat di bulan ini. Dia kebetulan sedang ada di daerah swalayan 24 jam dimana dia pernah berantem sama preman. Dia segera mengayuh kan sepedanya ke arah swalayan itu untuk berteduh.
"Hujan? Tumben cepet turun. Ini kan masih bulan Juli. Cuaca bener-bener kacau tahun ini.." Gerutu Putri yang bajunya hampir basah.
Saat sedang menunggu di depan Swalayan, pandangannya tiba-tiba terfokus oleh sosok cowok yang sedang berjalan di dalam hujan. Suara klakson kendaraan tidak menghiraukan cowok itu. Cowok itu berjalan dengan linglung dan pandangan kosong. Putri melihat ke arah cowok itu. Dipandangi cowok itu dengan fokus. Dan betapa terkejutnya Putri saat tahu cowok yang berjalan di dalam hujan itu. Dia mengenal dan tahu persis siapa cowok itu. Cowok dengan hoodie dan headphone di kepala.
"Ezi?"
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Met You
Teen FictionEmpat orang cewek desa yang pindah kota karena mendapat beasiswa. Yang kesehariannya mereka harus belajar dan malamnya kerja paruh waktu. Pekerja keras, polos, jago berantem dan hati yang tulus.. Apakah ini takdir? Pertemuan mereka dengan empat cowo...