Setelah dari Warung Bu Epon, Putri kembali dengan perasaan sedikit tenang. Dia berusaha menyembunyikan matanya yang sedikit basah karena air mata. Dia tidak ingin teman-temannya tahu jika dia mengangis karena cowok. Beda dengan Megha, hatinya sedang dalam keadaan bahagia karena David.
Ezi juga sudah kembali dari Perpus. Telinganya juga terasa panas akibat ceritanya Bu Lina. Bagi Ezi, hukuman itu lebih parah dari pada disodok cabe rawit. Lalu, diliriknya cewek yang sudah duduk disampingnya sedari tadi. Cewek itu diam, tidak ceria seperti biasanya. Putri selalu yang memulai dan membuka pembicaraan terlebih dahulu. Tapi kali ini dia hanya diam membisu.
"Argghh.. Lo jangan diem aja dong. Ngajak ngomong gue apa gitu." Teriaknya dalam hati. Putri jelas tidak mendengar hal itu karena dia tidak punya kemampuan telepati kayak di filem-filem.
"Aishh.. Dia nggak mau minta maaf ke gue apa. Gue tadi kan cuma mancing dia biar dia ngejar gue. Sia-sia banget air mata gue keluar kalo dia diem aja kayak gini. Duh.. Ndong.. Bilang apa kek gitu ke gue.." Gerutu Putri dalam hati.
Keduanya saat ini sedang berpikir keras. Tidak ada yang mau mengalah. Entah siapa yang akan takluk terlebih dahulu. "Gue sumpahin lo jatuh cinta setengah mati sama gue" Kata Putri lirih yang ditujukan ke Ezi.
Lalu, di kala mereka sedang sibuk dengan kata hati, ada suara yang mengejutkan mereka. Dika tiba-tiba muncul dan berkata, "Udah, ngomong dalam hatinya?" Sindir Dika.
Sontak, Ezi dan Putri terperanjak dari kursinya. Dari mana Dika tahu? Itu yang ada di pikiran keduanya.
"Hidup kok kayak di sinetron aja" Tambah Dika sambil tersenyum angkuh.
"Tau darimana lo kalo gue lagi ngomong dalam hati" Kata Ezi dan Putri serentak dan senada.
Megha, David, Nela, bahkan Miski dan Huda yang sibuk main COC, langsung menoleh ke arah Putri dan Ezi. Dika juga terkejut mendengarnya. Sejak kapan mereka kompak. Itu yang mereka semua herankan.
"Ciee.. Udah main kompak-kompakan nih yee.. Piuwitt.. Wahaha.." Goda Dika.
"Bakalan jodoh nih" Sahut David.
"Udah.. Sikat aja bro." tambah Dika.
Pikiran Putri mungkin sudah benar-benar tidak waras. Dia seharusnya sedang marah dengan Ezi. Tapi sekarang, dia malah tersipu malu. "Gue nggak boleh gini. Gue kan harus konsisten. Gue nggak boleh kalah di pertarungan cinta ini. Hehe" Pikir Putri dalam hati.
Setelah jam pelajaran selesai. Mereka berdua tetap tidak bicara satu sama lain. Hingga jam pulang sekolah, mereka tetap diam membisu.
Ezi merasa ada sesuatu di dalam dirinya yang memberontak. "Ingin ku berkata kotor. Gue nyerah." Batinnya. Lalu dia mempercepat langkahnya dan hampir menyalip Putri.
"Lo pulang sama gue." Kata Ezi sambil berjalan di depan Putri.Putri hanya diam tapi tetap menurut. Mereka akhirnya pulang bersama. Tetapi, sepanjang perjalanan tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut masing-masing. Saat sampai pun mereka tidak mengucapkan salam perpisahan. Biasanya Putri selalu melambaikan tangannya ke arah Ezi dengan senyum manisnya Ezi membalas lambaian itu. Tapi sekarang tidak. Mereka langsung masuk ke dalam rumah masing-masing.
Megha yang sudah berada dalam rumah, melihat ada aura-aura horor yang terpancar dari mata Putri.
"Oii Put. Kenapa lo? Tatapan lo horor banget." Tanya Megha.
Putri lalu menceritakan kejadian itu. Bukannya sedih, mereka berdua malah tertawa.
"Jadi itu rencana lo. Super deh sepupu gue. Biar tau rasa si Ezi. Biar dia ngerasain rasanya di cuekin sama orang yang sayang dia." Kata Megha sambil terkekeh pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Met You
Ficção AdolescenteEmpat orang cewek desa yang pindah kota karena mendapat beasiswa. Yang kesehariannya mereka harus belajar dan malamnya kerja paruh waktu. Pekerja keras, polos, jago berantem dan hati yang tulus.. Apakah ini takdir? Pertemuan mereka dengan empat cowo...