"Lo nggak percaya sama gue?" Tanya Putri.
Ezi yang mendengar jelas pertanyaan itu hanya diam. Dia hanya terus mempercepat langkahnya tanpa menoleh atau pun melihat ekspresi dari Putri.
"Mau lo apa sih?" Kata Putri kesal. Dan mereka saat ini sedang berada tepat di depan pintu perpustakaan.
"Lo beneran nggak percaya sama gue? Apa lo sekarang berpikir kalo gue beneran ngambil tuh Hp?" Tanya Putri kesal. Entah kenapa dia merasakan bahwa Ezi sedang tidak percaya padanya.
"Kalo gue bilang nggak percaya sama lo gimana? Lo mau protes apa ke gue?" Balas Ezi dengan nada datar.
Putri merasakan ada yang meledak di hatinya. Perkataan itu benar-benar membuat hatinya sakit. Putri menghela nafas panjang lalu dengan berat, bibirnya mulai bergerak untuk mengatakan sesuatu.
"Ahh.. Jadi dugaan gue bener. Lo nggak percaya sama gue. Waahh.. Kenapa hati gue rasanya jadi sakit sih. Aneh kan?" Kata Putri. Dia bukan dirinya yang dulu. Dia selalu bisa menahan air mata yang akan keluar dari matanya itu. Tapi sekarang, seolah-olah air mata itu tidak bisa dibendung lagi. Air mata itu ingin keluar. Air mata itu terus berusaha mengalir hingga akhirnya mulai menetes.
"Njiir... Kenapa gue jadi nangis dan lemah gini." Katanya lirih lalu mulai mengusap air matanya. Ezi yang melihat Putri meneteskan air mata itu hanya bisa diam. Dia tidak tahu harus apa. Dia ingin segera memeluk cewek itu, tetapi langkah kakinya susah untuk diajak kompromi. Ezi hanya diam. Diam memandangi Putri yang mulai terisak.
"Wah.. Haha.. Lo pasti kaget ngelihat gue kayak gini. Jujur sih, gue nggak pernah nangis gara-gara cowok. Tapi lo, lo cowok pertama yang bisa bikin gue nangis." Kata Putri yang sudah mulai tenang.
"Bukannya lo kemarin bilang kalo lo percaya sama gue? Tapi apa? Lo sekarang dengan mudahnya berubah pikiran. Gue rasa lo nggak pernah ada hati sama gue. Daripada gue terus sakit, kita udahan aja sampe disini. Lo nggk percaya sama gue udah cukup jadi bukti kalo lo nggak ada rasa sama gue." Tambahnya.
"Gue balik dulu." Seru Putri lalu berlari meninggalkan Ezi.
Ezi terpaku dengan yang diucapkan gadis itu. Dia bingung harus melakukan apa. Dalam hatinya dia ingin mengejar Putri tapi langkahnya selalu tertahan. "Aisshh.. Bukan gitu maksud gue.." Kata Ezi sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Sial. Kenapa gue malah bikin dia nangis. Sial sial sial!!" Gerutu Ezi. Saat ini dia tidak ingin kembali ke kelas. Dia mau masuk ke Perpus aja. Tapi lagi-lagi suara itu mengagetkan Ezi.
Ya. Penjaga Perpus. Dia memergoki Ezi hendak memasuki Perpus di jam pelajaran."Aduduh.." Teriak Ezi yang telinganya sedang di jewer sama Bu Lina si Penjaga Perpus.
"Ketahuan kamu ya! Mau bolos pelajaran lagi? Sana kembali ke kelas sekarang." Perintah Bu Lina sambil memelintir telinga Ezi yang sudah mulai memerah.
Ezi yang kaget melihat Bu Lina hanya bisa menurut telinganya di jewer. Lalu dia ingat kejadian kemarin yang habis disodok cabe rawit sama Bu Lina. Dia begidik sendiri membayangkan hal itu. "Ibu mau nyodok saya lagi pake cabe?" Tanyanya.
"Kali ini enggak. Cabe mahal. Tau apa kamu yang tinggal makan sambel. Enak kamu tinggal makan. Kamu nggak tahu apa harga cabe sekarang lebih mahal dari daging. Padahal cabe itu kecil. Pedes. Tapi lebih mahal dari daging. Kalo nggak salah sekarang harga cabe itu seratus ribuan ke atas perkilonya." Celoteh Bu Lina yang entah sadar atau tidak sudah melepaskan jewerannya dari telinga Ezi.
Saat itu juga Bu Lina bercerita tentang harga-harga bahan pangan di pasar yang sedang naik. Dan sekarang berakhir lah Ezi di ruang Perpus. Mendengarkan curhatan Bu Lina.
"Duh.. Sial banget gue. Ini karma kali ya karena gue tadi udah bikin si kecebong nangis." Gerutunya dalam hati. "Apa sekarang dia udah balik ke kelas? Atau dia mampir di markas? Dia sekarang gimana? Masih nangis kagak ya? Arrghh.. Pikiran gue jadi dipenuhi dia gini.. Mimi peri tolong gue.." Teriaknya dalam hati. Pikirannya hanya tertuju pada Putri. Dia menyesal telah membuat cewek itu meneteskan air mata.
Sementara itu, setelah meninggalkan Ezi dia tidak kembali ke kelas. Dia pergi ke Warung Bu Epon. Bu Epon heran dengan kelakuan Putri hari ini. Dia memang suka kabur lewat gerbang belakang, tapi tidak pernah di jam pelajaran. Bu Epon tahu bahwa Putri sedang ada masalah. Tapi tatapan anak itu seolah-olah bilang, "Lo ganggu gue, I KILL YOU!!" So, Bu Epon membiarkan pikirannya tenang dulu.
Satu jam tiga puluh menit kemudian, Bel istirahat berbunyi. Megha tidak ingin kemana-mana saat ini. Dia tahu jika sekarang mungkin Ezi dan Putri sedang bersenang-senang. Jadi dia tidak mau mengganggunya. Dia memilih untuk tinggal di kelas.
David yang tahu betul apa yang sedang di pikirkan Megha tetap diam di kursinya. Dia tidak beranjak sedikitpun dari sana. Lalu dia mencoba menghibur cewek yang di sukainya itu. "Lo nggak mau ke kantin? Lo nggak laper? Mau makan sama gue?" Tanyanya sambil menatap hangat Megha.
Megha menghela nafas panjang, lalu menjawab, "Gue lagi nggak mood kemana-mana." Jawab Megha malas.
Lalu, beberapa siswi yang melihat kedekatan mereka langsung memulai 'rumpi' mereka. Mereka juga mengata-ngatai Megha dan Putri. Ada yang bilang mereka berdua bitch, cabe, cewek bayaran, dan sejenisnya. Mereka seolah-olah tidak terima jika Putri dan Megha selalu di kelilingi cowok-cowok gans.
"Astaganaga.. Gue pengen tenang malah jadi bahan omongan. Tau gitu gue tadi keluar aja." Gerutu Megha dan bersiap berdiri dari tempatnya.
David dengan refleks menahan tangan Megha. "Lo disini aja." Katanya sambil merogoh sesuatu di sakunya. Dia mengeluarkan headset dari sakunya. "Pakek ini aja. Lagu adalah hiburan terbaik di saat-saat kayak gini. Asal lo tau aja, gue percaya kalo lo bukan klepto kok. Jadi lo disini aja sama gue. Disamping gue." Tambahnya sambil memasang headset di Hpnya lalu memilih lagu dan memakaikan salah-satu bagian headset itu di telinga Megha. Yang satunya dia pakai sendiri.
Cause everything is gonna be alright
I... Be alright.. Cause everything is gonna be alright..Lagu dari Justin Bieber 'Be Alright' yang sedang mereka dengarkan berdua itu membuat hati Megha nyaman. Tapi sebelum itu, perkataan David lah yang membuatnya nyaman.
"Thanks" Kata Megha lirih dengan pandangan ke bawah bangku.
"Kalo mau bilang thanks nggak usah gengsi kayak gitu kali." Goda David.
Megha hanya menunduk. Dia tahu apa yang dirasakan sekarang. Pipinya mulai memerah. Dia tersipu malu dengan sikap David.
~~~
❤💔❤
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Met You
Teen FictionEmpat orang cewek desa yang pindah kota karena mendapat beasiswa. Yang kesehariannya mereka harus belajar dan malamnya kerja paruh waktu. Pekerja keras, polos, jago berantem dan hati yang tulus.. Apakah ini takdir? Pertemuan mereka dengan empat cowo...