Chapt 10 : "Permulaan"

463 27 2
                                    

"Ezi?"

"Eh iya. Itu beneran si grandong.. Dia udah gila apa ya? Jalan ditengah hujan. Sejak kapan coba dia jalan? Jarak rumah ke sini kan jauh. Dia nggak bawa motor?" Gerutu Putri.

Ttiiin.. Ttiiin ..
Suara klakson dari arah belakang Ezi semakin keras. Ezi yang saat ini semakin berada di tengah-tengah jalan raya di kelilingi kendaraan-kendaraan beroda dua dan empat.

"Maafin gue.. Maafin gue Na.." Kata Ezi sambil menitikkan air mata diiringi derasnya hujan.

Detik itu juga, ada sebuah Mobil yang melaju kencang dari arah belakang Ezi. Ezi yang saat itu pikiran dan pandangannya kosong pun tidak peduli suara klakson yang menerpanya.

Saat itu juga, Ezi menyadari ada sebuah tangan mungil, hangat dan lembut yang menariknya dari keramaian itu.

"Aaaww!!" kata Putri yang terjatuh karena menarik Ezi ke pinggir jalan.

"Woii! Lo udah gila ya. Lo ngapain di tengah jalan gini? Lo pengen mati apa? Aissh.. Gue jadi basah kuyup gini kan.." Kata Putri sambil membenarkan posisi duduknya.

Ezi yang pikirannya kalut masih tidak mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Dia hanya diam seribu bahasa. Sementara itu, Putri tidak yakin yang dilihatnya nyata atau tidak. Dia melihat cowok disampingnya itu diselimuti oleh air mata yang terbalut derasnya hujan malam itu.

Percaya atau tidak, Putri merasakan hatinya seolah-olah ditusuk oleh Jarum Pentul.

"Lo kenapa sih? Lo nggak mau cerita ke gue? Kalo lo mau cerita-cerita aja ke gue." Lanjut Putri.

"Peduli apa lo sama gue? Semua cewek tuh sama aja. Lo lebih baik pergi dari sini sekarang. Gue nggak mau deket-deket sama lo!" Balas Ezi dengan nada tinggi yang akhirnya mau ngomong sama Putri.

Putri tidak peduli yang dikatakan Ezi. Saat ini, yang ada dipikirannya adalah kenapa Ezi bisa seperti itu dan bagaimana cara membawanya pulang.

"Lo ikut gue ke depan Swalayan. Kita berteduh disana. Lo kayaknya kena hujan udah lama dan pasti lo kedinginan." Kata Putri sambil menarik Ezi dan memegang tangannya ke depan Swalayan.

Mereka yang saat ini sudah ada di tempat yang teduh, tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Kedua mulut mereka seolah-olah di beri lem tembak.

"Kenapa suasananya malah jadi gini sih?" Pikir Putri dalam hati.

"Saudara-saudaranya pada kemana coba?"

"Lo udah tenang sekarang?" Tanya Putri membuka obrolan.

"Lo bawa HP?" Jawab Ezi.

"Lah? Emang lo nggak bawa?" Tanya Putri sambil mengambil HP di tas yang tadinya dia letakkan di depan kaca swalayan.

"Pulsa gue abis. Siniin HP lo.." Pinta Ezi pada Putri.

Sontak kalimat yang diucapkan Ezi membuat Putri tertawa.

"Pulsa lo abis? Haha.. Bisa aja lo. Nih pakek HP gue. Tapi jangan lama-lama, pulsa gue juga nipis.. Hehe" Balas Putri sambil tersenyum dan menyerahkan HPnya ke tangan Ezi.

Setelah itu, Ezi menekan beberapa nomor di layar telepon. Lalu dia menaruh HP Putri ke telinganya.

"Halo? Siapa ya?" Tanya suara yang keluar dari telepon.

"Ini gue. Lo dimana sekarang? Lo bisa bawain gue baju kering sama hoodie gue dari rumah? Bawain dua hoodie. Dan jemput gue di depan Swalayan tempat kita ngelihat opah. Gue tunggu." Kata Ezi yang langsung menutup telepon karena takut pulsanya Putri habis.

"Nih," kata Ezi sambil memberikan HPnya ke Putri.

"Udah di tolong, minta pulsa, dan nggak terimakasih. Oke fine, gue sabar." pikir Putri dalam hati.

Setelah itu, keduanya kembali diam mematung.

Dua puluh menit kemudian, datang tiga cowok dengan motor Ninjanya. Saat motor itu tiba, hujan yang tadinya deras pun berhenti. Lalu, masing-masing dari mereka melepas helmnya dan segera menghampiri Ezi.

"Lo gapapa kan? Lo darimana aja?" Tanya Dika.

"Lo! Kenapa HP lo off? Lo nggak tau seberapa khawatirnya kita semua?" Tanya David cemas.

"Nih Baju sama Hoodie lo. Eh, btw, napa dia ada disini?" Kata Huda yang lagi ngunyah permen karet sambil nunjuk ke arah Putri.

"Eeng.. Itu.. Gue tadi.."
Belum sempat Putri menyelesaikan omongannya, Ezi langsung memotong omongon Putri.

"Nih, lo pakek ini. Lo nanti sakit." Kata Ezi sambil menyerahkan salah satu hoodie nya.

Kalimat 'lo nanti sakit' entah kenapa membuat hati Putri berbunga-berbunga.

"Thanks.." balas Putri yang saat ini mengambil hoodie milik Ezi.

"Tapi, dimana gue harus ganti? Masa iya di sini.." Kata Putri lirih sambil menggaruk-garuk kepalanya.

"Lo ikut gue. Disana ada tempat ganti." Sahut Ezi yang saat ini menggandeng tangan Putri dan membawanya ke Cafe seberang.

Putri yang saat itu tidak tahu harus apa, hanya diam mengikuti Ezi yang menggenggam erat tangan kanannya itu. Hati Putri berdegup kencang. Dia berharap momen seperti ini bisa berlangsung lama, esok, lusa, bahkan selamanya.

Setelah ganti baju, mereka keluar bersamaan. Putri yang memakai hoodie Ezi dan terlihat kebesaran, membuat saudara-saudara Ezi terkekeh.

"Lo bareng kita aja pulangnya." kata David sambil memberikan minuman hangat ke Putri.

"Gue bawa sepeda, kalian pulang aja duluan. Lagian udah nggak hujan kok. Gue juga harus mampir dulu ke tempat kerja gue nyerahin bukti penerimaan." jawab Putri.

Ezi yang saat itu sedang memperhatikan Putri tiba-tiba masuk ke Swalayan. Di dalam, dia menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan ke Kasir. Setelah itu Ezi keluar.

"Lo pulang bareng kita. Sepeda lo biar aja disini. Gue udah nitipin sepeda lo ke Kasir. Jadi nggak bakal hilang. Dan besok gue anter lo ngambil tuh sepeda."

Setelah Ezi mengatakan itu ke Putri, tanpa basa-basi lagi dia meminta kunci motor yang dipegang David. Dan David langsung memberikannya.

"Lo sama gue." kata Ezi lagi yang berjalan menuju motor Ninja Hijau David.

Hati Putri saat ini berada dibawah keadaan normal. Jantungnya tidak mau berhenti berdebar. Dan tanpa berlama-lama, Putri menghampiri Ezi yang saat ini sudah di atas motor.

"Gue naik.." Kata Putri sambil memegang bahu Ezi.

"Nggak pakek helm emang gapapa?" tanya Putri.

Ezi yang mulai menghidupkan motornya tidak menjawab pertanyaan Putri.

"Waahh.. Apa itu artinya si anak kodok yang nolong Ezi? Tanya Dika sambil memasang Helm ke kepalanya.

"Seenggaknya, sekarang udah ada seseorang di samping Ezi selain kita dan Opah. Dan cewek itu mungkin bisa jadi pengganti Nana.." Sahut David.

"Pengobat lara maksud lo .. Hehe" Balas Dika sambil terkekeh.

Setelah kejadian itu, mereka pun pulang dengan selamat. Putri yang di bonceng Ezi juga langsung masuk ke Kosan. Begitupun David, Huda, dan Dika. Mereka berempat langsung masuk ke rumah.

Kkkrruuuyuukkk...
Suara di perut Putri berbunyi kencang saat dia tiba di depan pintu kos.

"Seharusnya lo traktir gue makan dulu kek.." Kata Putri sambil membuka pintu Kos.

~~~

*CHAPT PLUS-PLUS*

Saat Nela dan Dika bertemu di tengah hujan :

Hidup itu tak seindah drama korea..

Nela  : "Di..dingin.. Dingin.."

Dika  : (Lari ke Dapur dengan kekuatan bulan) "Nih, Air Panas. Siramin ke baju lo biar anget.."

Nela be like : "golok mana golok..!! 😤"

Dika : 😵😵

~~~

When I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang