Chapt 18 : "Kebimbangan"

429 20 0
                                    

Setelah dihukum oleh Penjaga Perpus killer, mereka berempat kembali ke kelas. Banyak siswa di dalam kelas yang menatap tajam mereka.

"Eh? Itu si Mube tadi beneran di tolongin sama si Ezi cowok frost di sekolah kita? Serius lo?" Bisik salah satu siswi saat mereka lewat.

"Iya. Serius gue. Gue tadi beneran ngelihat Ezi berani ngelawan si Nara. Pasti si Ezi udah di black-list sama Nara." Balas siswi satunya.

Bahkan saat mereka sudah duduk di bangku, pandangan horor para siswi yang notabene punya kontaknya David melihat sinis ke arah Megha. Seolah-olah tatapan mata mereka ingin merontokkan semua rambut Megha sampai ke akar-akarnya sekalipun.

"Idiihh.. Napa mereka natap horor gue sih? Salah gue apa coba?" Batin Megha.

Sementara itu, Putri yang suasana hatinya sedang bekembang-kembang alias berbunga-bunga tidak mempedulikan tatapan horor yang ditujukan padanya. Senyuman. Hanya senyuman yang sedang menghiasi wajah mungilnya itu.

"Eh? Napa tuh si Putri? Dia kesambet kali ya kok senyum-senyum gitu.." Kata Nela berbisik pada Miski.

Miski lalu menoleh ke arah Putri. "Obatnya abis kali." lalu secara reflek dia menoleh ke Megha, "Lah? Yang satu mukanya mendung banget.. Hehe"

Megha yang mendengar obrolan mereka langsung menjawab, "Iyee.. Muka gue semendung hati gue.."

"Lo habis dari mana tadi? Si Putra sama Ari nyariin kalian berdua tau."

"Perpus" Jawab Megha singkat.

"A'elah.. Seberapa mendung sih hati lo, sampe2 kalimat lo cuek banget. Lo habis ditolak?" Tanya Nela.

Megha hanya menghela nafas panjang mendengar pertanyaan temannya itu. Saat bersiap menjawab, tiba-tiba suara David merontokkan semua niatnya untuk berbicara. "Gue yang ditolak" Kata David sambil menoleh ke arah Megha.

"Apa'an sih nih cowok. Jangan buat perasaan gue jadi campur aduk dong. Ya Allah... Kuatkan akikahh.." Gerutu Megha dalam hati.

David yang tidak mendapat respon dari Megha hanya melengos. "Lo beneran nggak cemburu ya? Tapi kalo lo nggak cemburu, kenapa ekspresi lo berkata lain?" Pikir David dalam hati.

~~~

Sementara itu, di gedung dua, di dalam kelas 11-A terdengar Nara yang marah-marah dengan emosi meluap-meluap. Dia melempar semua perabotan kelas.

"Dasar rese! Dasar Mube sialan! Siapa juga sih tuh cowok? Bener-bener bikin gue kesel aja tuh orang."

"Dia pikir dia siapa? Dia belum tahu siapa gue apa? Gue ini THE QUEEN OF SHINWA.. Awas aja lo entar. Jangan salahin gue kalo anu lo ilang."

"Oii oiii.. Napa sih beiib.. Wajah lo jelek tau kalo marah. Jangan marah-marah dong, sini sama a'a sayang.. Cini..cini.."

PLAK!!

Sebuah tamparan menghiasi wajah El. "Aww..aww..lagi dong..lagi..ahh.."

"Dasar brengsek lo!" Teriak Nara.

Teman-temannya yang berada di kelas hanya diam. Mereka takut jika mereka meminta Nara diam, bisa-bisa kehidupan mereka nggak akan tenang di Shinwa.

Lalu, dengan suara lantang sedikit merdu dan kacamata hitam yang menghiasi matanya, cewek itu berkata, "Kalo tuh cowok brengsek, terus lo apa?" Kata cewek itu lantang.

"LO!! Lo udah berani ya ngelawan gue. Lo pikir lo bakal tenang setelah keluar dari grup gue? Jangan harap. Lihat aja lo entar." Teriaknya pada cewek itu.

Cewek itu adalah Mafia. Ya Mafia. Cewek incaran Dika. Dia dulunya adalah anak culun dengan rambut boxnya. Tapi sekarang, penampilannya beda. Rambut lurus, hitam tipis. Ya itulah dia sekarang.

BUK!!

Satu penghapus terlempar tepat ke kepala Fia. "Aww.." Katanya sambil memegang jidatnya yang sekarang memerah karena lemparan penghapus.

"Gue yang lempar." Kata Nadin sambil berjalan menuju kursi Fia.

"Lo apa'an sih? Lo ada urusan apa sama gue?" Tanya Fia.

"Elo. Urusan gue elo. Elo kan yang kemarin direbutin sama El n Dika? Lo udah berani ngumpul sama anak jurusan IPA. Udah bosen hidup lo?" Seru Nadin lalu tiba-tiba menjambak rambut Fia.

"Aww!! Lepasin rambut gue. Sa..sakit tau" Teriak Fia kesakitan.

Tidak ada yang memperdulikan dirinya sekarang. Semua temannya hanya diam membisu. Mereka hanya menyaksikan apa yang dilakukan Nara.

"Lo udah ada di daftar black-list gue. Kalo lo nggak mau terus-terusan gue bully, lo harus ngelakuin satu hal ke gue. Lo harus nurutin perintah gue kali ini. Paham lo?!" Seru Nara sambil memutar-mutar poni ulalanya itu.

Mafia sebenarnya ingin menolak yang dikatakan Nara. Tapi dia tidak ingin kehidupan sekolahnya menjadi seperti neraka. Dia hanya ingin hidup tenang di sekolah.

"Maafin gue.." Kata Fia dalam hati. Yang dia pikirkan adalah cowok itu untuk sekarang. Ya cowok itu.

~~~

Kriiing..Kriiing..Kriiing..
Bel pulang sekolah sudah melambaikan tangannya kepada para siswa.

Putra dan Ari yang tidak ingin kesempatan pulang bareng Putri dan Megha langsung berlari menuju kelas 11-C.

Setibanya mereka disana. Kedua orang itu masih ada. Duduk berhadapan dengan kedua temannya yang lain.

"Lo beneran udah pacaran sama si Ezi?" Tanya Nela antusias.

"Bisa jadi bisa jadi.." Goda Putri sambil terkekeh.

"Iiiihh.. Gue serius tau.. Lo beneran pacaran apa kagak?" Tanya Nela lagi dengan muka sejuta keponya.

"Napa? Lo mau embat dia? Jangan berani-berani deh lo nyentuh grandong gue.." Canda Putri.

"Eeciieee.. Sekarang manggilnya udah grandong gue.. Piiuwitt.. Asek asek jossh.. Haha.." Sahut Miski.

"Bisa di bilang iya, bisa dibilang enggk.. Hehe.. Gue yang nyatain perasaan ke dia dulu. Gue yang jujur kalo gue suka dia. Gue sebenernya bingung sih, kenapa gue ngelakuin itu. Tapi gue cuma nurutin kata hati gue aja.." lanjut nya.

"Whatt? Serius lo? Pikiran lo udah kagak waras kali ya.. Hati lo udah milik Ezi dong sekarang" Balas Nela dengan ekspresi sejuta terkejut.

"Assekkk.. Udah gak jombs dong Lo, Put" Sahut Miski.

Sementara para temannya mengobrol, Megha masih dalam keadaan GE..A..EL..A..U alias Galau. Wajahnya lebih mendung daripada sebelum pulang sekolah.

"Tuh muka di tekuk mulu. Entar kalo udah kusut baru tau rasa lo." Ejek Miski.

"Dia gegana gengss.. Gelisah Galau Merana mikirin masalah hatinya." Jawab Putri.

"Anjuu.. Lo pada ngejek gue. Gue bambang gengss.. Hati gue beneran bambang.." Balas Megha.

"Bimbang kali bukan bambang." Protes Nela.

"Gue sebenernya tuh..anu..itu..pokoknya..gue itu .. Arrghh.. Au ahh elap ati gue.." Kata Megha tiba-tiba sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Teman-temannya pada melongo mendengar pernyataan Megha.

Sementara itu, mereka tidak menyadari bahwa ada yang mendengar obrolan mereka selain mereka. Ya. Putra dan Ari. Mereka mendengar semuanya.

"Apa itu artinya kita udah kalah?" Tanya Ari pada Putra.

"Nggak! Gue masih belum terima. Gue bakal ngelakuin satu hal lagi buat dia. Dan itu yang terakhir. Kalo dengan cara ini gue masih belom dapetin hatinya. Gue bakalan nyerah." Kata Putra dengan nada serius.

"Apa rencana lo?" Tanya David penasaran.

~~~

💔💔💔

When I Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang