33. Kemunculan Suhu Sang Puteri

2.7K 50 0
                                    

Tiat To Hoat-ong tertawa dingin. dia mengebutkan lengan jubahnya! "Bocah, apakah engkau tidak menyesal?"

"Pergilah!" menyahuti Yo Him. Tapi Tiat To Hoat-ong tidak segera berlalu.

Waktu itu Swat Tocu telah melangkah dua tindak ke depan, dia bilang dengan bengis: "Jika memang aku tidak ingin memberi muka terang kepada Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, tentu jiwamu itu telah kukirim pergi menghadap pada Giam-lo-ong! Sekarang kau bertingkah pura-pura tidak takut mampus dan tidak mau segera angkat kaki! Hmmm, inilah tanda mata dariku!" Dan tangan kanan Swat Tocu bergerak menghantam Tiat To Hoat-ong, dan dia menghantam jalan darah Leng-jin-hiatnya si pendeta, untuk membuat si pendeta bercacad seumur hidupnya menjadi manusia lumpuh.

Yo Him terkejut, namun dia tidak bisa mencegahnya karena Swat Tocu melakukan pukulan itu cepat sekali.

Tapi di saat Tiat To Hoat-ong terancam bahaya, terdengar suara orang tertawa hahaha hihihi, disusul dengan sesosok tubuh yang berkelebat sangat gesit sekali. Malah telah menghadang di depan Swat Tocu, mempergunakan tangan kanannya untuk menyanggahi pukulan tangan Swat Tocu.

"Plakk!" terdengar suara benturan yang sangat kuat sekali, dan di waktu itulah tampak jelas tubuh Swat Tocu bergoyang-goyang akan terhuyung ke belakang, namun kuda-kuda ke dua kakinya masih tetap di tempatnya. Begitu juga orang yang baru datang itu tubuhnya bergoyang-goyang.

Swat Tocu lalu mementang matanya lebar-lebar dilihatnya yang berdiri di hadapannya adalah seorang lelaki tua dengan keadaan yang luar biasa. Sebab selain rambutnya yang telah putih itu tumbuh panjang menutupi bahunya, juga kumis dan jenggotnya yang telah berwarna putih itupun tumbuh panjang sampai ujungnya menyentuh tanah.

Yo Him pun terkejut, tidak terkecuali Tiat To Hoat-ong. Karena mereka segera mengenalinya bahwa orang yang keadaannya luar biasa itu tidak lain dari Ciu Pek Thong!.

"Ciu Locianpwe!" berseru Yo Him girang bukan main.

Si tua berandalan telah tertawa dengan sikapnya yang jenaka, dia pun membalas sapaan Yo Him: "Yo Hiante! Ai, ai kau menimbulkan kerusuhan di sini, sehingga aku terpaksa harus memperlihatkan diri! Ai, engkau telah membuat aku jadi salah tingkah, semua ini adalah gara-garamu. Berdiam di tempat persembunyian salah, keluar juga salah harus berhadapan dengan begundal ini!"

Dan sambil berkata begitu Ciu Pek Thong, si tua berandalan itu telah menunjuk kepada Tiat To Hoat-ong. "Muridku telah menceritakan segalanya, memang si gundul ini jahat sekali! Dulu, waktu engkau belum terlahirkan, si gundul inipun telah mengganggu ayah ibumu sehingga ibumu melahirkan tanpa didampingi ayahmu!"

Dan setelah berkata begitu, Ciu Pek Thong mementang matanya lebar-lebar memperlihatkan sikap jenaka, katanya lagi meneruskan bicaranya tadi, "Dan akhirnya terlahirkan seorang bocah nakal seperti kau yang sekarang memiliki kepandaian yang tinggi dan disebut-sebut selalu oleh muridku, hua ha haa haaa!" Ciu Pek Thung tertawa bergelak dengan suara yang nyaring sekali. Loo-boan-tong tampaknya tidak memperdulikan bahwa di tempat itu berkumpul banyak sekali orang, dan juga ada beberapa orang tengah bertempur hebat sekali mempertaruhkan jiwanya.

Yo Him girang bukan main, dia telah maju untuk memberi hormat pada Loo-boan-tong kemudian bertanya dengan perasaan heran: "Mengapa Ciu Locianpwe meninggalkan Tho-hoa-to?!"

"Aku bosan menemani Oey Lo Shia!" sahut Ciu Pek Thong, "Setiap hari hanya main catur diam seperti patung, akhirnya aku ingin pesiar. Oey lo Shia juga tidak melarang keinginanku ini, maka aku telah meninggalkan pulaunya.....!"

"Apakah puteri pangeran Ghalik, nona Sasana, murid Ciu Locianpwe?" tanya Yo Him.

"Tepat, tidak salah!" mengangguk si tua berandalan itu.

Beruang SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang