34. Pemberontakan Pengawal Pangeran

2.7K 53 0
                                    

Hek Siang-sat memang meminta pangeran Ghalik untuk menyingkir, karena dia sesungguhnya berkuatir kalau dirinya bersama Pek Siang-sat dan pahlawannya pangeran Ghalik yang lain tidak sanggup mengatasi keadaan di tempat ini. Berarti dengan menyingkimya pangeran Ghalik terlebih dulu, mereka tidak usah terpecahkan perhatian mereka pada keselamatan pangeran itu junjungan mereka.

Pangeran Ghalik memang mengerti bahaya yang tengah mengintai dirinya. Jika sampai pecah pertempuran di antara mereka yang terbagi dalam tiga golongan, yaitu golongan Tiat To Hoat-ong, golongan pangeran Ghalik sendiri juga para pengemis dari Kay-pang dengan Swat Tocu serta Ciu Pek Thong. Dengan demikian keadaan akan kacau balau dan kemungkinan besar dirinya yang akan tercelakakan, karena bukan hanya Tiat To Hoat-ong dan anak buahnya akan menindih dan mendesak dirinya, pun para pengemis Kay-pang itu pun tentu memusuhinya.

Setelah berdiam diri sejenak, pangeran Ghalik mengangguk, katanya: "Baiklah!" dan pangeran ini melambaikan tangannya memanggil Sasana.

"Mari kita pergi dari tempat ini nak..... biarlah Hek Pek Siangsat Losianseng yang akan menyelesaikan urusan ini!" kata pangeran Ghalik.

Tapi Sasana menggeleng perlahan.

"Ayah pergilah sendiri, aku ingin menyaksikan Suhu mengajar Swat Tocu....., "kepandaian mereka sangat tinggi sekali, dengan demikian bisa membuka mataku dan menambah pengalaman!"sahut Sasana.

Pangeran Ghalik mengetahui, bahwa dirinya memang merupakan orang yang sangat penting dan memiliki tugas yang berat. Jika dia tercekal dalam kekalutan di tempat ini, jelas hanya akan membuat urusan besar jadi pikiran.

Setelah berpesan agar puterinya itu baik-baik dan bisa menjaga diri, malah dipesankan jika keadaan tidak memungkinkan agar Sasana segera pergi menyingkirkan diri, pangeran Ghalik telah memutar tubuhnya, dengan diiringi beberapa orang pahlawannya ingin meninggalkan tempat itu.

Namun baru saja pangeran Ghalik melangkah beberapa tindak, di saat itulah terdengar seorang telah membentak: "Tahan, jangan pergi dulu!"

Orang yang membentak itu tidak lain dari Wie Liang Tocu, yang juga telah melompat ke depannya pangeran Ghalik, gerakannya gesit sekali.

Hek Pek Siang-sat yang menyaksikan ini. jadi terkejut dan mendongkol. Terkejut karena dia melihat Wie Liang Tocu tidak mau membiarkan kepergian junjungan mereka dan juga dilihat dari gerakannya itu, Wie Liang Tocu memang merupakan tokoh Kay-pang yang memiliki kepandaian tidak rendah. Malah ke lima orang pengemis lainnya telah melompat juga ke depan pangeran Ghalik berdiri di belakang Wie Liang Tocu dengan keadaan bersiap sedia untuk menyerang.

Para pahlawannya pangeran Ghalik telah mencabut senjata mereka bersiap akan mengadu jiwa guna melindungi junjungan mereka, semuanya mengelilingi pangeran Ghalik berdiri dengan tegak, bagaikan memagari pangeran Ghalik.

Wie Liang Tocu waktu itu telah tertawa dingin, katanya: "Bukankah engkau pangeran Ghalik?"

Pangeran Ghalik mengangguk sahutnya: "Benar! Ada urusan apa engkau menyusup ke dalam istanaku?" Dan pangeran Ghalik, walaupun hatinya tengah bekuatir, tokh membawa sikap yang agung dan tidak memperlihatkan perasaan jeri sedikit di wajahnya. "Jika memang kalian tidak cepat-cepat angkat kaki, apakah kalian tidak kuatir nanti dicap sebagai pemberontak yang hendak mencelakai diriku?!"

Wie Liang Tocu tertawa dingin lagi, sikapnya mengejek.

"Memang kedatangan kami kemari hendak membunuhmu!" katanya terus terang. "Hemmm, banyak orang-orang kami yang telah bercelaka di tanganmu! Sekarang kau jawab yang jujur, bukankah Liu Ong Kiang juga ditawan olehmu?"

Pangeran Ghalik tertawa dingin.

"Hemmm, orang she Liu itu adalah tamuku bersama-sama dengan Yo Siauwhiap!" menyahuti pangeran Ghalik.

Beruang SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang