56. Perintah Membunuh dari Lang-kauw-cu!

2.7K 46 1
                                    

Yo Him dan Sasana kembali ke kamar masing-masing, tampaknya mereka tidak memperdulikan sikap orang-orang itu.

Malam itu, Yo Him dan Sasana tertidur nyenyak. Walaupun demikian, mereka tetap berlaku waspada dan tidak lenyap kesiap siagaan mereka, kalau-kalau orang-orang Lang-kauw menyatroni mereka. Tetapi malam itu berlalu tanpa terjadi sesuatu apapun juga.....

Keesokan paginya, waktu matahari pagi telah terbit agak tinggi, Yo Him dan Sasana telah melanjutkan perjalanan mereka. Ke duanya tetap mempergunakan kuda mereka yang dijalankan perlahan-lahan, karena memang mereka melakukan perjalanan tidak terlalu tergesa-gesa.

Setelah meninggalkan kota tersebut belasan lie, tiba-tiba pasangan muda mudi ini bertemu dengan suatu peristiwa yang menegangkan sekali, peristiwa yang di luar dugaan dan bisa mendirikan bulu tengkuk.

Awal peristiwa tersebut dimulai ketika Yo Him akan mengajak Sasana untuk beristirahat. Waktu itulah mata Sasana telah melihat sesuatu yang menggeletak di tengah jalan.

"Engko Him...... lihat.....!" teriak Sasana sambil menunjuk ke arah benda itu.

Yo Him memperhatikan arah yang ditunjuk oleh Sasana sehingga dia bisa melihat benda yang menpgeletak di tengah jalan. Setelah memperhatikan dengan cermat, maka dia memperoleh kenyataan itulah sesosok tubuh manusia yang tengah rebah di tengah jalan. Tentunya itulah sesosok tubuh manusia yang telah mati, karena sama sekali tidak bergerak.

Cepat-cepat Yo Him melarikan kudanya lebih cepat menghampiri sosok tubuh itu. Sasana mengikuti di belakang si pemuda.

Ketika sampai di dekat sosok tubuh itu, Sasana mengeluarkan seruan tertahan terlebih dulu, sedangkan muka Yo Him berobah, karena dilihatnya sosok tubuh itu merupakan sosok tubuh manusia yang telah menjadi mayat.

Hanya saja keadaan mayat tersebut luar biasa, tubuhnya seperti dicingcang oleh senjata tajam. Orang tersebut menemui kematian dengan cara yang mengenaskan sekali, tubuhnya hancur seperti juga tidak ada salah satu anggota tubuhnya yang utuh.

Yo Him cepat melompat turun dari kudanya, dia memeriksa keadaan mayat itu. Mayat seorang laki-laki berusia antara limapuluh tahunan. Walaupun mukanya tercacah rusak dan sulit dikenali lagi, namun masih bisa diketahui akan usia lanjut itu.

Sasana yang tidak kuat hatinya melihat pemandangan yang mengiriskan hati itu, telah membuang pandang ke arah lain, dan dia tidak mau melihat keadaan mayat tersebut yang telah rusak seperti itu.

Sedangkan Yo Him memeriksa terus keadaan mayat tersebut, sampai akhirnya dia melihat dari cara berpakaian mayat tersebut, tentunya orang ini adalah seorang rimba persilatan. Dia mungkin telah bertempur dengan musuhnya dan dibinasakan dengan cara yang mengenaskan seperti itu.

Setelah memeriksa sekian lama, akhirnya Yo Him menghampiri Sasana.

"Korban dari pertempuran, dia mungkin di binasakan oleh seseorang yang telengas sekali dan tubuhnya telah dicingcang hancur lumat....." menjelaskan Yo Him.

"Mari kita berangkat!" mengajak Sasana yang tidak mau melihat lagi mayat yang telah hancur rusak itu.

Yo Him mengangguk sambil melompat ke atas kuda tunggangannya.

Tetapi baru saja Yo Him duduk di atas kudanya, tiba-tiba menyambar dua batang panah yang pesat sekali. Panah itu telah melesat sebatang ke arah punggung Yo Him, sedangkan yang sebatang lagi menyambar ke punggung Sasana. Panah itupun menyambar dengan cepat dan kuat, menimbulkan kesiuran angin yang keras sekali.

Sasana terkejut, dia mempergunakan cambuk di tangannya menyampok anak panah yang menyambar ke arah punggungnya, karena untuk mengelakkan sambaran anak panah itu, penyerangnya memang memanah secara membokong.

Beruang SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang