62. Kembang Lian-som, Obat Istimewa

2.4K 39 0
                                    

Wie Tianglo ini yang sebenarnya adalah tocu sebuah pulau, sangat cepat sekali naik tingkatnya dalam partai Kay-pang. Pertama masuk Kay-pang dia dianugerahi kedudukan tujuh karung oleh pangcu Kay-pang yaitu Yeh-lu Chi.

Dan setelah dia mengangkat saudara dengan Yo Him (dalam cerita Sin-tiauw-thian-lam) karena memang ilmu silatnya yang sangat tinggi dan jasanya yang tidak sedikit dalam Kay-pang, maka dalam waktu yang singkat dia naik tingkat menjadi delapan karung..... Dan kemudian sekarang tingkatnya telah naik pula menjadi Tianglo Kay-pang dengan karung sembilan.

Semua anggota Kay-pang serta pangcu Kay-pang sendiri menaruh rasa hormat dan segan pada Wie Tianglo ini.

Setelah meletakkan dengan baik Wie Liang Tianglo di atas pembaringan, Sam-cie-sin-kay mulai bekerja untuk menolongi Tianglo ini.

Pertama-tama dia menotok puluhan jalan darah di tubuh Wie Liang Tocu, kemudian dia menguruti sekujur tubuh Tianglo itu, sampai keringat membasahi seluruh tubuh Sam-cie-sin-kay. Namun Sam-cie-sin-kay tidak berhenti dan terus juga menguruti dan menotok berbagai bagian anggota tubuh Wie Liang Tocu, dengan demikian tampak dia letih bukan main.

Ke empat orang pengemis yang bertingkat delapan karung berdiri di samping pembaringan mengawasi dengan berkuatir. Sebenarnya mereka ingin menanyakan kepada Sam-cie-sin-kay apakah mereka berempat diperkenankan untuk bantu menyalurkan lweekang mereka guna menguruti tubuh Wie Liang Tocu.

Walaupun bagaimana lweekang ke empat pengemis itu sangat tinggi sekali, hanya saja mereka tidak mengerti ilmu pengobatan. Dengan demikian mereka tidak bisa turun tangan bantu menolongi Tianglo mereka yang seorang itu.

Tetapi jika mereka berempat berdiam diri saja juga membuat mereka jadi tidak tenang, karena melihat betapa Sam-cie-sin-kay telah mandi keringat seperti itu, tampaknya sangat lelah bukan main. Sedangkan Wie Liang Tocu masih berada dalam keadaan pingsan.

Salah seorang di antara ke empat pengemis itu rupanya sudah tidak dapat menahan diri. Dialah yang tadi menangis duduk numprah di atas lantai, dialah yang memiliki perasaan sangat halus dan hati yang lemah. Sekarang menyaksikan keadaan seperti itu, segera juga dia bertanya kepada Sam-cie-sin-kay,

"Toako, apakah..... apakah aku diperbolehkan untuk bantu menguruti mewakili kau sejenak, asal kau memberitahukan jalan darah mana yang perlu ditotok. Dengan demikian Toako dapat beristirahat dengan baik, agar toako pulih kembali!"

Sam-cie-sin-kay berhenti menguruti. Dia mengerutkan sepasang alisnya, tanpa menjawab tampaknya dia ragu-ragu. Akan tetapi setelah dia berpikir beberapa saat, akhirnya dia mengangguk.

"Baiklah!" katanya. "Memang ada baiknya kita bergantian dan aku akan memberitahukan bagian-bagian mana yang perlu diurut dan bagian mana yang perlu ditotok!"

Setelah berkata begitu, tampak Sam-cie-sin-kay bangun dari pembaringan itu, dan meminta pengemis karung delapan itu duduk di pembaringan. Dengan duduk di samping pembaringan, Sam-cie-sin-kay telah memberikan petunjuknya:

"Totok jalan darah Gu-peng-hiat, Sam¬-tiang-hiat, lalu Kian-hu-hiat..... totok pula jalan darah Ma-liang-hiat, lalu mengurut jalan darah Huang-cie-hiat, kemudian jalan darah Gu-sie-hiat..... lalu menotok jalan darah.....!!" Begitulah seterusnya Sam-cie-sin-kay telah memberikan petunjuknya seperti juga dia tengah menghapal.

Sedangkan pengemis delapan karung telah menuruti setiap petunjuk yang diberikan oleh Sam-cie-sin-kay, jalan darah mana yang ditotok, jalan darah mana yang harus diurutnya. Sebentar kemudian keringat telah memenuhi tubuh pengemis itu, napasnya memburu.

Setiap kali dia menotok, dirasakannya dari ujung jari telunjuknya seperti menerobos keluar hawa yang panas sekali. Itulah tanda bahwa tenaga dalamnya telah mengalir keluar. Dengan begitu pula jelas dia telah membuang tenaga dalamnya yang tidak sedikit.

Beruang SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang