43. Jebakan Racun Tiat To Hoat-ong

2.8K 44 0
                                    

Melihat orang menyerang dia dengan cara seperti itu, dia bukannya terkejut malah jadi girang. Seperti diketahui, Ciu Pek Thong adalah seorang yang keranjingan ilmu silat. Walaupun usianya kian hari kian bertambah tua, bukan saja sifat berandalnya yang semakin menjadi-jadi, begitu juga keranjingannya pada ilmu silat semakin menggila, di mana setiap hari dia juga terus berlatih, tidak ada satu haripun yang disia-siakan begitu saja.

Sekarang memperoleh perlawanan yang cukup berat dari Gochin Talu, semangatnya terbangun. Walaupun sudah banyak makan asam garam dunia, juga menyadari kedatangannya ini ke istana Kaisar hanya untuk melakukan penyelidikan belaka, namun dasarnya Loo-boan-tong si berandalan, bukannya dia berusaha menghindari diri dari keonaran, malah, dia jadi gatal tangannya. Apalagi sifat jagonya masih belum berkurang.

Melihat cara lawan, dia telah mengibas tangan bajunya akan melilit tangan Gochin Talu. Kesempatan yang ada ini untuk bertarung dengan Gochin Talu tidak disia-siakan, malah dia telah berseru: "Jangan hanya kau seorang diri saja, karena jika kau cuma seorang, masih tanggung! Juga kau, hei pendeta gundul, ayo maju..... ayo maju semuanya!" Itulah tantangan yang ditujukan kepada Tiat To Hoat-ong dan orang-orangnya, dan Loo-boan-tong menantangnya dengan muka berseri-seri.

Setelah berhasil memunahkan tepukan telapak tangan Gochin Talu, malah Loo-boan-tong telah menerjang ke arah lawannya sambil membentak: "Sambutlah tanganku ini!" tangan kanannya telah menghantam dan dalam serangan pertama dia telah mempergunakan Kong-beng-kun nya yang semuanya memiliki tujuhpuluh dua jalan atau jurus itu, bukan main dahsyatnya cara menyerang Ciu Pek Thong.

Walaupun memiliki kepandaian tinggi, tidak urung Gochin Talu jadi tercekat hatinya. Segera juga dia balas menyerang dengan tangan kirinya untuk menyambuti gempuran itu. Mendadak dia merasakan tenaga lawan sebentar ada sebentar hilang, sehingga pukulannya jadi serba salah. Keras salah, lunak pun tidak benar.

Dia segera mengerti, bahwa sekarang dirinya tengah menghadapi lawan terkuat selama hidupnya. Maka segera saja dia mengeluarkan pukulan yang telah dilatih selama belasan tahun, Dengan diiringi suara menderu-deru dia mengirim tiga pukulan berantai. Tenaga pukulan itu demikian hebat, sehingga seperti apa yang biasa disebut bunga-bunga rontok dan jatuh di tanah bagaikan hujan gerimis. Setelah itu dia susul pula dengan tiga pukulan beruntun.

Mendadak terdengar suara bentrokan tangan yang hebat sekali. Semula Gochin Talu beranggapan tenaga lweekang Ciu Pek Thong mungkin berimbang atau menang sedikit dari dia. Namun sesudah menyerang dua kali, hatinya jadi tercekat kaget, karena dia memperoleh kenyataan bahwa lweekang Ciu Pek Thong masih lebih tinggi setingkat dari tenaga dalamnya!

Gochin Talu juga tahu, jika kurang hati-hati, dia akan jatuh dan dirobohkan kakek jenaka yang berandalan itu. Maka dia mengempos semangatnya dan telah menyerang terus dengan tidak sungkan-sungkan dan tanpa memperdulikan lagi sekelilingnya, karena waktu itu dia tengah berusaha untuk dapat merebut waktu, guna merubuhkan Ciu Pek Thong dalam waktu yang singkat. Jika mereka bertempur lebih lama, berarti akhirnya dirinya yang akan menjadi pecundang.

"Liehay! Kau sungguh liehay," berseru Loo-boan-tong sambil tertawa tidak hentinya. Pertandingan seperti ini barulah meresap di hati, sungguh menyenangkan!"

Yo Him waktu itu telah mengerutkan alisnya dia tidak habis mengerti mengapa Loo-boan-tong masih tidak bisa melenyapkan keberandalannya atau sedikitnya mengurangi, agar tidak menimbulkan keonaran. Namun sekarang semuanya telah terjadi demikian, dia jadi memutar otak untuk kelak menghadapi Tiat To Hoat-ong dan orang-orangnya itu, jika sampai Kok-su Mongolia itu turun tangan.

Jarak tenaga pukulan ke dua lawan itu semakin lama jadi semakin luas, sehingga banyak orang-orangnya Tiat To Hoat-ong terpaksa mundur ke belakang.

Tidak lama kemudian, Ciu Pek Thong sudah menggunakan seluruh jurus Khong-beng-kunnya. Walaupun dia lebih menang dari lawannya, tetapi dia tidak bisa cepat-cepat merubuhkan lawannya itu, karena Gochin Talu pun bukan lawan yang ringan dan bisa diremehkan.

Beruang SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang