54. Sepasang Kekasih di Bawah Hujan

2.7K 47 0
                                    

Dia tidak memperdulikan teriakan-teriakan Yo Him yang memintanya agar menghentikan lari kuda tunggangnya dan menantikannya. Malah kini Sasana telah melarikan kudanya itu semakin cepat, berulang kali dia menghentak tali kendali kudanya dan juga ke dua kakinya menjepit kuda itu, membuat binatang tunggangannya itu mencongklang cepat sekali menerjang curahan air hujan yang semakin deras saja.

Yo Him merasakan tamparan air hujan yang menerjang mukanya, matanya juga perih karena mengejar terlalu cepat. Namun walaupun bagaimana ia memang harus berusaha mengejar kekasihnya yang tengah ngambek itu, tanpa memperdulikan rasa pedas di wajahnya dan rasa perih di sepasang matanya yang sebentar-sebentar dipenjamkannya itu. Yo Him telah melarikan kuda tunggangannya tersebut semakin cepat juga.

Sasana yang mengetahui bahwa Yo Him terus juga mengejarnya dan berusaha menyandaknya, diam-diam tersenyum. Hatinya jadi tidak tega juga, apalagi ketika dia mendengar teriakan Yo Him yang terakhir.

"Adikku yang manis, yang baik, dengarlah keteranganku dulu! Jika memang aku bersalah, aku rela dihukum olehmu, walaupun hukuman yang bagaimana berat sekalipun.....! Aku mohon agar kau mau mendengar keteranganku dulu adikku yang manis. Berhentilah dulu!" berulang kali Yo Him telah berteriak-teriak begitu.

Akhirnya lemahlah hati Sasana, mencairlah kemendongkolannya, ia menghentikan kuda tunggangannya.

Girang Yo Him melihat Sasana mau menghentikan larinya kuda tunggangannya itu. Segera juga ia dapat menyandak dan menghentikan ke duanya tepat di sisi kuda Sasana sambil cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya, katanya sambil memperlihatkan sikap bersungguh-sungguh: "Adikku..... maafkanlah kesalahan engkomu ini..... Aku bersedia untuk menerima hukuman apa pun dari kau atas kelancanganku tadi!"

Pipi Sasana berobah memerah, kemendongkolannya telah lenyap. Memang tadi diapun sesungguhnya hanya ingin melihat apa yang dilakukan Yo Him jika ia tengah "ngambek'. Dan dilihatnya Yo Him memang sangat mencintainya, karena kekasihnya ini bersedia untuk dihukum dengan apapun juga.

"Baiklah! Aku akan memaafkanmu dan berbaik padamu, jika telah menjalankan hukumanku!" kata Sasana sambil memperlihatkan sikap cemberut, walaupun hatinya waktu itu sangat senang sekali.

"Katakanlah, hukuman apapun yang akan kau jatuhkan padaku akan kulaksanakan dengan senang hati walaupun harus terjun dalam kobaran api atau terjun dalam kolam minyak yang mendidih.....!"

"Aku tidak sekejam itu! Atau memang kau beranggapan aku ini seorang iblis yang berhati kejam?" tegur Sasana cemberut lagi, walaupun hatinya tertawa geli dan bahagia.

Yo Him tersentak kaget lagi, tetapi setelah tertegun sejenak dia mengayunkan tangan kanannya menampar bibirnya.

"Hai, hai, kembali aku salah bicara, maafkan adik..... Aku memang heran mengapa sekarang aku jadi demikian tolol?!" kata Yo Him cepat, dengan sikap bersungguh-sungguh.

Hati Sasana jadi tidak tega melihat sikap Yo Him, walaupun bagaimana ia memang tidak bersungguh-sungguh dengan "ngambek" nya itu. Sekarang melihat betapa Yo Him menampar bibirnya berulang kali sampai bibirnya berobah merah seperti bengap.....!

"Sudah! Sudah engko Him!" berseru Sasana yang jadi gugup melihat Yo Him masih menampari bibirnya berulang kali. "Hentikanlah engko Him..... sudah cukup.....!"

Tetapi Yo Him melihat sikap Sasana yang matanya memancarkan sinar kasih sayang seperti itu jadi girang. Dia berbalik ingin mempermainkan kekasihnya ini untuk melihat sampai berapa jauh cinta kasih Sasana terhadapnya.

Yo Him menggelengkan kepalanya sambil serunya dengan wajah memperhatikan penyesalan: "Tidak! Tidak! Selama kau tidak memaafkan dengan setulus hati, biarlah aku menghantami terus bibirku, biar hancur lodoh.....!" Dan benar-benar Yo Him menampari terus bibirnya itu, sampai terdengar suara "ketepak, ketepuk" berulang kali, dan bibirnya itu membengkak.

Beruang SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang