jawaban

3.4K 150 1
                                    

Teruntuk kamu, jawaban dari istikharahku...

Assalammu'alaikum tuan. harapanku masih sama semoga kamu selalu istiqomah dalam kebaikan.

demi rintik hujan yang rela jatuh agar kita tetap utuh,
demi keindahan senja yang rela lenyap demi mendung
demi malam sepi yang ditemani sajadah yang semakin basah.

ada getir saat menyebut namamu dalam sujudku setelah tau harap tak berujung temu, setelah tau ternyata yakin kita berbeda.
ya, aku yakin kamu mampu sementara kamu masih ragu.

ini adalah aku yang mudah menyerah atau kamu yg memang tak ingin bergerak?

Untuk mu, yang mungkin takkan pernah membaca ini.
aku akan tetap bercerita tentang malam panjang yang pernah ku lalui untuk pertanyaan yang akhirnya DIA beri jawaban pasti, tapi justru perasaan mu yang belum kunjung bisa ku mengerti.

ini tentang keyakinan yang pernah kamu pertanyakan, atau bahkan kamu ragukan? lalu untuk apa kata itu kau ungkapkan. kenapa tidak hidup saja kita dalam kebohongan?
atau hanya cukup cinta dalam diam yang selama ini aku perjuangkan.
ini memang salahku...

tapi apa kau tau? aku tak seceroboh itu. semua sudah berulang kali ku diskusikan pada Dia yang memiliki seluruh hidupku, jawabannya tetap kamu. belakangan aku bersedih tentang ini. ya, kenapa harus kamu? kamu si peragu.
padahal aku berharap dia yang kelak bersamaku adalah dia yang memiliki keyakinan dan kepercayaan penuh dengan Rabbku, dengan janjiNya yang menjamin hidup dan matiku.
aku yakin itu kamu, tapi egomu mungkin yang membuat arah seakan tak tentu.

terakhir aku bilang akan bersabar dan tak menuntut apapun. iya kan? tapi belakangan aku disadarkan dengan kata "halalkan, atau ikhlaskan"
karna kita tak mungkin kan selamanya hidup dalam ketidak pastian? aku takut jatuh dalam jebakan setan.

atau bisa jadi ini balasan untukku ya?
aku yang dengan tegas meninggalkan dia, dan dia karna keyakinanku padamu? ah akhirnya sekarang juga kau tunjukkan ragu mu.
baiklah akan aku pahami ini sebagai ujian.

Tuan, senyap ku tak ingin lagi diam. meski bersuara juga percuma.
maka biarkan aku berdo'a untuk mu meski dari kejauhan. iya aku ingin kita berjauhan sebelum ada suatu keputusan apalagi kepastian. tapi selama itu kita tetap adalah teman. iya teman.

aku tak ingin jadi yang berharap dalam angan, seakan nyata tapi ternyata hanya tipu daya.
yakinkan saja dulu hatimu, baru temui lagi aku. tapi harap jangan salahkan aku jika kemudian pertemuan kita terjadi dalam keadaan yang tidak di inginkan.

Tuan, kau tau kan? aku adalah wanita, sumber fitnah terbesar di dunia. tentu aku tak ingin itu terjadi pada diriku.

do'a dapat merubah taqdir. iya kan? siapa yang tau jika do'aku untuk mu kalah indah dari do'anya untukku?
dia yang katanya akan menantiku hingga aku lelah dengan penantianku untukmu.

mungkin saja sekarang kamu adalah jawaban dari pertanyaanku. siapa yang tau jika kelak aku adalah hadiah bagi sabarnya? tapi tentu bukan ini yang ku inginkan. dan jangan sampai kejadian.
kamu mengerti maksudku kan?

saat menulis ini, bukan hanya hujan, tapi juga petir saling bersautan. ada apa? mereka memarahiku karna kemungkinan yang tadi ku utarakan? entahlah.
yang ku tau saat kelak membaca ulang tulisan ini aku akan ingat betapa mencekamnya sore ini. dan betapa tidak mengertinya kamu...

8 februari 2017.
dari yang kau jemput dalam mimpi...

Cerita TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang