Chapter 3: Edenia's Real Feelings

98 5 1
                                    

Malam itu, Selenica datang ke Royal perpustakaan, melihat Kouen sedang membaca gulungan dari tulisan bahasa Toran, Selenica pun menghampirinya. "Kau benar-benar terhanyut oleh bahasa itu, Kouen." Kouen menatap, "Memang, aku menyukai sejarahnya ini pengetahuan yang ingin kucari, jika kau ingin memberi alasanmu tentang tadi pagi, Edenia atau adikmu memberitahu tentang hal itu." Selenica hanya tersenyum, "Aku sudah tahu itu, ini tentang masalah Edenia dan Kouha, menurutmu apakah mereka cocok?" Kouen hanya diam, dan keheningan ini membuatnya kesal. "KOUEN BAKA! Mati saja kau!" Selenica keluar ruangan sambil membuat langkah kaki yang keras, Kouen hanya memijat kepala.

~Keesokan pagi~

Edenia berjalan dan orang-orang sekitarnya memberi hormat, ntah mengapa dia sampai ke ruangan Kougyoku, dan wanita berambut merah itu menghampiri, "Edenia, apa yang kau lakukan disini?" Kougyoku mengedipkan mata. "Oh, tidak aku hanya sedikit bosan." Dia mengelak sebenarnya dia berjalan untuk mencari sosok lelaki berambut pink panjang itu. Kougyoku pun serasa bisa membaca pikirannya, dari arah berlawanan muncul lelaki yang ia cari. "Apa yang kalian berdua lakukan?" Kata Kouha. Kougyoku melihat tatapan Edenia pada kakaknya itu. Wanita berbaju kimono itu pergi, "Aku harus pergi sebentar,  Onii-sama, kau bisa menemaninya sebentar?" Kougyoku sedikit gugup dan pergi layaknya angin. Seluruh ruangan itu pun menjadi hening, 'Sialan, Kougyoku mengapa kau meninggalkan aku dengannya?' Pikirnya didalam hati.

Selama 5 menit keheningan berlanjut, Kouha mulai berbicara kepada sang pendeta tersebut. "Kalau tidak salah namamu Edenia kan? Kenapa wajahmu mirip sekali dengan Nee-san?" Kouha bertanya. "Iya, aku Edenia. Well, aku dan dia adalah saudara kembar." Dia menjawab. Sang pendeta ini hanya gugup dan mulai melakukan komat-kamit. Kouha melihat dia bergetar dan memutuskan menarik tangannya, dan pergi ke kota. "Ayo, ikut aku." Edenia serasa ditarik oleh pemuda tersebut. "Pangeran Kouha, tapi..." Kouha hanya diam dan terus menariknya. Dari kejauhan Selenica melihat Kougyoku yang melihat dari celah dia pun melihat adiknya dibawa Kouha pergi. "Mereka sepertinya cocok." Kougyoku berbicara sendiri. "Iya, kau benar." Kougyoku mulai kaget karena Selenica muncul begitu saja dibelakangnya. "Nee-san sejak kapan kau ada dibelakang ku.?!" Selenica tersenyum. "Sedari tadi ku melihat Edenia ditarik oleh Kouha. Mereka sepertinya akan menjadi sesuatu yang menarik. Oh, ya Sinbad besok akan kesini." Selenica mengingatkannya.

~Di Kota Rakushou

"Pangeran Kouha, kita mau kemana sebenarnya?" Kouha menatapnya. "Tidak ada, tapi sepertinya kau agak gugup jadi ku ajak kau kemari, berhentilah memanggilku 'Pangeran'. Panggil saja Kouha." Edenia tersenyum. "B-baiklah, Kouha." Dia pun berjalan disampingnya. "Kouha, bolehkah aku m-m-megang tanganmu?" Edenia mulai gugup, Kouha pun sedikit kebingungan dan hanya mengganguk, dia memegang tangan Kouha dengan merasa gugup karena orang-orang sekitar melihatnya berjalan berduaan dengan Pangeran ketiga.

~Time Skip~

"Kouha-sama." Panggil Reirei salah satu pengikut Kouha, lalu Kouha menengok. "Ada apa?" Kouha pun bingung. "Kau dan Nona Edenia dipanggil ke Royal Perpustakaan oleh Kouen-sama." Kouha pun berjalan kesana. Reirei, Junjun, dan Jinjin hanya memberi hormat."mengapa kita dipanggil ya, Kouha?" Kouha berjalan. "Mana ku tahu, aku tak bisa membaca pikiran Kak En." Sesampainya disana terlihat ada Kouen sedang duduk, Koumei yang sedang duduk, dan Selenica yang berdiri. "Ada apa kau tiba-tiba memanggilku Kak En?" Kouen menatap, "Karena Sinbad akan datang besok, kau harus bersiap besok pagi." Edenia memotong pembicaraan, "Dia datang ya? Apa aku harus ikut juga? Aku tidak suka pesta seperti itu." Selenica mendekati Edenia. "Tetapi kau adalah kepala Pendeta, mau tidak mau kau harus." Edenia menghela nafas. "Hei, Kouha. Menurutmu bagaimana sifat adikku ini?" Kouha melihat Edenia tersipu malu dan menghadap dinding agar tidak ketahui, sementara Selenica tersenyum. "Apa sih? Aku ga ngerti." Koumei pun tertawa. "Kak Mei, ada apa sih? Kok malah ketawa.?" Koumei menatap adiknya, "Kau harus cari tahu sendiri." Kouha menghela nafas. "Baiklah. Aku akan pergi." Sebelum dia keluar ruangan dia menarik Edenia. "Oh liat, Koumei. Bukankah mereka pasangan yang manis?" Koumei menggarukkan kepala. "Nee-san, apa kau merencanakan sesuatu?" Wanita berambut pirang itu hanya tertawa. "Aku akan kembali ke kamar, pastikan kau tidur, Kouen." Dia pun tersenyum dan meninggalkan tempat tersebut.

Keesokan paginya~

Kapal Sindria telah datang, Para Jendral kekaisaran datang dan memberi hormat. "Selamat datang, Sinbad. Di Kekaisaran Kou." Kata Kouen. "Terimakasih untuk sambutannya." Dia pun tersenyum. "Siapakah wanita yang cantik ini?" Kouen hanya menatap Selenica yang sudah berkeringat. "Aku Jendral Selenica, kenapa?" Sinbad hanya tersenyum. "Kau seperti matahari yang kulihat di negeri ini." Koumei pun menghentikan rayuan sinbad sebelum Kouen membunuh lelaki tersebut. "Raja Sinbad, sebaiknya kau tak melakukan itu. Mari kuantar ke istana." Kata Koumei. "Ada apa, Kouen? Kau cemburu?" Selenica hanya tertawa melihat tatapan Kouen. "Tidak, hanya hayalanmu saja." Selenica hanya memeluknya. "Jangan khawatir yang kulihat dimataku adalah dirimu.

~Malam Pesta~

Dimalam hari, Kaisar mengadakan pesta kedatangan sinbad, diringi oleh sambutan para General juga Keluarga Kerajaan, dan juga sang Pendeta Tinggi. Mereka pun bersulang, dipojokkan, Kougyoku, Selenica dan Edenia baru saja meneguk 2 botol sudah mabuk duluan."Masa baru 2 botol mabuk sih?" Kata Sharrkan. "Kami baru saja pertama kali meminumnya." Kata Edenia. Dari balik pintu bisa terlihat Kouha yang memegang dinding, dinding itu hampir retak dibuatnya. "Nee-san, kau mau tidur?" Selenica menengok kearahnya. "Iya, nanti." Kougyoku menoleh. "Aku belum mau tiduuur." Kata Kougyoku yang tengah mabuk. Sharrkan pun pergi bersama Spartos kekamarnya masing-masing. Kouha pun menghampiri Edenia dan membopongnya ke ruangan kamarnya sendiri. "Kouha? Kouha kok jadi 2?" Kata Edenia. "Kau mabuk berat?" Kata Kouha. "Kouha, aku mencintaimu.!" Disaat mabuk Edenia malah nembak Kouha. "Jangan pernah tinggalkan aku, Aku selalu melihatmu dari bilik tiang setiap kau berjalan. Sejak pertama ku melihatmu." Kouha hanya terdiam dan merebahnya ditempat tidur. "Selenica, ayo bangun. " Kata Kouen. "Apaaa? Aku masih belum mau tidur!" Kouen pun dengan paksa mengendongnya ala bridal style. "Turunkan akuuu, Kouen!" Dia pun memukul Kouen tetapi tidak mempan akhirnya kedua bersaudara yang mabuk itu tertidur dengan lelap.

The Rukh of Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang