'Mengapa Nee-san menyuruhku untuk menjadi murid pindahan sih? Aku adalah Kepala Pendeta terhormat bukan penyihir biasa seperti ini. Aku sepertinya ingin melihat Kouha. Aku harus menyelesaikan misiku.' gumam Edenia.
~Selenica POV
Aku berpikir mereka sudah sampai sekarang di ibukota Negeri sihir tersebut. 'Aku hanya ingin melihat segalanya dari belakang panggung.' Seketika aku bertabrakan dengan Kougyoku, dan dia pun jatuh. "Nee-sann! Aduh!" Kougyoku menatapku dan aku membantunya berdiri. Aku melihat Koubun memberi hormat padaku dan aku mengangguk. "Kougyoku, hati-hati kalau berjalan." Kataku tersenyum. 'Padahal aku juga tidak melihat jalan.' Kougyoku sedikit malu lalu meminta maaf padaku, tetapi aku bilang tidak usah.
~Di Magnostadt, Kodor Exam~
Edenia POV~
Aku melihat para murid murid pindahan itu menunjukkan sihirnya masing-masing. Ku melihat Aladdin menunjukkan sihirnya dan mendapat kelas Kodor keenam. 'Apa yang harus kulakukan?' gumamku. Lalu, sang pengajar memanggil namaku. Aku langsung menggunakan sihir air termudah. "Kodor keempat." Sang pengajar hanya memberiku sebuah medali. 'Apa aku terlalu mudah?' tetapi biarlah setidaknya mereka tidak tahu. Akhirnya kami di arahkan oleh pembimbing menaiki karpet tersebut. "Ayo, Aladdin." Aladdin mulai mengikuti. "Selamat datang ke Magnostadt." Kata sang pembimbing. Semuanya penuh dengan sihir, aku terkejut. "Kalian semua adalah Murid Pindahan dari anggota generasi ketiga di Sekolah Magnostadt yang dibanggakan." Kata sang pembimbing tour kami. "Kau harus beristirahat hari ini untuk Maref besok." Dia melanjutkan.Akhirnya aku pergi mencari ruangan kamarku, aku memasukinya dan bertemu wanita berambut hitam. Aku menaruh barang-barangku terlebih dahulu. "Halo, kau baru juga ya? Aku Sai Lin dari Kekaisaran Kou." Aku kaget saat mendengar itu. Aku mendekatinya, dan membalas jabat tangannya. "Aku Edenia. Aku juga dari Kou sepertimu." Dia pun kaget mendengar hal itu. "Aku tak tahu orang sepertimu ada di Kou. "Begitulah."
Bulan mulai muncul, aku melihat Reirei dari jendela kamarku. "Nona Edenia." dia berbicara pelan. "Kouha-sama memanggil." Aku mulai turun. Dan mengikutinya. Tiba-tiba aku merasakan getaran Eye of Rukh milik Nee-san. "Edenia!" Aku kaget. "Nee-san, jangan buat aku jantungan." Kakakku hanya tertawa. "Kau sudah sampai? Kau bisa membiarkan eye of rukh ini berada disisimu, jadi aku bisa melihatnya." Aku mengangguk. "Ngomong-ngomong kamu mau kemana?" Kakakku mulai bingung. "Ke tempat Kouha kenapa?" Jinjin mulai terlihat dari Eye of Rukh. "Jinjin! Baiklah. Aku harus pergi dulu. Nikmati malammu yang indah." Selenica tertawa. "Nee-san!".
"Halo Edenia." Kouha melambaikan tangannya padaku. Aku mendekatinya perlahan dan duduk disampingnya. "Kouha, mengapa kau memamggilku. Besok aku ada kelas lho." aku tersipu malu. "Aku akan disini selama 2 bulan, bagaimana denganmu?" Kouha memelukku. "Aku tidak tahu." Aku mulai membalas pelukkannya. "Edenia, aku ingin mengatakan sesuatu. Aku mencintaimu." Angin bertiup disaat dia berbisik padaku. "Aku.." Kouha menciumku karena sepertinya dia sudah tahu jawabannya. Kami berdiam selama 2 menit, karena aku kehabisan nafas, kita melepaskan ciuman dan menatap satu sama lain. Aku menaruh kepalaku di dada Kouha dan tertidur.
~Kouha POV~
"Ya ampun dia sudah tidur.." Aku menggendongnya ala bridal-style dan melihat Junjun mendatangiku. "Kouha-sama kau mau kemana?" Reirei dan Jinjin berdiri dibelakang Junjun. Aku menengok sedikit. "Aku hanya akan membawanya ke kamar, kalian tunggu saja." Mereka hanya membungkuk. Sesampainya disana, aku merebahkannya ditempat tidur dan menyadari seseorang sedang tidur. Aku mengusap pipinya. "Selamat malam, tidur yang nyenyak ya." Aku berbisik.~2 bulan telah berlalu~
~Edenia POV~
Hari ini adalah Ikthiyar bagi Kelas Aladdin aku harus melihatnya. Selama disini aku sudah semakin mengerti dan mencapai Kodor Pertama. Aladdin di panggil. Aku tersenyum. "Kau Sphintus ya?" Pria berbadan hitam itu menatapku. "Iya, kenapa?" Aku tersenyum. "Aku adalah teman Aladdin." Dan kami mulai dikejutkan oleh sihir gabungan api dan angin oleh Aladdin. "Aku bangga denganmu Aladdin." Edenia menangis terharu, Sphintus tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rukh of Destiny [COMPLETED]
FanficCerita ini diangkat dari magi chapter 116, dan diambil dari prespektif Kou Empire. Tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Just for fun.