~Edenia POV~
Setahun setelah Kouha kembali ke Kou, aku masih menetap disini tetapi kami sering berkomunikasi melalui Eye of Rukh setiap malam. Tetapi, malam ini semua pengajar dan murid-murid berkumpul berpesta ria. "Bersulang." kata segerombolan murid. Aku melihat Aladdin dan Sphintus dan teman-temannya melempar Meiers ke udara berkali-kali. Mereka bersorak sorai nama pengajar itu. Ku mendatangi dimana Aladdin dan Sphintus duduk. "Yo, Aladdin, Sphintus.!" kata ku. "Halo Nee-san." Aladdin sambil mengunyah. "Siapa yang mengira kau akan dinamai Siswa berprestasi?" kata Sphintus. "Aku bangga padamu, Aladdin.!" aku menangis terharu. "Kita masih belum tahu tentang itu." Aladdin tersenyum. "Kau juga berhasil naik ke kodor pertama juga." Sphintus menghela nafas. "Ya, butuh perjuangan sih." Aku menatap keduanya. "Aku juga berhasil masuk ke kodor pertama." Sphintus berteriak, "Aku tahu kau pro dalam sihir jadi ga usah pamer.!""Kalian dengar! Kalian bocah-bocah telah memberikan yang terbaik. Dari 123 murid juga dari generasi ketiga dari murid pindahan, hanya tersisa 20 orang saja yang bertahan. Tetapi kalian tahu, kodor kedua dan dibawah harus mengulangi kelas lagi. Dari semua teman sekelas, hanya tiga orang yang akan di promosikan ke tahun kedua!" Meiers untuk menunjuk ku, Aladdin dan Sphintus. "Aladdin dari Sindria, Edenia dari Kou, dan Sphintus dari Heliohapt!" Mereka terlihat senang dan memberikan salam selamat padaku, Aladdin, dan juga Sphintus. "Berjuang ya, kalian bertiga. Demi kami semua.!' Sai Lin memberikan bunga kepada Aladdin juga padaku. "Kami pasti akan naik kelas juga, pastinya! Kata pria berambut mereka itu. "Ya." kata Aladdin. "Terutama kau, Aladdin. Tak ada ragu dipikiranku kau akan dinamai murid berprestasi. Kau adalah kebanggaan kelas kami." kata Meiers, guru-guru pun tersenyum. "Ya, bu! Terimakasih semuanya." Aladdin tersenyum.
Aku akhirnya kembali ke kamar. Eye of Rukh ku bergetar. "Nee-san, ada apa?" kataku. "Apa kau menemukan sesuatu yang aneh? Kau tak bisa tinggal berlama-lama disana, jalankan tugasmu, Edenia." Nee-san hanya memasang tampang serius padaku. "Baik, aku akan coba." seketika Eye of Rukh itu tidak menampakkan bayangan Nee-san lagi. Aku mulai mengganti pakaianku untuk mengganti pajama. Sai Lin masuk, dan dia tertidur. Eye of Rukh ku menyala lagi. Tanpa melihat, aku menaruhnya di meja tanpa busana sekalipun. "Apa lagi Nee-san? Aku sedang tidak mood untuk mendengarmu." Kouha muncul dari bayangan Eye of Rukh, "Nee-san? Apa maksudmu Edenia? Dan mengapa kau tak..." pipi Kouha memerah. Aku langsung kaget, ternyata dia. Aku hampir berteriak. "Kouha bodoh!" Aku tersipu malu, dan mengambil Eye of Rukh itu. "Hmm, ngomong-ngomong kamu kenapa? Gak biasanya moodmu begitu? Kapan pulang, aku rindu lho." Edenia menghela nafas. "Aku tidak tahu, sebelum ku sadar, aku telah menyukai tempat ini. Oh itu, Nee-san menyuruhku untuk serius melakukan misi ini." kata ku. "Kau tahu? Junjun, Jinjin, dan Reirei besok kesana. Mereka akan bersamamu seminggu." Aku hanya menggaruk kepala. "Aku tidur dulu ya Kouha besok ada Iktiyar." Ku mencium eye of rukh itu, dan Kouha melakukan yang sama." Aku mulai tertidur. "Selamat malam, sayangku." Bisik Kouha.
~Keesokan paginya. ~
"Baiklah, aku akan mengumumkan nama-nama murid berprestasi di setiap kelas." Kata sang perwakilan guru. Semua anak-anak duduk dengan rapi sambil mendengarkan. "Tahun ini, anak baru yang lulus di kelas tertinggi adalah..." kata sang perwakilan pengajar. Semuanya menatap Aladdin sambil tersenyum. "Generasi keduabelas, Titus Alexius!" balasnya. 'Alexius? Sepertinya ku pernah dengar, oh yang menguasai Leam.' gumam Edenia. Aladdin dan yang lain kaget, sementara yang dibelakang bersorak-sorai. "Itulah Tuan Titus kita." kata seorang pemuda. Edenia, Aladdin, Sphintus dan yang menengok kebelakang. "Tolong tunggu sebentar! Aladdin adalah murid berprestasi disini!" protes Sphintus. Yang lain berseru yang sama. "Memang benar, tahun ini kita memiliki dua murid pindahan yang berbakat." balas perwakilan pengajar itu. "Pertama, Aladdin. walaupun memiliki level magoi yang kecil, dia punya ide yang menarik untuk menyatukan elemen sihir." balasnya. "Dan melihat dia berusaha keras mengingatkanku pada jenius legendaris, Yamraiha. Tetapi, pemuda ini melampaui Aladdin. "Titus, naik keatas podium." lanjutnya. "Baik." kata Titus.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rukh of Destiny [COMPLETED]
FanfictionCerita ini diangkat dari magi chapter 116, dan diambil dari prespektif Kou Empire. Tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Just for fun.