Chapter 9: The War Begins

42 2 0
                                    

~Edenia POV~
'Aku harus pergi mendatangi Kouha sekarang.' pikirku. Aku pergi ke kamarku dan mengganti pakaianku, lalu aku terbang dan meninggalkan Magnostadt sebelum perang dimulai. Hatiku berdetak kencang karena aku tak sabar menemui Kouha. Akhirnya aku turun dan Meihou menyambutku sambil memberi hormat. Aku memegang pundaknya untuk berdiri. "Meihou, senang melihatmu lagi. Kouha dimana?" ku tersenyum. "Kouha-sama ada di dalam. Mau ku panggilkan?" Aku mengangguk. "Tapi jangan bilang aku  yang manggil ya?" Meihou hanya memberi hormat dan pergi berlari.

~Kouha POV~
Aku diam dan duduk di tenda basecamp Kou sebelum aku akan pergi ke Magnostadt, lalu aku mendengar seseorang berlari. "Ada apa?" kataku malas. "Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu diluar." Kata Meihou. "Siapa?" tanyaku. "Dia tidak memberitahukan siapa dirinya, tetapi sangat penting." balas Meihou lagi. Aku berdiri dan pergi keluar dengan malas, lalu aku melihat bayangan seorang wanita dari belakang tubuhnya. "Kau.." Kouha berlari kearah wanita itu dan memeluknya.

~Di basecamp Kou~

Edenia berlari dan memeluk pemuda berambut pink itu sambil menangis. "Kouha..Kouha!" Edenia memelukknya Erat. Junjun, Reirei, Jinjin, juga Meihou menyaksikan adegan berpelukkan kedua pasangan itu dan menangis juga. "Kouha-sama..selamat ya!" kata Reirei sambil menangis. Edenia dan Kouha masih berpelukan dan melepaskan satu sama lain. "Aku senang melihatmu lagi, Kouha." kata Edenia sambil menangis. Kouha mengusap airmataku perlahan. "Jangan menangis, aku tidak suka melihatmu menangis." kata Kouha tersenyum, aku pun tersenyum. "Meihou, tinggalkan aku sendiri dengannya. Mulailah memanggil para prajurit berkumpul, kita akan segera pergi ke Magnostadt.!" kata Kouha. Mereka hanya mengangguk dan pergi. "Kouha, aku sangat mencintaimu." aku memeluknya lagi. "Aku juga." Kouha memeluknya juga. "Mari kita pergi ke Magnostadt bersama." Kouha mengangguk. "Kau ingin naik kuda bersamaku?" Edenia menggelengkan kepala. "Kenapa?" Kouha berkata sambil cemberut. "Aku lebih baik terbang." Aku hanya tertawa sedikit dan Kouha menarik lenganku dan menciumku, aku mencoba melepaskan tetapi dia menggenggam tanganku sangat erat. "Hmmph..hmph." Kouha mundur dan melihat wajahku yang memerah dan tertawa. "Itu wajah apa tomat?" Aku hanya menunduk kebawah karena malu. "Bodoh! Hmph." Kouha memegang tanganku lagi. "Ayolah, jangan marah. Kan enakan senyum." Kata Kouha mencubit kedua pipiku. Lalu Edenia hanya berbalik ke belakang dan mengusap pipinya.

~Basecamp di pegunungan.~
~ Selenica POV~
Aku melihat sebuah adegan yang sangat menarik dari Eye of Rukh aku tersenyum sampai Seishuu melihatku dan mencoba memanggilku. "Hime-sama mengapa kau senyum-senyum sendirian seperti itu?" Aku kaget dan menengok. Lalu Seishuu melihat dari Eye of Rukh kaget melihat pemandangan yang ia lihat dari Eye of Rukh tersebut. "P-p-pendeta tertinggi dicium oleh Kouha-sama?" Kin Gaku pun mendatangiku dan mempunyai reaksi yang sama. "Mereka pasangan yang manis bukan?" kataku. Seishuu mengusap dagunya dan mengangguk. "Apa Kouen-sama mengetahuinya?" kata dia tersenyum. Aku mengangguk. "Berarti ada dua saudara kembar yang akan menjadi pasangan kedua pangeran Kou, itu manis." Kata Gin kaku. Seketika aku memukul keduanya. "Jangan beritahu siapa-siapa.! Atau kalian ingin mati?" aku mengancam dan mereka berlari terbirit-birit meninggalkanku. 'Edenia semoga kebahagiaanmu ada padanya.' aku berdoa.

~Edenia POV~
Malam telah tiba, tetapi kita akan segera bersiap-siap pergi ke Magnostadt. Aku berbicara dengan Junjun, Jinjin dan Reirei dengan baik. Lalu Kouha datang dan kami makan bersama. Meihou pun datang. "Kouha-sama, Pendeta tertinggi semuanya sudah siap." Kata Meihou memberi hormat. Kouha menarik tanganku dan mengajakku keluar untuk segera pergi ke medan perang. Kouha lalu menaiki kudanya dan ku melihat banyaknya prajurit. Aku kaget tetapi tetap bersikap biasa. Dari langit barat ku merasakan energi rukh hitam diarah Magnostadt. Aku memegang dadaku dan berkeringat. Kouha melihatku dan sedikit khawatir. "Apa kau tidak apa-apa Edenia?" aku hanya diam. 'Mogamett, aku tak pernah menyangka kau akan melakukan ini.' pikirku. "Edenia?!" Kouha berteriak. Aku mengedipkan mata dan menatap Kouha. "Ada apa?" aku menjawab. Dia mengusap rambutku perlahan. "Ada apa katamu? Aku yang harus tanya dong, kenapa tadi malah bengong?" Kouha menghela nafas. "M-maaf.." Kouha masih mengelus rambutku dan melihat raut wajahku yang sedih. Dan dia mencubit pipiku lagi. "Udah dibilang senyum aja jangan manyun gitu." Kouha berkata. "Iya.." Kouha pun bersiap-siap. Aku juga bersiap menaiki tongkat sihirku.

The Rukh of Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang