~Edenia POV~
Setelah kejadian itu, aku kembali ke kamar. Dan melihat Junjun, Jinjin, Reirei mendatangiku. "Nona Edenia, kau baik-baik saja?" kata Reirei. khawatir. "Nona Edenia, Kouha-sama ingin berbicara denganmu, lihat eye of rukh mu." kata Jinjin. Aku melihat eye of rukh-ku dan melihat Kouha berbaring di ranjang. "Edenia, aku khawatir kenapa kau tak menghubungiku. Aku khawatir sesuatu terjadi. Ada masalah apa?" kata Kouha. "Aku baik-baik saja, tetapi aku hampir mati sepertinya." aku hanya 'hehe' saja. "Kouha? Kenapa diam?" kataku bingung. "Oh, gak apa-apa. Aku hanya sedikit berpikir." Aku sambil ber-Oh ria dan melihat sepertinya dia akan marah. "Aku mau tidur, aku capek." kataku. Jinjin mengantarkanku kekamar. Dan aku melihat Kouha sebelum tidur. "Selamat malam, Kouha yang imut!" seruku. "Aku tidak imut, ya sudah mimpi indah ya, sayang." aku mengangguk. Aku tidur terlelap.~Keesokan harinya~
Aku bangun pagi-pagi, dan menuju ke kelas, semuanya sudah ada kecuali Aladdin. "Aku sudah tau dari raut wajahmu, Sphintus dan Titus." Aku hanya menghela nafas. Dan Aladdin datang duduk disebelah ku. "Apa kalian baik-baik saja?" kata Aladdin. Aku mengganguk. "Ya, karena penyihir dokter disini merawat kami tanpa henti." kata Sphintus. "Bukan hanya itu saja, ku dengar kita bisa masuk dan pergi ke Autorisasi Distrik level 5 sesuka kita." lanjut Sphintus. Titus hanya cemberut disaat Sphintus menunjuknya. "Setelah yang satu ini berdebat sama kepala sekolah, ia hanya menyerah dan memberikan ijin." Aku hanya menghela nafas. "Dia tetap menginginkan untuk bertemu Marga lagi." lanjut lagi. "Titus." Kata Aladdin. Dia hanya 'hmph'. "Pengajar ada disini." kata Sphintus. Aku mendengarkan dia berbicara seksama. 'Berbeda?' ....' pikirku.Selama beberapa jam, kami mendengarkan dan melihat Must'asim 70 tahun yang lalu. "Titus, Sphintus, Edenia, Aladdin. Katakan apa yang kalian lihat dibawah tanah." kata Matal Mogamett. Titus berdiri dari kursinya dan berteriak. "Dibawah tanah, ada 200 ribu orang yang magoinya dihisap dan hidup secara tidak adil!" Mereka kaget. "Tidak adil? Emang faktanya itu?" kata Mogamett. "Apa?" kata Titus. "Memang benar, hidup pasti sulit bagi yang mempunyai magoi sedikit." balas Mogamett. "Goi tidak berbeda dari hewan ternak." Mogamett tersenyum. Kami semua kaget. "Mengapa kau bisa mengatakan itu dengan senyum?" kata Sphintus. Aku hanya mendengar Titus dan Mogamett berdebat.
"Kami akan membuat negeri para Penyihir!" kata Mogamett. "Kita harus menguasai para Goi tersebut, yang tidak bisa menekan hawa nafsu mereka." lanjutnya. 'Nee-san kau melihatnya bukan? Apa jawabanmu?' pikirku. "Personafikasi kejelekan, bukannya itu kau, Mogamett?" kata Titus. "Kau hanya ingin menjadi raja, bukannya gitu?" Titus menunjuk. "Enggak, Titus. Aku hanya kepala sekolah di sekolah ini." kata Mogamett mengelak. "Tentu saja, jika negara ini dibuat, atau ku mendapat dukungan orang-orang, aku akan mengambil tanggung jawab seorang raja juga." lanjutnya. "Siapa yang mau mendukungmu?" Balas Titus. Dia mengepalkan tangannya. "Setelah kondisi yang menyedihkan di Level 5 Autorisasi Distrik..." kata Titus. "Level 5 Autorisasi Distrik?" kata pria berambut merah. "Dibawah tanah banyak orang magoinya terhisap, dan seseorang yang diam saja setiap hari! Anak berumur 5 tahun Marga, lahir disitu, masih dihisap magoi dari tubuhnya walaupun tubuhnya telah dilemahkan oleh penyakit. Dia cuma punya satu tahun untuk hidup..! Dia bilang padaku mimpinya itu untuk keluar! Emang kau bisa mengatakan hal yang sama didepan mata gadis itu? Ha?" kata Titus. 'Kapan selesainya?' pikirku. "Yaudah tinggal bawa keluar aja anak itu." kata Mogamett dengan simpelnya. Titus aja hanya terdiam menerima perkataan Mogamett Aladdin pun berdiri. "Ada apa, Aladdin?" kata mogamett bertanya. "Ku pikir kau salah, Kepala sekolah." kata Aladdin. Titus menengok ke Aladdin. "Aku juga mau mengeluarkan Marga dari sana!" balas Aladdin. "Apa kau berkata 200.000 ribu orang ditakdirkan mati karena kehabisan magoi untuk mrmbuat yang hidup yang diatas nyaman? Itu gila." tanya Aladdin lagi. "Aladdin, dibawah sana sudah menurun drastis sejak jaman Raja Musta'sim." 'Aku mulai bosan.' menghela nafas. "Dengarkan aku, murid-muridku yang tercinta! Itu bukan keinginanku untuk menindas para Goi. Ku hanya ingin membuat negara dimana semua orang bisa hidup dalam damai. Walaupun sudah ku katakan, penyihir dan Goi adalah makhluk berbeda. Dan penyihir yang harus bisa membimbing semuanya ke dunia yang lebih maju!" kata Mogamett memukul meja. Para murid hanya shock atau sudah tidak tahu lagi berpikir apa. "Untuk membimbing semuanya juga, itulah mengapa penyihir lahir!" lanjut Mogamett.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rukh of Destiny [COMPLETED]
Fiksi PenggemarCerita ini diangkat dari magi chapter 116, dan diambil dari prespektif Kou Empire. Tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Just for fun.