Chapter 16: Our Days in Isolated Place

22 1 0
                                    

~ 3 hari kemudian~

~Edenia POV~

Aku hanya duduk dan merawat Koumei yang terluka disini. Sementara kakakku seperti mayat hidup setelah Kouen di eksekusi. "Edenia, maafkan aku..." kata Kouha. "Tidak apa..aku senang kau hidup." Kouha memelukku. "Lagipula, kau akan senang bukan?" Kouha bingung. Aku menarik tangan Kouha menaruhnya di perutku. Kouha masih kebingungan. "Maksudnya apa?" kata Kouha. Aku menghela nafas. "Aku dan Nee-san akan punya anak!" seruku. "Anak? kau hamil?" Kouha tambah kebingungan. Kouha memelukku. Seketika ada prajurit yang datang. Memanggil kamu semua. "Ikut aku." katanya. Aku, Kouha, Koumei dibopong oleh salah satu prajurit dan Nee-san, Selenica kaget ketika melihat... "Tidak mungkin.." kata Selenica menangis. "I-itu.." kata Kouha. "Tidak mungkin." Kata Koumei. "Kouen, aku merindukanmu." Kataku. "Hidup seperti ini gak buruk juga." Kami semua memeluk Kouen. 

~Selenica POV~

"Selamat datang kembali, Kouen." kataku tersedu-sedu. "Iya, aku pulang." Dia mengecup peningku perlahan. Aku membopong Kouen ke rumah kami yang sekarang kami tinggali dan merebahkannya ke tempat tidur. "Maafkan aku tidak pernah mengatakanya, padahal aku tahu kalau.." Kouen menatapku dan langsung memelukku. "Kau tak usah memikirkan itu lagi, sekarang sebaiknya kita hidup sebisa kita." Aku mengganguk.

~Keesokan paginya~

~Edenia POV~

Aku terbangun dari tidurku dan menyadari Kouha tidak ada disebelahku. Aku mengusap mataku dan melihat Kouha membawa ikan-ikan itu. "Apa ini?" Aku kebingungan. "Oh, kau sudah bangun. Aku sedang membawakan ikan-ikan ini untuk kita semua makan. Seharusnya kau didalam rumah saja tidak usah keluar." Kata Kouha. Aku cemberut. Kouha mendekatiku dan mencubit pipiku. "Jangan manyun, kan udah dibilangin. Kenapa ngeyel?" Balas Kouha. "Biarin aja, suka-suka aku!" Balas ku. Kouha menggaruk-garuk kepalanya dan mengelus perutku. "Semoga kamu ga kayak mamamu ini.." Kouha bergumam dan aku tertawa. "Kan belum bisa ngomong, kenapa jadi ngomong?" Kataku. "Ah, mamanya ganggu aja ya dek.." kata Kouha. "Ehem!" kata Selenica. "Kalian bisa bermesraan disini?" balasnya. "Nee-san, aku sedang senang sekali aku bisa bersama Edenia, kenapa kau menganggu saja?" kata Kouha. "Aku tahu kau hamil kak En itu artinya aku akan jadi paman sekaligus Ayah bagi anak yang ada di perut Edenia." balas Kouha lagi. "Bukannya itu bagus?" kata Selenica. Kami berdua tertawa, Kouha menatap kami kebingungan. "Ayo masuk kedalam kita makan sama-sama." kataku.

Kami semua makan layaknya sebuah keluarga, pertama kalinya dalam hidupku aku bisa merasakan ini bersama Kouha, mungkin hidup seperti ini tidak buruk juga. Aku senang dan bahagia sekali. "Hidup seperti ini tidak buruk juga." Kata Selenica sambil mengunyah makanan. "Kau benar, Nee-san." kataku. "Mungkin tidak buruk juga, aku ingin keluarga ini diselimuti kebahagiaan." Kataku Kouha hanya merangkulku. 

~Setelah selesai makan~ 

"Edenia, kau bisa memotong rambutku?" tanya Koumei. "Baiklah, tapi kenapa?" Kataku bingung. "Aku hanya ingin, lagipula ini kehidupan baruku." balas Koumei. "Baiklah." Aku memotong rambutnya dan setelah beberapa menit. Aku memberikan kaca kepada Koumei. "Nih." Dia mengangguk. "Tidak buruk juga, terimakasih ya!" kata Koumei. "Kouha." kataku memanggil. "Ada apa?" kata Kouha menengok. "Aku bosaaan..." kataku. "Ih, mama jangan rewel ah!" kata Kouha mengejek. "Tapi..." kataku lagi. "Udah tidur aja sana!" katanya. 

The Rukh of Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang