Chapter 4: Showdown of Power

75 4 0
                                    

~Keesokan paginya~

Edenia terbangun dari tidurnya dan menyadari dia ada di ruangan yang ia tidak tahu, dia memegang kepalanya, "Aduh, kepalaku masih sakit karena sake semalam." Saat dia bergumam, dia menemukan sebuah surat di meja dan membacanya, ada sebuah botol disebelahnya. "Oh, lah terus ini kamar siapa?!" Dia melihat sekeliling lalu meminum teh hangat didalam botol tersebut. Edenia bisa merasakan ada langkah kaki mendekat, siluet itu mendatanginya dan ternyata adalah Kouha. "K-k-kouha, ini kamar siapa?" Edenia dengan gugup bertanya. Kouha hanya duduk disampingnya dan mengusap rambutnya. "Ternyata kau sudah bangun? Ini kamarku emang kenapa?" Edenia hanya diam dan mukanya tersipu bagaikan api yang berasap. "Kamarmu? Kenapa aku bisa ada disini?" Kouha pun menjelaskannya bahwa semalam dia mabuk lalu ia yang membopong Edenia ke kamar. Junjun memasuki ruangan tersebut, dan memanggil Edenia bahwa Selenica memanggil dirinya. "Pendeta, Nona Selenica ingin bertemu denganmu di taman." Junjun berkata. "Baiklah. Kau mau ikut Kouha?" Edenia tersenyum dan Kouha hanya diam, Edenia pun bangun dan menariknya.

Selenica berdiri di sebuah taman dan memikirkan sesuatu, dari balik bilik tersebut Edenia dan Kouha pun muncul, "Nee-san, mengapa kau memanggilku?" Kata Edenia. Selenica hanya menatap dan memanggil pedangnya yang ada di dimensi lain, "Gremory." Dia pun menodongkan pedangnya ke Edenia, serentak Kouha dan pendeta itu kaget. "Nee-san, kenapa kau melakukan itu kepada adikmu?" Kouha kaget. Edenia hanya tertawa dia mengetahui apa yang kakaknya ingin kan, 'ya dia menginginkan sesuatu yang menarik. Edenia pun mengeluakan staff kecilnya di beri magoi dan berubah bentuk menjadi panjang. Mereka melayang di udara, "Apa yang kalian berdua lakukan?" Kata Kouha. "Kau lihat saja nanti." Kata Edenia tersenyum. Dia pun merentangkan pedangnya ke udara. "Roh penebar Kekacauan dan Takdir, atas nama Magoi-ku, dan di dalam nama keinginanku yang lebih kuat, Aku memerintahkan mu dan anggotamu, Datanglah, Gremory!" Selenica berubah menjadi berbeda dengan djinn equipnya. Edenia hanya tersenyum, "Nee-san mari kita mulai." Kouha hanya ketakutan dan pergi memanggil kedua kakaknya.

Selenica mencoba menyerang adiknya, tetapi sepertinya borg milik Edenia tidak bisa di serang begitu saja, Wanita berambut pirang itu mencoba menyerangnya, "Sharrar Baraq!" Edenia menyerang kakaknya membabi buta, tetapi sepertinya Selenica membuat 'barrier' di sekitarnya layaknya sebuah borg. "Nee-san, apa kau yakin?" Edenia menatap. "Oh, tentu. "Ashraqat Al Saros!" Selenica menembakkan pancaran sinar, Edenia pun sigap dan memasang dinding uap di sekitarnya, "Sharar!" Mereka bertarung cukup lama, dan berpindah ke tepi lautan untuk menghindari kerusakan yang terjadi jika bertarung. Kouha hanya ketakutan, Koumei bingung, Kouen hanya diam, lalu Judal hanya cengar-cengir. "Kak En, kalau kita tidak menghentikan mereka Kekaisaran ini akan hancur!" Kata Kouha, Koumei hanya mengganguk, Judal memotong pembicaraan, "Dari mata mereka, sepertinya mereka akan bertarung sampai salah satu dari mereka tidak kuat lagi. Artinya sampai salah satu dari mereka mati." Kougyoku shock. Sinbad dan Sharrkan hanya berdiam.

"Nee-san, bagaimana kita mengeluarkan seluruh kekuatan kita?" Selenica mengangguk, lalu dia lepaskan djin equip dan berubah menjadi seseorang yang memakai pakaian layaknya kimono transparan, begitu juga dengan Edenia. Seketika lautan bergelombang disaat mereka bertarung, Edenia bertarung menggunakan staffnya serasa itu sebuah pedang, mereka pun bertarung. Sampai.. "Kak En, kalau mereka bertarung terus dunia bisa hancur, kau mau tidak bisa mendapatkan gulung torran atau sejarahnya?" Seketika Kouen beraksi dan menyuruh judal untuk kesana. "Mengapa aku? Aku tak bisa melakukannya disaat mereka serius. "Ya coba saja." Perintah Kouen. "Akan ku coba." Judal datang mendekati mereka yang sedang bertarung dengan sengit dan mengoyangkan tongkat kecilnya, berharap efeknya bisa muncul. Dan doanya terkabulkan, kedua wanita itu akhirnya jatuh tersungkur diatas karpet.

~3 hari kemudian~

Edenia terbangun lagi ditempat yang sama yaitu, kamar Kouha dan menyadari Kouha tertidur disebelahnya dengan reflek dia pun berteriak dan menendang Kouha. "aaaaahhh!." Seketika Kouha bangun dan menutup mulutnya. "Ngapain teriak sore-sore gini? Berisik tau." Kouha dengan malasnya menjawab. "Mengapa aku disini lagi, sudah berapa hari ku tertidur?" Kouha menatap dan mendirikan tiga jarinya. "3 hari? Lama ya..hehe." Edenia tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya." Nee-san sudah bangun.?" Kouha memberikannya segelas air kepadanya. "Nih minum dulu, Iya udah kok kemarin. Sinbad besok pulang. Untungnya kau tidak apa-apa." Kouha tiba-tiba tersenyum dan dada sang pendeta itu terasa berdegup kencang. 'Bersikap Rasional...' lelaki berambut pink itu menggerakkan bahunya. "Edenia, kau kenapa?" Dia pun mendengarnya, "Oh tidak..tidak apa-apa. Kok." Kouha memegang bahunya dan mencoba memeluknya. Serentak wanita itu kaget karena dipeluk. "K-k-kouha!" Kouha hanya mengelus kepalanya. "Gak usah teriak, biarkan kita sementara seperti ini." Edenia hanya mengangguk.

~Di Royal Perpustakaan~

"Sinbad besok pulang ya? Dan Hakuryuu akan pergi kesana untuk belajar. Kougyoku katanya mau ikut Kouen. Gimana ini?" Kouen hanya menatap wanita didepannya. "Biarkan saja kalau dia mau ikut." Selenica hanya berpikir. "Target kita berikutnya Magnostadt, ya? Aku ingin yang memimpin negosiasi nanti adalah Kouha, kau tidak keberatan kan?" Kouen hanya sibuk dengan gulungan torran yang ada didepan matanya, Jidat Selenica hanya mengernyit dan membiarkannya membaca. Selenica keluar dari ruangan tersebut dan melihat Kougyoku, "Hei Kougyoku." Dia menengok. "Ada apa Nee-san?" dia bertanya. "Karena kau besok akan pergi, bawa eye of rukh ini bersamamu." Dia memberikan sebuah alat sihir kepada wanita berambut pink itu. "Untuk apa.?" Selenica hanya tersenyum. "Bawa sajalah. "Oke, baiklah kalau gitu."

The Rukh of Destiny [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang