~Pagi hari di dataran tinggi Tenzan~
Pagi itu semua prajurit dan semua kalangan yang memberikan kesetiannya pada Kouen, Selenica memberikan autoritas penuh kepada Koumei didalam pertemuan ini. "Ini adalah perang besar-besaran untuk merebut kembali ibukota, tetapi disaat semua keluarga kerajaan Kekaisaran Kou sebagai Pengguna Wadah perak, dan juga Pendeta tertinggi ada disatu tempat.." kata Lelaki itu berkeringat. "Hari ini, Aku akan memimpin dan menjelaskan strategi kita." Kata Koumei. "Apa kau mengatakan kalau Jendral Kouen takkan memimpin kita kali ini?" kata pria tersebut. "Yang Mulia Kouen dan Selenica telah naik tahta di Balbadd. Dia ada disana sekarang, dan memimpin secara langsung kedua barisan tentara Barat dan Timur." lanjutnya. "Sekarang, aku akan menjelaskan bagian dari kekaisaran Kou, kita yang menguasai sebelah barat." lanjut Koumei. "Apakah kalian bisa berhenti berbicara sebentar saat Jendral Komandan, Koumei sedang berbicara?" kata sang pendeta. Mereka pun hanya menduduk kebawah. Kouha hanya diam. "Jika kita kalah apa yang akan terjadi?" Kata Kouha. "Kouha-Onii-sama.." Kata Kougyoku. "Apa kau mengerti apa yang terjadi kalau kita yang kalah? Kita dalam peperangan yang akan menunjukkan siapa yang paling kuat di Kou. Yang kalah akan terukir didalam sejarah sebagai pemberontak kalau kita yang kalah." Lanjut Kouha. "Yang mulia akan di eksekusi sebagai pemimpin pemberontakan ini bersama kita, kalian semua, semua pengikutmu juga keluargamu akan di eksekusi." Edenia hanya diam melihat Kouha serius. Kouha menghantam pedangnya ketanah. "Mungkin tak banyak yang akan mengikuti Hakuryuu didalam istana kita tidak bisa pastikan semua yang ada di negara yang kita kuasai." lanjut Kouha. "Jika Yang Mulia dikalahkan, Hakuryuu akan menjadi Raja.." kata pria tersebut.
"Kedamaian yang panjang yang di inginkan oleh Raja pertama kita, Raja Hakutoku dambakan untuk negara kita semua dan yang kita lindungi sekarang takkan berlangsung lama, kita akan kembali lagi ke masa peperangan dimana semua orang di negeri kita mati! Apakah kalian semua mau seperti itu?" Seru Kouha. "Dia benar.." kata Koumei. "Komandan Koumei." Kata pria paruh baya itu. "Ini adalah perang saudara, dari luar mungkin hanya seperti pertarungan yang tidak ada arti dibaliknya. Tetapi kita harus menang. Demi masa depan dunia ini, Demi generasi selanjutnya dimana anak-anak kita hidup. Kita harus memadamkan api peperangan ini." lanjut Koumei. "Tolong kalian harus menang demi kita semua dan keluarga kita.." kata Edenia menaruh tangannya di dadanya. "Pendeta... kami pasti akan menang!" seru semua yang ada diruangan tersebut. "Kalau begitu, komandan Koumei. kapan kita akan menang?" Kata Seishuu. "Saat kita mendapatkan kepala Hakuryuu." Kata Koumei.
~Malam hari~
~Edenia POV~
Aku tak pernah menyangka perang saudara akan terjadi. Kouha pun datang dan memelukku dari belakang. "Kouha?" kataku. "Jangan sedih. Kita pasti menang besok. Lagipula aku punya dirimu." Kouha tersenyum. Aku menangis dalam pelukkan Kouha. "Aku ingin bersamamu selamanya, Kouha.!" Aku memeluknya erat-erat. "Ya, aku juga. Kau sudah jadi milikku. Tiada siapapun bisa menyentuhmu." Kouha pun menciumku dengan lembut.
~Selenica POV~
"Aku tak pernah menyangka ini akan terjadi." Kouen menatapku. "Aku juga." Aku memeluk Kouen erat-erat dia pun melakukan hal yang sama. Malam itu kami tidak peduli lagi apa yang terjadi kami hanya mendengar apa yang tubuh kami mau dalam ranjang yang hangat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rukh of Destiny [COMPLETED]
FanfictionCerita ini diangkat dari magi chapter 116, dan diambil dari prespektif Kou Empire. Tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Just for fun.