~Kouha's Pov~
Pagi itu, Kak En memanggilku dan menyuruhku dan Edenia untuk pergi ke Magnostadt untu bernegosiasi dengan Kepala Sekolah Matal Mogamett, Nee-san, atau yang biasa di sebut Selenica yang telah melakukannya dan menyuruhku pergi. Tanpa kusadari, Jinjin, Junjun, dan Reirei sepertinya mengetahui hal tersebut dan sudah menyiapkan apa yang dibutuhkan untuk beberapa bulan kedepan dalam perjalanan. "Kouha, kita akan pergi naik kereta kuda?" Selenica bertanya, aku mengangguk. Selenica dan aku menemui Kak En dan Nee-san sebelum berangkat, setelah itu kami pergi meninggalkan Rakushou untuk beberapa bulan ke depan.
~Di royal Perpustakaan~
"Mereka sudah pergi, aku sudah memutuskan Edenia akan masuk menjadi murid pindahan di Magnostadt, sebagai penyihir dan pengguna Wadah Perak aku ingin mempelajari tentang hal yang menyelimuti Magnostadt dan terlebih lagi penggunaan yang luas akan alat Sihir." Koumei memotong pembicaraan, "Iya, kau benar Nee-san, tapi apakah penyihir kuat seperti Nona Edenia bisa masuk tanpa dicurigai?" Selenica hanya tersenyum kepada pria berambut merah itu, dia pun mengacungkan jarinya di udara. Kouen hanya menatap saja.
~ Seminggu kemudian~
~Edenia's POV~
Siang itu, aku berbicara dengan santai didalam perjalanan menuju magnostadt bersama Jinjin, Junjun, Reirei. Mereka pengikut Kouha yang setia tanpa ragu, jadi aku tidak masalah dengan hal itu. Kouha hanya memainkan rambutku, kita berhenti dipinggiran sungai, dan tiba-tiba aku merasakan kehadiran seseorang dari langit.Seorang bocah berambut biru terbang dan mendarat di tengah kereta yang kami tumpangi, aku hanya diam memerhatikan gerak geriknya melalui Rukh. Dia melambaikan tangan kepada kusir yang mengantar kami. "Halo, aku Aladdin. Aku seorang pengelana." Dia menyapa sang kusir dengan ramah. 'Aladdin, sepertinya nama itu ku pernah dengar.' Gumamnya dalam hati. "Aku ingin pergi ke utara, hei bolehkan aku ikut menumpang di keretamu?" balas Aladdin. "Apa? Bocah sebaiknya kau pergi saja! Maaf ya, aku hanya melayani Pelanggan kelas atas!" Sang kusir itu mencoba mengusir sang bocah tersebut sambil merorok di pipanya. "Dan lagi, aku sedang ada pelanggan terhormat yang sedang menumpang. Pertama-tama apa kau punya uang?" balasnya. Aladdin membuka tasnya dan menunjukkan uang yang banyak kepada sang Kusir. "Kalau uang aku ada, karena Paman Sinbad memberiku sangat banyak." Sang kusir hanya kager melihat uang sebanyak itu yang dibawa oleh sang bocah. Ia berlari ke kereta secepat mungkin membawa tumpukan uang tersebut, Aladdin hanya diam ditempat. "Tuan Muda, apakah kau akan memperbolehkan satu pelanggan untuk ikut dengan kita? Dibelakang tempat barang juga tak apa." Aku hanya memberi aba-aba menyuruh pemuda itu masuk. "Kau mempunyai izin tapi jangan pernah berpikir untuk menganggu Tuan dan Nona didalam sana ya, ngerti kan?" Sang kusir membuka pintu kereta dan memperbolehkannya Masuk.
Selama kereta berjalan aku hanya melihat bayangan bocah kecil yang baru saja masuk. Junjun tiba-tiba memanggilku. "Ada apa Nona Edenia, Ada masalah?" Aku hanya mengelengkan kepala sementara Kouha hanya duduk diam disampingku. Ku melihat bocah itu memakan sesuatu. "Akhirnya, kenyang juga." Kata Aladdin. "Magnostadt, ya? ku berpikir tempatnya seperti apa ya?" Aladdin bersandar pada tasnya disaat ku mendengar dia akan pergi ketempat yang sama denganku, Kouha, Jinjin, Junjun, dan Reirei.
"Halo, kakak-kakak yang cantik! Namaku Aladdin. Aku..." Aladdin berkata sambil membuka tirai tersebut dan akhirnya terlempar keluar kereta. Aku, Jinjin, Junjun, dan Reirei hanya berteriak. "Aduh, ada apaan sih?" Kata Edenia mengusap kepala. "Kouha-sama dan Edenia-sama kalian baik-baik saja?" aku dan Kouha serentak mengangguk. Sang kusir berkata, "Ka-kalian siapa?" sambil gugup. "Siapa kita? Tentu saja kami Bandit, emang apaan?" Kata seorang lelaki didepan kereta itu. "Kami gak akan memyuruh kalian diam. Seberapa besar teriakan korban kami, cara kami bunuh dulu, dan terus ambil barangnya." Kata Pria yang mukanya seperti ada jahitan dan mereka tertawa. 'Mereka mengganggu saja!' kataku didalam hati. Ku melihat penjaga itu dibakar oleh Alat sihir, dan kusir lari terbirit-birit ke belakang. Disaat Aladdin akan mengeluarkan sihirnya. Kouha melihat ku mengepalkan tanganku
terlalu erat, ia pun memegang tanganku tiba-tiba dan berbisik. "Kau tak usah melakukan apa-apa, Edenia. Biar aku saja yang mengurusi Bandit-bandit itu. " aku hanya diam dan melihat Kouha melompat keatas, memotong atapnya. Dia pun menatap mereka dengan amarah. "Diamlah." Kouha pun berlutut sementara ku mencoba turun dengan bantuan Jinjin, Junjun, dan Reirei. "Kalian semua membuat moodku buruk apalagi membuat Edenia geram melihat kalian. Hei, paman-paman sekalian! Ini artinya kalian enggak apa-apa sama hukuman mati ya?" Kouha tersenyum. Akhirnya aku berhasil turun, dan ku melihat Junjun berbicara. Kouha yang turun seperti dia sudah siap menebas mangsanya. "Yang Mulia. Kau seharusnya masih dalam perjalanan. Tolong tahan diri anda.." Reirei memotong pembicaraan, "Kau hanya menghabiskan nafasmu.." Kouha mulai menyerang, lelaki badan besar itu mengatakan, "Sialan kau, bocah!" Kouha mengarahkan pedangnya kebawah dan memotong pria tersebut. "Matilah.!" Yang lain kaget, sementara aku hanya terdiam dan melihat Jinjin, Junjun, Reirei menyukai apa yang mereka lihat. Kouha mulai bergetar akan suatu kenikmatan yang ia rasakan saat ia menebas pria tersebut. 'Aku belum pernah melihat ia seperti ini..' gumamku. Kouha hanya menebas mereka sambil tertawa. "Wadah Perak, Nyoi Rentou." Seketika pedang itu menjadi bertambah besar membuat para bandit ketakutan. "Kalau gitu, kalian semua mau ditebas dalam satu tebasan?" Kouha tersenyum. Aku pun maju dan menyilangkan tanganku sambil cemberut. "Kouha, kau jangan bermain! Kita harus sampai magnostadt tepat waktu!" Kouha menengok padaku. "Baik-baik." seketika pedang tersebut mengecil. "Aduh berat.." Bandit mulai ketakutan. "Mana mungkin dia bisa menggunakan pedang sebesar itu. Ia mulai mengangkat pedang itu ke pundak. "Aku hanya membuatnya terlalu besar. Itu aja...tau maksudku kan?" Dia mengayuhkan pedangnya dan seketika pedang itu membesar menebas bandit dan kuda yang mereka naiki. Kusir itu hanya kaget, Aladdin diam, Aku diam juga sambil melihat dia menebas pohon. "Oke, itu cukup. Paman-paman sekalian." Kouha menancapkan pedangnya ke tanah seketika pedang itu memanjang, ia pun melayang di udara dan menebas mereka semua sambil tersenyum. Aladdin baru saja kaget. "Paman, siapa pemuda tersebut?" Aladdin bertanya. Sang kusir menjawab dengan gugup. "Takkan berarti bagi seseorang sepertimu, tetapi dia adalah pangeran Kekaisaran Kou, Tuan Muda Ren Kouha." ia menjawab. Akhirnya kita semua masuk kembali kedalam kereta dan melanjutkan perjalanan.~3 jam Kemudian~
"Sudah ku bilang, sangat berbahaya pergi melalui darat. Bukannya waktu itu ku bilang kita pergi memakai karpet saja?" Edenia memotong pembicaraan Junjun. "Apa yang kau bicarakan, Kouha pasti tidak mau." Junjun mencoba menbersihkan gelang milik Kouha. "Aku tak mau, ku tak suka hal tersebut. Kulit jadi kering, malahan baju jadi kotor. Magnostadt akan menjadi nereka yang mendingin sebelum ku sampai kesana." Edenia hanya menghela nafas, melihat Junjun ditampar oleh Kouha, dan bocah bernama Aladdin memotong pembicaraan. "A-anu, tentang Magnostadt..." Kouha berhenti menampar Junjun dan menoleh. "Bocah ini siapa?" Kouha bertanya. "Dia barusan menumpang bersama kita. Siapa suruh kau hanya memainkan rambutku." kata Edenia sampai dia cemberut. "Oh." kouha hanya menatap. "Aku Aladdin. Seorang pengelana. Aku juga pergi menuju magnostadt." Aladdin berkata. "Masa sih? Kau? Tapi Negeri itu tidak membiarkan seseorang yang bukan penyihir. Tetapi seseorang spesial sepertiku atau dia." kata Kouha menunjukku. "Walaupun begitu aku adalah penyihir. Karena itu, aku akan kesana belajar di sekolah mereka." Aladdin seketika menatap Edenia. "Oh, kau murid pindahan? Kalau begitu berjuanglah."
~Edenia's POV~
Bocah itu terus melihatku dan mulai mendekatiku. "Nee-san namamu siapa?" Serentak aku kaget dia memegangi dadaku. "Aku Edenia Ren. Aku juga murid pindahan seperti dirimu. Kouha melihat Aladdin memegangi dadaku. 'Sepertinya aku akan menggunakan nama samaran yang Nee-san bilang padaku' gumamku. "Apa itu cara mu berkenalan dengan seseorang ha?" Aladdin mulai menjauh. "Maaf.." Aku menutupi dadaku. 'Dia menjadi terlalu protektif terhadapku' Edenia tersipu-sipu "Kau tak apa-apa?!." Kouha seketika memelukku. "Tak apa-apa kok." Sang Kusir mulai berbicara. "Tuan dan Nona kita akan sampai di ibukota dalam 9 hari lagi." Kouha masih memelukku dan merasa kecewa karena perjalanan ini terlalu lama. " Apa, masih lama?" Edenia hanya tersenyum dan menyentil jidatnya dengan lembut. "Ada aku disini." Kouha tersenyum. "Benar juga."
~9 hari kemudian~
"Apa kita sudah sampai?" kata kouha sambil bermain dengan rambut Aladdin. Edenia mulai mengeluarkan staffnya yang kecil dan diberi sedikit Magoi lalu berubah menjadi tongkat yang besar. "Edenia cepat lah keluar." Kouha berteriak lembut kepada sang wanita berambut pink. "Sekolahnya dimana?" Tanya Aladdin. "Sekolahnya masih jauh. Ini masih pos pemeriksaan. Kau dan Edenia harus masuk melalui penjagaan disana." Kouha menunjuk dan aku keluar dari kereta, seketika pemuda itu memelukku. "Hati-hati ya, aku tak tahu apa yang Nee-san katakan padamu." Edenia hanya tersipu malu
"Kalau begitu aku pergi dulu. Ada seseorang yang harus ketemui. Berjuang ya kalian berdua." kouha pun pergi. "Ayo Aladdin."~Aladdin POV~
Setelah Kouha pergi, aku dan Edenia-nee-san pergi menuju pos pemeriksaan, aku mengingat Yam-san mengatakan aku tak harus memberitahukan Identitas ku sebagai magi. Aku dan Edenia berhasil melewati pos pemeriksaan. 'Aku ingin mencari tahu tentang sesuatu yang terjadi di negeri ini, apapun yang terjadi' gumamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rukh of Destiny [COMPLETED]
FanfictionCerita ini diangkat dari magi chapter 116, dan diambil dari prespektif Kou Empire. Tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Just for fun.