Pergi - 02

5.1K 194 0
                                    

            Besok paginya, Elora datang terlambat ke sekolah karena terlambat bangun. Gerbang sekolah sudah di tutup sejak 15 menit yang lalu. Elora mendesah, terus meminta pada pak Kusdi satpam sekolah.

            "Pak, tolong bukain gerbangnya!" Elora berteriak memohon. Tidak peduli dengan teriakannya yang sangat menulikan telinga. Pak Kusdi saja sampai menutup telinganya.
  Elora tidak peduli.

            Yang penting, Elora harus masuk bagaimanapun caranya. Kaki Elora bergerak gelisah. Ia harus berpikir cepat.

          " Bukain aja pak." Suara berat seseorang membuat Elora bersorak. Tapi ia langsung meringis saat orang itu adalah pak Adam-guru kesiswaan yang bertugas untuk menghukum siswa yang terlambat atau bolos.

            Ini sih namanya keluar kandang buaya masuk kandang singa.

            "Kenapa kamu terlambat?" Tanya pak Adam dengan tatapan menyelidik. Elora menundukkan kepalanya tak mau menjawab.

            Melihat murid didepannya itu hanya diam, membuat pak Adam geram sendiri. Sudah terlambat, ditanya malah diam. Pak Adam menghela nafasnya kasar.

            " Jawab Elora." Kata pak Edam dengan tatapan menghunus. Elora yakin jika hanya dengan tatapan bisa membunuh orang, mungkin ia sudah menjadi hancur terbelah - belah. Elora bergedik ngeri. Memikirkannya saja sudah membuat Elora menjadi mual.

            "Sekarang, kamu lari keliling lapangan 15 putaran." Ucap pak Adam final. Elora meneguk ludahnya. Bagaimana bisa berlari mengelilingin lapangan yang segede bejibun begini? Apalagi tadi katanya?15 putaran. Yang benar saja. Bisa - bisa kakinya patah lama - lama.

🍂🍂🍂

            " Bu saya pesen aqua nya 1." Pinta Elora sambil mengibas - ngibaskan tangannya, gerah. Setelah selesai menjalani hukumannya, Elora langsung berjalan menuju kantin. Karena percuma saja ia masuk kelas, 5 menit lagi bel istirahat.

            Elora terkikik geli saat melihat wajah pak Adam yang merah padam karenanya. Lagipula siapa  suruh telah menyuruhnya lari lari keliling lapangan dengan lebar seluar lapangan golf ini. Bisa - bisa ia pingsan sebelum melaksanakan hukuman ini.

            "Hei."

            Elora hampir saja ingin menonjok orang itu karena telah membuatnya kaget dengan menepuk bahunya.  Untung saja ia tidak punya riwayat penyakit jantung. Mata Elora melotot. Kenapa laki - laki itu terus mengganggunya sih!

            " Apa?" Tanya Elora galak. Bukannya takut, Alden malah tersenyum lebar. Saking lebarnya membuat Elora bergedik ngeri. Mungkin saja Alden sedang kerasukan.

            "Jadi cewek jangan galak - galak, nanti gak ada yang mau sama lo." Alden mencolek dagu Elora dengan mata genit. Elora menepis tangan Alden kasar. Ia tidak suka dengan orang seperti Alden, yang seenak jidatnya menyentuh dirinya. Baginya semua laki - laki itu sama. Brengsek.

            " Mau lo apa!" Pandangan Elora berubah tajam. Alden yang mengetahui suasana mulai tegang langsung menyengir dengan tangan diangkat minta ampun.

            "Calm down Elora, gue cuman mau nanya kapan kita mulai belajarnya? 1bulan lagi UTS."

            Elora menepuk jidatnya pelan. Bisa - bisanya ia lupa dengan hal itu. Mungkin akibat banyak pikiran, atau apa.

            " Oh iya sorry, gue hampir lupa. Terserah lo sih mau kapan. Soalnya gue gak sibuk - sibuk amat." Jawab Elora acuh lalu meminum air putih yang tadi ia pesan.

            "Sekarang gue free, di rumah lo aja." Ucap Alden. Elora mengangguk setuju, melupakan satu hal yang paling penting dalam hidupnya.

            Alden bangkit dari duduknya, berniat pergi. Tapi langkahnya terhenti dan wajahnya berkedut menahan tawa saat matanya melihat gadis di depannya ini.

            Wajahnya yang penuh keringat, ikatan rambutnya yang mulai mengendur dan seragamnya yang tidak di kancing dibagian atas.

            Oke, Alden tidak bisa menahan tawanya untuk hal yang ini. Kali ini Alden benar benar tertawa hingga matanya mengeluarkan air mata. Elora yang awalnya acuh, langsung memundurkan kursinya takut Alden benar benar kerasukan.

            " Alden lo gak kerasukan kan?" Tanya Elora polos sambil menggoyang - goyangkan tubuh Alden. Alden langsung berhenti tertawa dan menyentil dahi Elora membuat perempuan itu sedikit meringis.

            "Lo harus ngaca deh, sekarang liat penampilan lo." Ucap Alden di sela - sela tawanya. Awalnya Elora mengerutkan dahinya bingung dengan perkataan Alden. Tapi akhirnya ia melihat penampilannya dari atas sampai bawah.

            Mata Elora sukses melotot. Astaga, ia lupa mengancing bajunya kembali saat tadi membukanya karena gerah. Untung saja ia memakai baju dobel hingga Alden tidak melihat yang tidak tidak. Tapi tetap saja, karena hal ini harga dirinya merasa jatuh di depan Alden.

            Elora langsung berlari menuju toilet dengan wajah memerah menahan malu dan juga kesal.

             Shit!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang