Pergi - 26

3.5K 168 1
                                    

Hati Elora langsung mencelos mendengar perkataan dokter Siena. Apa katanya? 3 bulan? Jangan bercanda!

"Dokter pasti bohong kan? Mana mungkin 3 bulan aku masih bisa bangun dan sehat gini. Bukannya kata dokter saya cuman bisa bertahan sebulan?"

Ruangan itu lengang sejenak. Bunda yang duduk disampingnya sudah memalingkan wajah tidak mau menatap Elora. Sedangkan dokter Siena langsung membuka kacamatanya dan menyentuh lengan Elora lembut.

"Ini keajaiban, Elora. Kamu sudah dinyatakan sembuh. Ginjalmu baik-baik saja. Dan kamu bisa beraktivitas seperti anak remaja lainnya."

Mata Elora melebar tidak percaya. "Bagaimana bisa dok? Bu-bukannya ginjal saya sudah rusak parah dan harus segera mendapatkan donor?"

Dokter Siena kembali menahan napasnya. Dan itu membuat perasaan Elora kembali tidak karuan. Pikiran-pikiran buruk langsung bertaburan di kepalanya.

"Sekarang Papa dimana, Bun?" tanya Elora dengan nada bergetar. Bundanya langsung memalingkan wajah kembali.

"Papa di-"

Tok... tok... tok...

Suara ketukan pintu langsung membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh. Seseorang langsung masuk membuat semua pikiran buruk Elora hilang seketika.

"Papa!" Elora langsung bangkit dari duduknya dan memeluk sang Papa erat.

Denny yang mendapat pelukan tiba-tiba dari anaknya melotot terkejut. "Eh?"

"Papa baik-baik aja? Elora pikir Papa pergi. Padahal Elora belum sempat minta maaf sama Papa."

Denny yang mendengar perkataan itu langsung tersenyum. Merasa lega. Dan membalas pelukan Elora tak kalah erat.

Karena bagaimanapun keadaannya, seorang ayah akan selalu menyayangi anaknya. Walaupun dengan cara keras sekalipun.

🍂🍂🍂

Satu minggu setelahnya, Elora diperbolehkan pulang. Hubungan Papa dengan Bunda sudah membaik walaupun canggung. Dan mengenai Mia, gadis itu seolah menghilang ditelan bumi. Bertanya kepada Papanya pun percuma. Hanya dijawab dengan senyuman menenangkan

Jadi Elora mencoba tidak peduli. Dan hanya fokus untuk kesehatannya saja mulai sekarang.

"Bunda turun ke bawah ya? Mau masak buat makan malam. Kamu istirahat oke? Nggak usah mikirin apapun," ujar Bundanya diambang pintu. Elora mengangguk, kemudian merebahkan dirinya diatas kasur.

Setelah Bundanya menutup pintu, Elora tidak sengaja melihat sekantong plastik di atas nakas yang ia yakini bukan miliknya.

Karena penasaran, ia langsung membuka kantong plastik itu dan membukanya dengan cepat.

Sedikit terkejut karena isinya jauh yang dibayangkan oleh Elora. Isinya adalah berbagai macam kuciran rambut. Mulai dari yang kecil sampai yang besar. Beragam modelnya. Sontak saja Elora mengernyit.

Siapa yang sudah susah payah membeli ini semua?

Dan pertanyaan Elora terjawab ketika secarik kertas terdapat di dalam kantong plastik itu.

Ini hadiah dari gue. Semoga lo suka.

Alden.

🍂🍂🍂

Gelap sudah seperti dunianya. Sunyi adalah udaranya. Dan teriakkan menyakitkan itu sudah seperti alunan musik yang didengarnya setiap hari.

Ketika ia mulai nyaman dan hampir saja terlena, seseorang dengan cahaya menyilaukan mata berdiri diujung sana. Senyuman tulus terbit di wajah orang itu. Tangannya mengangkat ke depan. Siap menerima uluran tangannya kapanpun.

Tapi ia baru saja ingin membalas uluran tangannya, orang itu sudah menghilang. Bersamaan dengan hembusan angin yang membelai wajahnya lembut.

Dan bisik lirih pun terdengar. Kembali memporak-porandakan dunianya.

"Selamat tinggal, Elora."

Aku tau part ini pendek banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aku tau part ini pendek banget. Sebenarnya ini dibagi dua karena kalau disatuin pasti bakal panjang.

Maafin juga karena mungkin updatenya lama. Jangan lupa juga kasih bintangnya dong.

Oh iya, cek work aku yang lainnya juga ya😋

Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang