Ujung bulu mata lentiknya bergerak naik turun saat mata bulat itu berkedip. Suara rintik-rintik hujan terdengar menenangkan jiwa. Membasahi setiap seluk-beluk jalanan ibu kota.
"Elora? Kamu ngapain di situ?" tanya Fiel membuat lamunannya buyar seketika. Ia menoleh lalu tersenyum manis.
"Cuman duduk aja. Nggak ngapa-ngapain kok," jawab Elora.
"Kamu harus banyak istirahat, Ra. Biar cepat sembuh." Fiel mencoba memberi Elora semangat. Namun sepertinya itu gagal di lihat dari raut wajah Elora yang berubah sendu.
"Iya, Kak. Elora nggak akan gini lagi." Elora dengan cepat langsung berjalan ke arah kasurnya lalu menarik selimut setinggi mungkin menyembunyikan wajahnya.
Fiel mengusap rambutnya pelan. Mencium dahinya lembut sebelum keluar dari kamarnya. Sedangkan Elora semakin meringkuk di bawah selimut. Menyembunyikan semua perasaannya.
Ia tidak pernah menginginkan ini semua. Keluarga yang hancur. Penyakit yang menyerangnya di waktu bersamaan. Dan juga patah hati.
"Papah janji besok pulang. Kamu baik-baik ya selama nggak ada Papa."
"Maafin Papa, Elora. Maafin Papa. Ini semua salah Papa."
"Kamu anak yang kuat Elora. Kamu pasti bisa melewati semua ini."
"Maafin Kakak, Elora. Aku nggak bisa jadi kakak yang baik buat kamu. Maafin Kakak, Elora."
"Ra, gue minta sama lo untuk jauhin Alden. Lo nggak mau kan di cap sebagai perusak hubungan orang?"
"Sorry, Ra."
Perkataan-perkataan yang terlontar dari bibir mereka berputar dalam memorinya. Menikamnya tanpa ampun. Hancur sudah semua perasaan itu. Hanya perasaan kecewa yang tersisa.
Di luar rumah, hujan turun semakin deras. Satu dua angin kencang menerpa gorden kamarnya. Udara dingin menelusup masuk ke dalam. Tubuhnya menggigil.
"Kenapa, gue nggak bisa sayang sama, Lo?"🍂🍂🍂
"Bel, lo liat Elora nggak?" tanya Alden begitu sampai di depan kelas Elora yang kebetulan ada Bella yang baru saja ingin pulang.
Bella menatap Alden bingung. "Loh? Lo nggak tau Elora nggak masuk?"
Alden menggeleng. "Nggak masuk? Kenapa dia nggak masuk?"
Bella mengangkat bahu. "Kalau nggak salah sih, katanya dia sakit. Tapi nggak tau juga. Soalnya dia nggak ngasih tau ke gue."
Alden menghela napas. "Ya udah, thanks ya!" Kemudian Alden langsung berjalan cepat menuju parkiran. Dalam hati ia berpikir, kenapa perempuan itu bisa sakit? Padahal terakhir kali ia menemuinya kemarin, perempuan itu masih terlihat baik-baik saja.
Lalu dalam sekali hentakan, bayangan Elora dengan wajah pucat saat turun dari mobil waktu itu membuatnya ia berasumsi sesuatu.
Sebenarnya, perempuan itu sakit apa?
🍂🍂🍂
Tok tok tok..
Suara ketukan pintu dari kamarnya, membuat Elora langsung terbangun. Kepala kakaknya menyembul dari balik pintu. "Ra, ada yang nyariin kamu di bawah. Katanya itu temen kamu. Padahal kakak udah ngasih tau dia kalau kamu harus istirahat. Eh dia terus maksa, maksa."
Masih dengan mata menyipit, Elora mencoba untuk bangun. "Siapa, Kak?"
"Kalau nggak salah namanya Alden."
"Oh Alden." Elora mengangguk mengerti. Detik berikutnya, Elora langsung melotot. "HAH APA?! ALDEN DATENG?!"
"Iya Alden. Kenapa emangnya?" Fiel mengernyit bingung. Elora langsung misuh-misuh di tempat. Mendorong Fiel untuk keluar kamar. Lalu menatap pantulan dirinya di cermin.
Elora langsung meringis kecil begitu melihat tampilannya saat ini. Bibir pucat, kantung mata, dan rambut acak-acakan. Benar-benar seperti monster.
Jadi, Elora langsung pergi ke kamar mandi, mencuci muka kemudian menyisir rambutnya secara asal. Dan yang terakhir, ia memoles lipstik berwarna peach untuk meminimalisir bibir pucatnya. Bagaimana pun Alden tidak boleh tahu.
Setelah melihat penampilannya sekali lagi, Elora langsung turun ke bawah. Dilihatnya laki-laki itu sedang berbincang-bincang dengan Fiel.
"Eh, Alden. Ngapain kesini?" tanya Elora basa basi. Alden langsung bangkit berdiri, menghampiri Elora sambil menatapnya intens.
Mukanya langsung memerah. Sedikit gugup. Kenapa laki-laki itu selalu bisa membuatnya terpesona?
"Gue cuman mau ngajak lo pergi berdua."
Author's note :Hai hai, udah lama nggak ketemu aku ya? Wkwk. Sorry banget nih jarang update, tahun ini lagi sibuk sibuknya sekolah, belum tugas tugas yang numpuk.
Dan untuk yang nanya, kenapa partnya pendek-pendek? Itu aku sengaja. Takut kalau kepanjangan kalian jadi bosen. Dan juga biar babnya banyak :vUntuk yang udah terus setia sama cerita ini. Makasih banyak! Aku luv luv sama kalian deh pokoknya 😍😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Teen FictionC O M P L E T E Elora pintar menyimpan rahasia dan kesedihannya. Dan Alden pintar menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Keduanya bertemu. Saling memporak-porandakan hati. Ketika satu persatu rahasia Elora terkuak. Rasa yang tak diinginkan itu...