Elora duduk di bangku taman rumah sakit sambil mengepalkan tangannya. Air matanya sudah mengering sejak tadi, yang ada dalam hatinya hanya rasa benci yang semakin hari semakin bertambah.
Ucapan dokter Opi terus terngiang - ngiang di kepala Elora, membuat emosinya terus memuncak. Demi apapun ia sangat membenci seorang Denny Tanuwijaya yang telah memasukkan ibunya ke dalam rumah sakit Jiwa.
"Dimana bunda?" Tanya Elora sambil terengah-engah karena capek berlari.
"Dia sudah dimasukkan ke rumah sakit Harapan kemarin." Jawab dokter Opi sedikit bingung.
"Siapa yang menyuruh Anda ,dokter ?" Kata Elora dingin.
"Pak Denny."
Elora menghembuskan nafasnya beberapa kali. Ia sangat benci dalam situasi ini. Hatinya telah hancur berkeping - keping. Sepintar apapun ia menyimpan lukanya, itu tidak berarti karena semakin hari luka itu terus terbuka.
Sebuah pelukan hangat dari samping menyambutnya. Elora menoleh mendapati Alden yang memeluknya.
"Gue tahu, gue orang baru di hidup lo. Tapi setiap ketemu Lo disaat - saat kayak gini, itu buat gue penasaran." Ujar Alden.
"Izinin gue untuk masuk ke dalam kehidupan lo , Elora." Alden berkata dengan sungguh - sungguh. Elora dapat merasakannya.
Tapi ia takut. Takut Alden menjadi korban karena kehidupannya. Kehidupannya yang sungguh rumit. Seperti sepotong puzzle yang sedang mencari potongan puzzle lainnya.
Elora bergeming di tempatnya. Lalu mengangguk. Sedikit ragu.
Semoga saja dengan kehadiran Alden di kehidupannya. Hatinya akan kembali sembuh seiring berjalannya waktu. Atau mungkin bertambah besar.
Elora tidak tahu.
🍂🍂🍂
Bel istirahat telah berbunyi 5 menit yang lalu. Elora dan Alden sudah stay di perpustakaan sejak tadi. Tidak lupa dengan buku - buku yang akan dipelajari.
Suasana perpustakaan kali ini sepi. Tidak ada pengunjung, karena siswa lain memilih untuk pergi ke kantin membeli makanan.
Elora dan Alden duduk berhadapan. Hari ini mereka akan melanjutkan materi kemarin yang sempat tertunda karena berakhir dengan minum kopi.
"Masih banyak gak materinya?" Tanya Alden sambil membolak - balikan buku paket di depannya. Elora menggeleng. "Dikit lagi."
Alden mengangguk sebagai jawaban. Lalu fokus pada penjelasan Elora.
Tak terasa, waktu istirahat telah habis. Mau tak mau mereka harus kembali ke kelas masing - masing sebelum guru datang.
"Nanti lo pulang sama gue." Ujar Alden.
Elora menggeleng "Gak usah, gue bisa sendiri."
"Gak lo bareng gue."
"Gak usah Alden."
"Lo bareng gue."
Elora menghembuskan nafasnya. Jika begini terus, tidak akan selesai - selesai. Akhirnya ia mengangguk saja. Lebih baik mengalah.
"Nice girl."Alden mengacak rambutnya membuat Elora cemberut.
"Rambut gue berantakan Alden."
Bukannya meminta maaf, Alden malah tertawa lebar lalu masuk ke dalam kelasnya sebelum Elora mengamuk.
Diposisinya, diam - diam Elora tersenyum kecil. Sangat kecil sehingga tidak akan ada orang yang akan menyadarinya bahwa ia tersenyum.
🍂🍂🍂
Bel pulang sekolah berbunyi. Anak - anak di kelas Elora langsung bersorak gembira karena akhirnya terbebas dari guru matematika -bu Erna.
Bagi mereka, matematika adalah pelajaran yang paling rumit dan susah di mengerti. Berbeda dengan Elora, ia sangat menyukai pelajaran matematika.
Ah! mungkin orang - orang berpikir Elora menyukai semua jenis pelajaran karena otaknya yang kelewat encer. Tapi mereka tidak tahu saja, bahwa Elora tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan juga olahraga.
Karena ada satu alasan.
Elora memasukkan barang - barangnya ke dalam tas lalu berjalan keluar kelas, bersamaan dengan Bella.
"Udah sedekat apa lo sama Alden, Ra?" Tanya Bella. Perempuan itu sibuk menggeser layar ponselnya dari atas ke bawah memeriksa timeline . Siapa tahu ada berita terupdate.
"Kita cuman temen, Bel. Jangan pikir aneh - aneh." Elora menjawab sambil tertawa. Padahal tidak ada nada lucu dari pertanyaan Bella barusan.
"Hei. Memang siapa yang mikir aneh - aneh sih Ra." Bella memutar bola matanya. Membuat Elora gegalapan.
"Udah ah gak usah bahas dia."
"Gak usah bahas, tapi dia nyamperin lo tuh." Bella menunjuk Alden yang sedang berjalan ke arah mereka.
"Ra, jadi kan?" Alden langsung bertanya begitu ada di hadapan Elora dan Bella. Elora mengangguk lalu menatap Bella yang sedang melihat mereka berdua bergantian.
"Memang kalian mau kemana?"
"Jalan." Jawab Alden enteng. Mata Bella dan Elora sukses melotot. "Wih Ra ,lo gak bilang ke gue kalau kalian mau jalan."
Elora berdecak"Alden lo percaya Bel."
Bella terkekeh di sampingnya. "Ya udah, gue duluan. Rio udah nungguin gue tuh. Bye."
Elora melambaikan tangannya. Lalu mereka berdua berjalan menuju parkiran dimana motor Alden berada.
🍂🍂🍂
Motor Alden berhenti sempurna di depan rumah Elora. Elora turun dari motor lalu melepaskan helmnya sebelum diberikan kepada Alden.
"Thanks ya." Ucap Elora. Alden mengangguk lalu berpamitan untuk pulang.
Setelah dirasa Alden cukup jauh. Elora mengeluarkan mobilnya dari dalam garasi. Lalu melajukan mobilnya ke suatu tempat. Dimana seseorang yang penting dalam hidupnya berada. Dengan perasaan yang begitu kalbu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi
Teen FictionC O M P L E T E Elora pintar menyimpan rahasia dan kesedihannya. Dan Alden pintar menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya. Keduanya bertemu. Saling memporak-porandakan hati. Ketika satu persatu rahasia Elora terkuak. Rasa yang tak diinginkan itu...