Pergi - 07

3.1K 134 2
                                    

          Insomnia.

          Mungkin itu kata yang tepat untuk mendeskripsikan keadaan Alden kali ini. Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Tapi mata Alden masih sempurna terbuka.

           Ia sudah berguling ke kanan, kiri bahkan sudah mencoba untuk memejamkan matanya. Tapi semuanya sia - sia.

          Ini semua karena rasa khawatirnya. Rasa khawatirnya pada Elora. Perempuan itu berhasil menyentil rasa penasarannya ke level tinggi. Dimana ia benar - benar penasaran dan ingin tahu saat itu juga.

          Well, Alden tadi memang benar - benar pergi setelah mengantarkan Elora pulang. Tapi rasa penasarannya yang ia tahan sejak kemarin semakin menjadi saat tak sengaja melihat dari kaca spionnya, Elora mengeluarkan mobil.

          Tentu saja Alden langsung menghentikan motornya dan bersembunyi sebelum Elora menyadarinya. Lalu mengikuti mobil Elora yang terus melaju, perlahan menjauh dari pusat kota.

          Awalnya Alden ragu, dan bertanya - tanya, untuk apa Elora pergi kesana? Tapi ia langsung mengerti sekaligus terkejut saat mobil Elora masuk ke halaman gedung tempat dimana orang orang dengan kejiwaan yang berbeda.

          Kini Alden tahu seberapa rapuh seorang Elora Bintang.

          Kling!

          Suara email masuk mengalihkan perhatiannya. Alden langsung menghampiri laptop nya yang berada di atas meja belajar dengan layar berkedip.

          From : Lumia Lestari

          Hai, den. Apa kabar? Lo masih ingat gue kan? Maaf karena baru ngehubungin lo kali ini. Waktu gue di Palembang, HP gue rusak. Dan gak bisa ngehubungi siapa - siapa. Tapi setelah pindah ke Jakarta, gue baru bisa ngehubungi Lo dan untungnya gue masih ingat email lo.

          Dan ya, gue memang udah pindah ke Jakarta. Tepatnya 2 Minggu yang lalu. Kalau lo kangen sama gue, lo bisa datang ke rumah. Nanti alamatnya gue kirim.

          Oh ya, satu lagi. Gue masih sayang sama lo, den.

          Alden mengepalkan tangannya sejak awal ia membaca email barusan. Kenapa harus ada dia lagi? Selama ini Alden berusaha mati - matian, menghindari perempuan ini.

          Sangat membingungkan memang. Bagaimana dulu ia bisa mencintai perempuan seperti Mia? Saat ia kejar, Mia malah terus menghindar. Dan Alden harus menelan pil pahit saat tahu, perempuan itu akan pergi.

          Dan sekarang? Saat ia sudah move on. Perempuan itu kembali dan mengatakan sesuatu yang membuat hatinya kembali dilema.

          Entahlah. Untuk saat ini, Alden pusing memikirkan semuanya. Dan tiba - tiba saja, rasa kantuk menyerangnya.

🍂🍂🍂

          Elora merasa badannya pegal - pegal karena ketiduran di sofa rumahnya, setelah kemarin kecapean sehabis pulang menjenguk ibunya.

          Elora mengucek matanya pelan, lalu melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Untung saja hari ini hari Minggu, jadi ia tidak perlu bersusah payah untuk bangun pagi.

          Tok.. tok.. tok..

          Suara ketukan pintu membuat perhatiannya teralih. Dahinya berkerut --menimang - nimang siapa yang datang pagi - pagi seperti ini.

          Elora membuka pintu dan mendapati Mia yang sedang berdiri dihadapannya, juga dengan sekantung plastik berisi makanan dan juga kaset - kaset yang akan ditonton mereka hari ini.

          "Mia?"

          Mia tersenyum lebar, lalu menyodorkan plastik itu di depan wajah Elora. "Hai, Ra! Hari ini, gue mau ngabisin waktu bareng lo."

          Elora tertawa pelan, sambil mengangguk - anggukan kepalanya, setuju. "Oke, tapi gue mandi dulu ya."

          Mia mengangguk, tak masalah. Lalu mereka berdua masuk ke dalam dan segera mempersiapkan semuanya untuk hari ini.

🍂🍂🍂

          Alden turun dari tangga sambil bersiul - siul. Hari ini ia begitu bersemangat untuk pergi menjemput Elora dan mengajaknya jalan. Tidak, ini bukan kencan seperti yang orang - orang pikirkan. Ini hanya sebatas jalan dengan seorang teman dekat.

          Mamanya yang sibuk mempersiapkan sarapan, menatap anak tunggalnya heran. Hari ini Alden begitu rapi dengan balutan kemeja dan ripped jeans nya.

          "Loh, udah rapi begini, memangnya kamu mau kemana?" Mamanya bertanya, sambil sibuk mempersiapkan sarapan.

          Alden tersenyum lebar. "Mau jalan dong!"

          Mamanya berhenti sejenak, lalu menatap Alden tidak percaya. "Wah, yang udah punya cewek mah gitu. Kenalin dong sama mamah."

          Alden menggeleng sambil tertawa geli.  Mamanya itu memang gaul.

          "Enggak mah, ya udah, Alden pergi dulu ya." Alden menyalami mamanya. Sedangkan papanya masih berada di kamar, bersiap - siap.

          15 menit kemudian, mobil Alden sampai di depan rumah Elora. Alden turun dari mobilnya. Dahinya sedikit berkerut melihat sebuah mobil lain terparkir di halaman rumah Elora.

          Tok.. tok.. tok..

          Alden mengetuk pintu rumah Elora pelan, sambil menunggu sang empu membukanya.

          Tak lama kemudian, pintu terbuka. Tapi apa yang dilihatnya tidak sesuai dengan ekspektasi nya.

          "Mia?"

          "Mia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pergi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang